
Bunga Acuan Naik, Pasar Obligasi Bergairah
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
31 May 2018 11:49

Jakarta, CNBC Indonesia - Imbal hasil (yield) obligasi pemerintah kembali turun, pertanda instrumen ini tengah menjadi pilihan investor. Situasi global yang kondusif dan kenaikan suku bunga acuan membuat pasar Surat Berharga Negara (SBN) bergairah.
Pada Kamis (31/5/2018), yield SBN seri FR0064 berada di 7,15%. Turun dibandingkan hari sebelumnya yaitu 7,163%.
Penurunan yield berarti harga SBN sedang naik. Kenaikan harga menandakan instrumen ini tengah diminati investor.
Situasi global tengah berpihak kepada Indonesia. Yield obligasi pemerintah AS hari ini naik tipis dari 2,844% menjadi 2,848%. Artinya, ada arus modal meninggalkan instrumen ini sehingga menyeret harga turun dan mengerek yield ke atas.
Kementerian Perdagangan AS merilis data revisi angka pertumbuhan ekonomi kuartal I-2018 menjadi 2,2% dari sebelumnya 2,3%. Pertumbuhan yang lebih lambat ini sedikit banyak melegakan investor, karena sepertinya ekonomi Negeri Paman Sam masih jauh dari potensi overheating.
Artinya, kemungkinan The Federal Reserve/The Fed tetap akan pada rencana awal yaitu tiga kali menaikkan suku bunga acuan sepanjang 2018. Sepertinya belum ada kebutuhan untuk menaikkan suku bunga secara lebih agresif.
Data lainnya, ADP merilis angka penciptaan lapangan kerja non pertanian di AS periode Mei 2018 sebesar 178.000. Naik dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 163.000, tetapi lebih rendah dibandingkan konsensus pasar yang memperkirakan 191.000.
Dari data ini, pelaku pasar menilai pasar ketenagakerjaan belum pulih sepenuhnya. Oleh karena itu, lagi-lagi, belum cukup alasan bagi The Fed untuk menaikkan suku bunga sampai empat kali.
Perkembangan ini menjadi sentimen negatif bagi dolar AS. Dollar Index, yang mencerminkan posisi dolar AS di hadapan enam mata uang utama, terus bergerak melemah. Saat ini pelemahannya adalah 0,1% setelah pagi tadi sempat nyaris mencapai 1%.
Dengan kondisi tersebut, saat ini memegang aset berbasis dolar AS agak kurang menguntungkan karena nilai turun. Ini menjadi alasan investor melepas obligasi pemerintah Negeri Adidaya.
TIM RISET CNBC INDONESIA
Pada Kamis (31/5/2018), yield SBN seri FR0064 berada di 7,15%. Turun dibandingkan hari sebelumnya yaitu 7,163%.
![]() |
Penurunan yield berarti harga SBN sedang naik. Kenaikan harga menandakan instrumen ini tengah diminati investor.
Kementerian Perdagangan AS merilis data revisi angka pertumbuhan ekonomi kuartal I-2018 menjadi 2,2% dari sebelumnya 2,3%. Pertumbuhan yang lebih lambat ini sedikit banyak melegakan investor, karena sepertinya ekonomi Negeri Paman Sam masih jauh dari potensi overheating.
Artinya, kemungkinan The Federal Reserve/The Fed tetap akan pada rencana awal yaitu tiga kali menaikkan suku bunga acuan sepanjang 2018. Sepertinya belum ada kebutuhan untuk menaikkan suku bunga secara lebih agresif.
Data lainnya, ADP merilis angka penciptaan lapangan kerja non pertanian di AS periode Mei 2018 sebesar 178.000. Naik dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 163.000, tetapi lebih rendah dibandingkan konsensus pasar yang memperkirakan 191.000.
Dari data ini, pelaku pasar menilai pasar ketenagakerjaan belum pulih sepenuhnya. Oleh karena itu, lagi-lagi, belum cukup alasan bagi The Fed untuk menaikkan suku bunga sampai empat kali.
Perkembangan ini menjadi sentimen negatif bagi dolar AS. Dollar Index, yang mencerminkan posisi dolar AS di hadapan enam mata uang utama, terus bergerak melemah. Saat ini pelemahannya adalah 0,1% setelah pagi tadi sempat nyaris mencapai 1%.
Dengan kondisi tersebut, saat ini memegang aset berbasis dolar AS agak kurang menguntungkan karena nilai turun. Ini menjadi alasan investor melepas obligasi pemerintah Negeri Adidaya.
TIM RISET CNBC INDONESIA
Next Page
Kenaikan Bunga Acuan Tarik Modal Asing
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular