5 Sentimen Penggerak IHSG Pekan Depan, Simak Saham Bank

Arif Gunawan, CNBC Indonesia
27 May 2018 18:18
Agenda dalam negeri ini menjadi sentimen pertama yang perlu direspons pasar dengan aksi beli saham sektor perbankan dan keuangan.
Foto: CNBC Indonesia/Tito Bosnia
Jakarta, CNBC Indonesia - Pelaku pasar perlu mencermati faktor moneter pada perdagangan pekan depan, menyusul rapat dewan gubernur (RDG) tambahan Bank Indonesia (BI) yang kemungkinan berujung pada kenaikan suku bunga acuan. Keputusan terkait suku bunga acuan tersebut akan menentukan arah pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pekan depan.

Kenaikan suku bunga acuan (BI 7-Day Repo Rate) menjadi kebijakan mendesak di tengah koreksi rupiah yang mencapai 4,8% pekan lalu, akibat tren pembalikan modal ke negara maju. Agenda dalam negeri ini menjadi sentimen pertama yang perlu direspons pasar dengan aksi beli saham sektor perbankan dan keuangan. Kenaikan suku bunga berpeluang menaikkan margin laba bersih mereka.

Faktor kedua yang perlu diperhatikan masih terkait dengan sentimen moneter yakni kebijakan suku bunga di AS. Ekspektasi kenaikan suku bunga AS memicu pembalikan modal dari emerging market, termasuk Indonesia, untuk membeli surat utang pemerintah AS.

James Bullard, Presiden Fed St. Louis, dijadwalkan membacakan pidato resminya pada Senin. Pejabat bank sentral yang cenderung dovish (anti kenaikan suku bunga) ini pada Februari lalu mengingatkan bahwa kenaikan suku bunga yang berlebihan bisa memperlambat ekonomi AS.

Harga minyak menjadi faktor ketiga yang harus dihitung sepekan ke depan, dengan mengurangi portofolio dari saham-saham sektor minyak dan gas (migas) kecuali untuk saham migas yang menyimpan potensi kenaikan berkat aksi korporasi. Alasannya, Rusia dan Arab Saudi telah sepakat mengerem kenaikan harga minyak dunia.

Presiden Rusia Vladimir Putin di sela International Economic Forum (WEF) bahkan menyatakan masih bisa menolerir harga minyak pada level US$60 per barel, atau lebih rendah dari posisi sekarang di kisaran US$70 per barel.

Di sisi lain, kebijakan ini akan menjadi stimulus natural bagi perekonomian global karena harga energi yang dibayar pengusaha sedunia pun menjadi lebih murah. Saham-saham petrokimia dan manufaktur berbasis ekspor layak dicermati untuk investasi jangka menengah.

Dua faktor penggerak pasar yang terakhir berasal dari Kawasan Asia, yakni Semenanjung Korea dan Jepang. Kesepakatan Korea Utara dan Korea Selatan mengenai nasib pertemuan 12 Juni membagikan sentimen positif di Kawasan dengan menurunnya risiko ketegangan militer dan ancaman perang nuklir.

Di sisi lain, Jepang pada pekan depan akan mengumumkan beberapa data perekonomian penting seperti angka pengangguran (pada Selasa), penjualan ritel April (Rabu), indeks keyakinan konsumen (Rabu) dan pidato Gubernur Bank sentral Jepang Kuroda (Rabu).

Perhatikan saham-saham emiten dengan pasar utama di kedua negara yang menjadi mitra dagang utama Indonesia tersebut.
(ags/ags) Next Article Perhatikan Lima Sentimen Penggerak Bursa Pekan Ini

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular