
Ada Risiko Global, Sri Mulyani Fokus Jaga Stabilitas Ekonomi
Anastasia Arvirianty, CNBC Indonesia
31 May 2018 11:38

Jakarta, CNBC Indonesia - Setelah bank sentral memutuskan kembali menaikkan suku bunganya untuk menjaga stabilitas rupiah, pemerintah juga menegaskan akan mengambil langkah responsif untuk menghadapi risiko berlanjutnya tekanan eksternal. Langkah itu juga ditempuh untuk menangkal dampak dari proses terjadinya keseimbangan global yang baru atau a new normal.
Langkah itu juga ditempuh untuk menangkal dampak dari proses terjadinya keseimbangan global yang baru atau a new normal.
"Dalam menghadapi risiko tersebut, arah kebijakan pemerintah saat ini akan lebih difokuskan pada strategi menjaga stabilitas dan penguatan fundamental ekonomi domestik," kata Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dalam rapat paripurna Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) hari Kamis (31/5/2018).
Ia juga mengatakan pemerintah akan terus memperkuat koordinasi dengan Bank Indonesia (BI), Otoritas Jasa Keuangan (OJK), dan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) untuk tetap meningkatkan kewaspadaan agar siap mengambil kebijakan yang diperlukan dalam rangka menjaga stabilitas keuangan dan ekonomi.
"Dalam jangka pendek, fokus koordinasi kebijakan diprioritaskan pada menjaga dan memperkuat stabilitas ekonomi dan keuangan dengan menjaga nilai tukar rupiah, inflasi yang rendah, defisit fiskal yang sehat, dan defisit transaksi berjalan yang aman," tambah Sri Mulyani.
BI kembali menaikkan suku bunga acuannya sebanyak 25 basis poin (bps) menjadi 4,75% dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) insidentil hari Rabu (30/5/2018). Keputusan itu diambil untuk menjaga nilai tukar rupiah yang dalam beberapa waktu terakhir dihantam dolar Amerika Serikat (AS) hingga sempat menembus level Rp 14.200/US$.
Kenaikan suku bunga itu juga merupakan langkah antisipatif terhadap rapat dewan gubernur bank sentral AS, Federal Reserve, yang diperkirakan akan kembali menaikkan suku bunga acuannya bulan depan.
"Dalam hal kebijakan fiskal, pemerintah akan memperkuat posisi ketahanan fiskal... guna menjaga APBN secara kredibel, terus memperkuat kesehatan APBN dalam rangka menciptakan ruang fiskal yang memadai bagi stabilisasi dan menjamin kesinambungan fiskal, serta mengupayakan perbaikan posisi keseimbangan primer menuju positif dalam jangka menengah," ujarnya.
(prm/prm) Next Article Ini Cerita Menkeu Soal Stimulus di Negara Lain
Langkah itu juga ditempuh untuk menangkal dampak dari proses terjadinya keseimbangan global yang baru atau a new normal.
"Dalam menghadapi risiko tersebut, arah kebijakan pemerintah saat ini akan lebih difokuskan pada strategi menjaga stabilitas dan penguatan fundamental ekonomi domestik," kata Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dalam rapat paripurna Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) hari Kamis (31/5/2018).
Ia juga mengatakan pemerintah akan terus memperkuat koordinasi dengan Bank Indonesia (BI), Otoritas Jasa Keuangan (OJK), dan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) untuk tetap meningkatkan kewaspadaan agar siap mengambil kebijakan yang diperlukan dalam rangka menjaga stabilitas keuangan dan ekonomi.
"Dalam jangka pendek, fokus koordinasi kebijakan diprioritaskan pada menjaga dan memperkuat stabilitas ekonomi dan keuangan dengan menjaga nilai tukar rupiah, inflasi yang rendah, defisit fiskal yang sehat, dan defisit transaksi berjalan yang aman," tambah Sri Mulyani.
BI kembali menaikkan suku bunga acuannya sebanyak 25 basis poin (bps) menjadi 4,75% dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) insidentil hari Rabu (30/5/2018). Keputusan itu diambil untuk menjaga nilai tukar rupiah yang dalam beberapa waktu terakhir dihantam dolar Amerika Serikat (AS) hingga sempat menembus level Rp 14.200/US$.
Kenaikan suku bunga itu juga merupakan langkah antisipatif terhadap rapat dewan gubernur bank sentral AS, Federal Reserve, yang diperkirakan akan kembali menaikkan suku bunga acuannya bulan depan.
Selain perkembangan ekonomi AS, risiko eksternal datang dari potensi perang dagang AS dan China, perkembangan perjanjian nuklir AS dengan Iran, serta ketegangan geopolitik di Timur Tengah, perkembangan politik negara-negara penghasil minyak seperti Venezuela, dan perkembangan di Semenanjung Korea. Krisis politik di Italia juga jadi perhatian pemerintah saat ini, kata Sri Mulyani.
"Dalam hal kebijakan fiskal, pemerintah akan memperkuat posisi ketahanan fiskal... guna menjaga APBN secara kredibel, terus memperkuat kesehatan APBN dalam rangka menciptakan ruang fiskal yang memadai bagi stabilisasi dan menjamin kesinambungan fiskal, serta mengupayakan perbaikan posisi keseimbangan primer menuju positif dalam jangka menengah," ujarnya.
(prm/prm) Next Article Ini Cerita Menkeu Soal Stimulus di Negara Lain
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular