
Tarik Menarik Sentimen Global, Harga Emas Ke Zona Merah
Raditya Hanung Prakoswa, CNBC Indonesia
30 May 2018 15:12

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga emas COMEX kontrak pengiriman Agustus 2018 bergerak melemah 0,19% ke US$1.296,5 /troy ounce, hingga pukul 14.15 WIB hari ini. Harga sang logam mulia masih dalam posisi tertekan oleh perkembangan positif dari rencana pertemuan Amerika Serikat (AS) dan Korea Utara, yang sebelumnya sempat terancam dibatalkan.
Meski demikian, pelemahan emas terbatas menyusul krisis politik di Italia yang sedang berkembang, serta aroma perang dagang AS-China yang kembali semerbak.
Gedung Putih pada hari Selasa (29/5/2018) menyatakan bahwa pertemuan antara Presiden Donald Trump dengan Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un masih mungkin akan dilakukan di Singapura. Pernyataan itu dikeluarkan hanya lima hari setelah Trump menghebohkan dunia dengan mengatakan pertemuan dibatalkan.
"Amerika Serikat terus secara aktif mempersiapkan pertemuan Presiden Trump dengan pemimpin Kim di Singapura," ujar White House Press Secretary Sarah Huckabee Sanders dalam sebuah pernyataan yang dikutip dari CNBC International, Selasa (29/5/2018).
Sanders juga mengatakan bahwa Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo akan bertemu dengan pejabat tinggi Korea Utara Kim Yong Chol di New York. Kim Yong Chol sendiri merupakan mantan kepala mata-mata Korea Utara dan aktif terlibat dalam perundingan antara Korea Selatan dan Korea Utara.
Ekspektasi meredanya ketegangan Semenanjung Korea tersebut lantas mengurangi daya tarik emas sebagai aset investasi aman di kala gawat (safe haven). Selain itu, loyonya harga emas juga dipengaruhi oleh dolar AS yang masih perkasa.
Meski siang ini bergerak melemah hingga 0,17%, namun indeks dolar AS, yang mengukur posisi greenback terhadap 6 mata uang dunia, mampu menguat dua hari berturut-turut sebelumnya. Bahkan, sepanjang bulan Mei ini, indeks dolar AS sudah naik sebesar 3% lebih.
Hanya saja, pelemahan harga emas juga terbatas oleh sentimen positif yang datang dari krisis politik di Italia, serta memanasnya tensi dagang antara AS-China. Seperti diketahui, kedua isu ini berpotensi besar mengguncang pasar, dan akhirnya kembali menstimulus permintaan aset safe haven.
Di Italia, sedang terjadi gaduh politik dan kemungkinan akan ada pemilu ulang paling cepat Juli mendatang. Pasalnya, Pejabat Perdana Menteri Italia Carlo Cottarelli gagal membentuk koalisi pemerintahan.
Hal ini menyusul penolakan Presiden Sergio Mattarella terhadap pencalonan Paolo Savona sebagai Menteri Ekonomi yang diajukan oleh koalisi Liga dan Gerakan Bintang Lima. Savona ditolak karena sempat mengancam akan membawa Italia keluar dari Uni Eropa.
Selain Italia, perkembangan friksi dagang AS-China pun agak mengkhawatirkan. Pernyataan dari Gedung Putih menyebutkan bahwa Washington tetap berencana mengenakan bea masuk terhadap produk-produk China yang nilainya mencapai US$ 50 miliar.
Pemerintahan Presiden Trump juga akan memperketat investasi yang berasal dari Negeri Tirai Bambu. Detil dari tarif bea masuk akan diumumkan pada 15 Juni, sementara kebijakan kontrol terhadap investasi asal China akan dirilis pada 30 Juni.
Beijing mengaku terkejut dengan pernyataan keras dari Gedung Putih. Pemerintah China pun merilis pernyataan yang tidak kalah garang.
"China mendesak AS agar bertindak sesuai kesepakatan bersama. China punya keyakinan, kemampuan, dan pengalaman untuk menjaga kepentingan nasional," sebut pernyataan Kementerian Perdagangan China.
Sepertinya China sudah mulai gerah dengan tingkah AS. Bila China mulai panas, 'balas pantun' bea masuk akan kembali terjadi. Ini akan mengancam perdagangan dan pertumbuhan ekonomi global.
(RHG/RHG) Next Article Dolar AS Melunak, Harga Emas Naik Tipis
Meski demikian, pelemahan emas terbatas menyusul krisis politik di Italia yang sedang berkembang, serta aroma perang dagang AS-China yang kembali semerbak.
![]() |
Gedung Putih pada hari Selasa (29/5/2018) menyatakan bahwa pertemuan antara Presiden Donald Trump dengan Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un masih mungkin akan dilakukan di Singapura. Pernyataan itu dikeluarkan hanya lima hari setelah Trump menghebohkan dunia dengan mengatakan pertemuan dibatalkan.
"Amerika Serikat terus secara aktif mempersiapkan pertemuan Presiden Trump dengan pemimpin Kim di Singapura," ujar White House Press Secretary Sarah Huckabee Sanders dalam sebuah pernyataan yang dikutip dari CNBC International, Selasa (29/5/2018).
Ekspektasi meredanya ketegangan Semenanjung Korea tersebut lantas mengurangi daya tarik emas sebagai aset investasi aman di kala gawat (safe haven). Selain itu, loyonya harga emas juga dipengaruhi oleh dolar AS yang masih perkasa.
Meski siang ini bergerak melemah hingga 0,17%, namun indeks dolar AS, yang mengukur posisi greenback terhadap 6 mata uang dunia, mampu menguat dua hari berturut-turut sebelumnya. Bahkan, sepanjang bulan Mei ini, indeks dolar AS sudah naik sebesar 3% lebih.
Hanya saja, pelemahan harga emas juga terbatas oleh sentimen positif yang datang dari krisis politik di Italia, serta memanasnya tensi dagang antara AS-China. Seperti diketahui, kedua isu ini berpotensi besar mengguncang pasar, dan akhirnya kembali menstimulus permintaan aset safe haven.
Di Italia, sedang terjadi gaduh politik dan kemungkinan akan ada pemilu ulang paling cepat Juli mendatang. Pasalnya, Pejabat Perdana Menteri Italia Carlo Cottarelli gagal membentuk koalisi pemerintahan.
Hal ini menyusul penolakan Presiden Sergio Mattarella terhadap pencalonan Paolo Savona sebagai Menteri Ekonomi yang diajukan oleh koalisi Liga dan Gerakan Bintang Lima. Savona ditolak karena sempat mengancam akan membawa Italia keluar dari Uni Eropa.
Selain Italia, perkembangan friksi dagang AS-China pun agak mengkhawatirkan. Pernyataan dari Gedung Putih menyebutkan bahwa Washington tetap berencana mengenakan bea masuk terhadap produk-produk China yang nilainya mencapai US$ 50 miliar.
Pemerintahan Presiden Trump juga akan memperketat investasi yang berasal dari Negeri Tirai Bambu. Detil dari tarif bea masuk akan diumumkan pada 15 Juni, sementara kebijakan kontrol terhadap investasi asal China akan dirilis pada 30 Juni.
Beijing mengaku terkejut dengan pernyataan keras dari Gedung Putih. Pemerintah China pun merilis pernyataan yang tidak kalah garang.
"China mendesak AS agar bertindak sesuai kesepakatan bersama. China punya keyakinan, kemampuan, dan pengalaman untuk menjaga kepentingan nasional," sebut pernyataan Kementerian Perdagangan China.
Sepertinya China sudah mulai gerah dengan tingkah AS. Bila China mulai panas, 'balas pantun' bea masuk akan kembali terjadi. Ini akan mengancam perdagangan dan pertumbuhan ekonomi global.
(RHG/RHG) Next Article Dolar AS Melunak, Harga Emas Naik Tipis
Most Popular