Stabilitas Moneter RI Beralih ke Tangan Perry Warjiyo
Chandra Gian Asmara, CNBC Indonesia
25 May 2018 08:04

Jakarta, CNBC Indonesia - Stabilitas perekonomian Indonesia kini berada di tangan Perry Warjiyo, seiring dengan berlanjutnya tongkat estafet kepemimpinan Bank Indonesia (BI) yang dalam lima tahun terakhir dipegang Agus Martowardojo.
Usai dikukuhkan oleh Mahkamah Agung (MA) sebagai pucuk pimpinan bank sentral, Kamis (24/5/2018), langkah pertama yang akan dilakukan pria kelahiran Sukoharjo, Jawa Tengah, itu adalah menstabilkan nilai tukar rupiah yang saat ini tertekan.
Sejak awal tahun, nilai tukar rupiah telah terdepresiasi hingga lebih dari 4% dan masuk dalam jajaran mata uang dengan pelemahan terdalam di antara negara tetangga.
'Prioritas saya di Bank Indonesia dalam jangka pendek adalah memperkuat langkah-langkah stabilkan nilai tukar," tegas Perry usai dilantik.
Menurut Perry, kondisi nilai tukar saat ini yang sempat menembus level Rp 14.200/US$ sudah terlampau tinggi. BI merasa pergerakan mata uang Garuda sudah semakin tidak mencerminkan fundamental perekonomian yang sebenarnya.
"Nilai tukar yang tertekan itu lebih banyak karena tekanan eksternal. [...] Saya meyakini kondisi ekonomi Indonesia cukup baik. Nilai tukar sekarang sudah overshoot," jelasnya.
'Si Anak Petani' ini pun tidak akan membiarkan rupiah melemah semakin dalam. Langkah-langkah tegas yang akan dilakukan untuk meredam volatilitas, termasuk memprioritaskan kebijakan moneter melalui jalur suku bunga dan intervensi ganda.
Khusus melalui jalur suku bunga, Perry mengatakan BI akan mengambil langkah pre-emptive mendahului siklus moneter dalam menyesuaikan suku bunga jika memang diperlukan. Sementara upaya intervensi ganda ditempuh dengan menstabilkan kurs rupiah terhadap valuta asing (valas) dan membeli surat berharga negara (SBN) dari pasar sekunder
Sejak awal tahun ini, bank sentral telah melakukan intervensi ganda dengan mengakusisi Surat Berharga Negara (SBN) di pasar sekunder sebesar Rp 50 triliun. Pada bulan ini, bank sentral tercatat sudah membeli SBN senilai Rp 13 triliun.
"Kami akan melakukan koordinasi dengan pemerintah, OJK [Otoritas Jasa Keuangan] untuk langkah bersama stabilkan kurs. Bagaimana lelang SBN, buyback, dan lain-lain. Kami juga akan yakinkan pelaku usaha bahwa stabilitas nilai tukar itu penting," tegasnya.
"Karena ini sebagian besar masalah terkait eksternal, sebagian lain masalah persepsi. Kami akan lakukan koordinasi dan pertemuan dan menyamakan persepsi," ungkapnya.
Berkukuh Pro-Growth & Pro-Stability
Dalam kesempatan ini, Perry yang dikenal sebagai moneteris sejati tetap mengedepankan kebijakan BI untuk terus mendorong pertumbuhan ekonomi tanpa melupakan stabilitas. Dia mengaku telah memiliki lima langkah terkait hal itu.
"Saya adalah pro-stability dan pro-growth. Ini visi saya. Terkait hal ini, BI mempunyai lima instrumen. Satu instrumen kami prioritaskan untuk jaga stabilitas yang dalam hal ini kebijakan moneter, empat instrumen lain mendorong pertumbuhan ekonomi," kata Perry.
Adapun empat jalan yang akan ditempuh BI ke depan adalah dengan merelaksasi kebijakan makroprudensial, percepatan pendalaman pasar keuangan, kebijakan sistem pembayaran, serta pengembangan ekonomi dan keuangan syariah.
Perry merasa lima instrumen yang sudah disiapkan BI cukup mampu mengakomodir dua kebijakan sekaligus, terlepas dari ketidakpastian perekonomian global. Toh, jika terjadi kenaikan suku bunga, keputusan tersebut tidak akan langsung berdampak pada perekonomian.
"Kalau BI naikkan suku bunga, pertumbuhan tidak turun. 1,5 tahun dampak kenaikan suku bunga bukan berarti growth turun," kata Perry.
BI sendiri memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia sepanjang tahun ini hanya mencapai 5,2% atau di bawah target yang ditetapkan pemerintah dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2018 sebesar 5,4%.
Terlepas dari hal ini, gebrakan Perry Warjiyo saat ini sudah ditunggu oleh para pelaku pasar. Meskipun pelantikan Perry Warjiyo cukup membuat angin segar bagi bursa saham dan rupiah Kamis kemarin namun arah kebijakan bank sentral ke depanlah yang paling ditunggu.
(prm) Next Article Gubernur BI: Rupiah Masih Undervalue, Ada Potensi Menguat!
Usai dikukuhkan oleh Mahkamah Agung (MA) sebagai pucuk pimpinan bank sentral, Kamis (24/5/2018), langkah pertama yang akan dilakukan pria kelahiran Sukoharjo, Jawa Tengah, itu adalah menstabilkan nilai tukar rupiah yang saat ini tertekan.
Sejak awal tahun, nilai tukar rupiah telah terdepresiasi hingga lebih dari 4% dan masuk dalam jajaran mata uang dengan pelemahan terdalam di antara negara tetangga.
Menurut Perry, kondisi nilai tukar saat ini yang sempat menembus level Rp 14.200/US$ sudah terlampau tinggi. BI merasa pergerakan mata uang Garuda sudah semakin tidak mencerminkan fundamental perekonomian yang sebenarnya.
"Nilai tukar yang tertekan itu lebih banyak karena tekanan eksternal. [...] Saya meyakini kondisi ekonomi Indonesia cukup baik. Nilai tukar sekarang sudah overshoot," jelasnya.
'Si Anak Petani' ini pun tidak akan membiarkan rupiah melemah semakin dalam. Langkah-langkah tegas yang akan dilakukan untuk meredam volatilitas, termasuk memprioritaskan kebijakan moneter melalui jalur suku bunga dan intervensi ganda.
Khusus melalui jalur suku bunga, Perry mengatakan BI akan mengambil langkah pre-emptive mendahului siklus moneter dalam menyesuaikan suku bunga jika memang diperlukan. Sementara upaya intervensi ganda ditempuh dengan menstabilkan kurs rupiah terhadap valuta asing (valas) dan membeli surat berharga negara (SBN) dari pasar sekunder
Sejak awal tahun ini, bank sentral telah melakukan intervensi ganda dengan mengakusisi Surat Berharga Negara (SBN) di pasar sekunder sebesar Rp 50 triliun. Pada bulan ini, bank sentral tercatat sudah membeli SBN senilai Rp 13 triliun.
"Kami akan melakukan koordinasi dengan pemerintah, OJK [Otoritas Jasa Keuangan] untuk langkah bersama stabilkan kurs. Bagaimana lelang SBN, buyback, dan lain-lain. Kami juga akan yakinkan pelaku usaha bahwa stabilitas nilai tukar itu penting," tegasnya.
"Karena ini sebagian besar masalah terkait eksternal, sebagian lain masalah persepsi. Kami akan lakukan koordinasi dan pertemuan dan menyamakan persepsi," ungkapnya.
Berkukuh Pro-Growth & Pro-Stability
Dalam kesempatan ini, Perry yang dikenal sebagai moneteris sejati tetap mengedepankan kebijakan BI untuk terus mendorong pertumbuhan ekonomi tanpa melupakan stabilitas. Dia mengaku telah memiliki lima langkah terkait hal itu.
"Saya adalah pro-stability dan pro-growth. Ini visi saya. Terkait hal ini, BI mempunyai lima instrumen. Satu instrumen kami prioritaskan untuk jaga stabilitas yang dalam hal ini kebijakan moneter, empat instrumen lain mendorong pertumbuhan ekonomi," kata Perry.
![]() |
Perry merasa lima instrumen yang sudah disiapkan BI cukup mampu mengakomodir dua kebijakan sekaligus, terlepas dari ketidakpastian perekonomian global. Toh, jika terjadi kenaikan suku bunga, keputusan tersebut tidak akan langsung berdampak pada perekonomian.
"Kalau BI naikkan suku bunga, pertumbuhan tidak turun. 1,5 tahun dampak kenaikan suku bunga bukan berarti growth turun," kata Perry.
BI sendiri memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia sepanjang tahun ini hanya mencapai 5,2% atau di bawah target yang ditetapkan pemerintah dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2018 sebesar 5,4%.
Terlepas dari hal ini, gebrakan Perry Warjiyo saat ini sudah ditunggu oleh para pelaku pasar. Meskipun pelantikan Perry Warjiyo cukup membuat angin segar bagi bursa saham dan rupiah Kamis kemarin namun arah kebijakan bank sentral ke depanlah yang paling ditunggu.
(prm) Next Article Gubernur BI: Rupiah Masih Undervalue, Ada Potensi Menguat!
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular