
Suku Bunga Naik, BI Pastikan Ekonomi RI Tetap Tumbuh Baik
Chandra Gian Asmara, CNBC Indonesia
30 May 2018 15:29

Jakarta, CNBC Indonesia - Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk menaikkan suku bunga acuan 7 day reverse repo rate sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 4,75%. Bank sentral menegaskan kebijakan ini tidak serta-merta memperlambat pertumbuhan ekonomi.
Dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) tambahan yang dilaksanakan hari ini, Rabu (30/5/2018), BI mengeksekusi kenaikan suku bunga untuk kali kedua sepanjang Mei 2018. Dengan begitu, sepanjang bulan ini (dan tahun ini) BI sudah menaikkan suku bunga acuan sebesar 50 bps.
Perry Warjiyo, Gubernur BI, menegaskan kenaikan suku bunga tidak begitu saja berpengaruh terhadap perlambatan laju pertumbuhan ekonomi. Pasalnya, kenaikan suku bunga acuan butuh waktu untuk tertransmisikan ke suku bunga kredit yang merupakan 'pelumas' bagi perekonomian.
"Suku bunga acuan akan mempengaruhi suku bunga Pasar Uang Antar Bank (PUAB). Setelah itu baru ke suku bunga deposito, baru ke kredit, baru berdampak ke ekonomi. Transmisinya panjang," jelas Perry dalam konferensi pers di Jakarta, Rabu (30/5/2018).
Menurut Perry, rata-rata transmisi tersebut membutuhkan waktu sekitar 1,5 tahun. Itu pun kondisinya berbeda-beda, tidak linear. Selain transmisinya yang berjenjang, lanjut Perry, dampak kenaikan suku bunga terhadap perekonomian juga dipengaruhi banyak faktor.
"Misalnya kondsi likuiditas, semakin ample maka semakin kecil dan lama. Kemudian perilaku risiko dari bank, kalau terlalu risk averse ya susah juga. Kemudian permintaannya, sekarang masih di bawah potensi. Sehingga saya sampaikan dampak kenaikan suku bunga akan memakan waktu lama dan elastisitas lebih kecil," papar Perry.
Oleh karena itu, tambah Perry, BI akan menjaga likuiditas di pasar tetap cukup. Dengan begitu, kenaikan suku bunga acuan tidak begitu saja mempengaruhi suku bunga di perbankan karena kebutuhan likuiditas tidak kekurangan.
"Kalau likuiditas cukup, bank tidak ada alasan berlomba-lomba berebut dana dengan menaikkan bunga. Dari pasar uang, likuiditas cukup sehingga mengurangi tekanan bank-bank untuk bersaing dan jor-joran menaikkan suku bunga," tegas Perry.
Mempertimbangkan hal tersebut, BI belum mengubah proyeksi pertumbuhan ekonomi dan pertumbuhan kredit untuk 2018. Pertumbuhan ekonomi sepanjang 2018 tetap diperkirakan 5,2%, dan kredit diramalkan tumbuh dalam kisaran 10-12%.
Sebagai informasi, pertumbuhan ekonomi sampai akhir kuartal I-2018 adalah 5,06%. Sementara kredit baru tumbuh 8,5% per akhir Maret.
"Jadi jangan serta-merta kalau suku bunga naik kemudian laba bank turun, pertumbuhan anjlok. Kami juga terus mempercepat relaksasi kebijakan makroprudensial agar pertumbuhan ekonomi terjaga," sebut Perry.
(aji/aji) Next Article Corona Pengaruhi Pariwisata Hingga Investasi, Ini Respons BI
Dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) tambahan yang dilaksanakan hari ini, Rabu (30/5/2018), BI mengeksekusi kenaikan suku bunga untuk kali kedua sepanjang Mei 2018. Dengan begitu, sepanjang bulan ini (dan tahun ini) BI sudah menaikkan suku bunga acuan sebesar 50 bps.
Perry Warjiyo, Gubernur BI, menegaskan kenaikan suku bunga tidak begitu saja berpengaruh terhadap perlambatan laju pertumbuhan ekonomi. Pasalnya, kenaikan suku bunga acuan butuh waktu untuk tertransmisikan ke suku bunga kredit yang merupakan 'pelumas' bagi perekonomian.
Menurut Perry, rata-rata transmisi tersebut membutuhkan waktu sekitar 1,5 tahun. Itu pun kondisinya berbeda-beda, tidak linear. Selain transmisinya yang berjenjang, lanjut Perry, dampak kenaikan suku bunga terhadap perekonomian juga dipengaruhi banyak faktor.
"Misalnya kondsi likuiditas, semakin ample maka semakin kecil dan lama. Kemudian perilaku risiko dari bank, kalau terlalu risk averse ya susah juga. Kemudian permintaannya, sekarang masih di bawah potensi. Sehingga saya sampaikan dampak kenaikan suku bunga akan memakan waktu lama dan elastisitas lebih kecil," papar Perry.
Oleh karena itu, tambah Perry, BI akan menjaga likuiditas di pasar tetap cukup. Dengan begitu, kenaikan suku bunga acuan tidak begitu saja mempengaruhi suku bunga di perbankan karena kebutuhan likuiditas tidak kekurangan.
"Kalau likuiditas cukup, bank tidak ada alasan berlomba-lomba berebut dana dengan menaikkan bunga. Dari pasar uang, likuiditas cukup sehingga mengurangi tekanan bank-bank untuk bersaing dan jor-joran menaikkan suku bunga," tegas Perry.
Mempertimbangkan hal tersebut, BI belum mengubah proyeksi pertumbuhan ekonomi dan pertumbuhan kredit untuk 2018. Pertumbuhan ekonomi sepanjang 2018 tetap diperkirakan 5,2%, dan kredit diramalkan tumbuh dalam kisaran 10-12%.
Sebagai informasi, pertumbuhan ekonomi sampai akhir kuartal I-2018 adalah 5,06%. Sementara kredit baru tumbuh 8,5% per akhir Maret.
"Jadi jangan serta-merta kalau suku bunga naik kemudian laba bank turun, pertumbuhan anjlok. Kami juga terus mempercepat relaksasi kebijakan makroprudensial agar pertumbuhan ekonomi terjaga," sebut Perry.
(aji/aji) Next Article Corona Pengaruhi Pariwisata Hingga Investasi, Ini Respons BI
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular