
Harga Emas Masih Betah pada Level Terendah Tahun Ini
Raditya Hanung Prakoswa, CNBC Indonesia
23 May 2018 13:55

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga emas COMEX kontrak pengiriman Juni 2018 bergerak melemah 0,18% ke US$1.289,70/troy ounce, hingga pukul 13.00 WIB hari ini. Harga sang logam mulia masih enggan beranjak dari level terendahnya di tahun ini, yakni sebesar US$1.289,40/troy ounce, yang dicapai pada pekan lalu.
Pada perdagangan hari ini, harga emas masih tertekan oleh penguatan nilai tukar dolar Amerika Serikat (AS) yang berhasil rebound, setelah kemarin terdampar di zona merah. Dollar Index, yang mencerminkan posisi greenback di hadapan 6 mata uang utama, naik 0,06% hingga pukul 13.00 WIB hari ini.
Dolar AS mendapat momentum penguatan jelang rilis ikhtisar rapat (minutes of meeting) The Federal Reserve/The Fed edisi Mei 2018 yang akan dilaksanakan esok dini hari pukul 01.00 WIB. Dalam rapat tersebut, The Fed memang masih menahan suku bunga acuan di 1,5-1,75%. Namun pelaku pasar akan menyimak pernyataan dari para pejabat The Fed untuk mencari petunjuk arah kebijakan moneter Negeri Paman Sam ke depan.
Sampai saat ini, The Fed masih diyakini akan menaikkan suku bunga acuan tiga kali sepanjang 2018. Namun dengan perkembangan terakhir, di mana data-data ekonomi AS terus positif, kemungkinan The Fed untuk menaikkan sampai empat kali masih terbuka lebar, dalam rangka menjangkar ekspektasi inflasi.
Teranyar, The Fed Richmond merilis data indeks manufakur Mei 2018 sebesar 16. Jauh melebihi bulan sebelumnya yang -3. Ini menunjukkan aktivitas industri manufaktur di AS terus menggeliat, menunjukkan pemulihan ekonomi yang semakin nyata.
Jika dalam ikhtisar rapat The Fed ada indikasi kenaikan suku bunga yang lebih agresif untuk meredam inflasi, maka itu bisa menjadi energi penguatan dolar AS. Oleh karena itu, investor pun mulai berburu greenback untuk mengamankan posisi.
Meski demikian, pelemahan harga emas hari ini agak terbatas oleh perkembangan perang dagang AS-China yang ternyata tidak semulus perkiraan. Hal ini dipicu oleh komentar Presiden AS Donald Trump yang menyatakan kurang puas dengan perkembangan negosiasi perdagangan antara kedua raksasa ekonomi tersebut.
"Tidak, tidak terlalu," ujar Trump menjawab pertanyaan wartawan mengenai apakah dirinya puas terhadap perkembangan negosiasi perdagangan dengan Beijing. Namun eks pembawa acara reality show The Apprentice itu menambahkan bahwa pembicaraan dengan China baru tahap awal sehingga masih ada peluang perbaikan ke depan.
Meski begitu, komentar Trump dianggap sudah merefleksikan bahwa negosiasi antar kedua pihak sejatinya tak berjalan mulus. Ada banyak ketidaksepahaman antar kedua negara yang bisa berujung pada pemberlakuan kembali bea masuk yang sebelumnya sudah ditangguhkan.
Tidak hanya soal perdagangan, komentar Trump soal perkembangan pembicaraan dengan Korea Utara pun membuat pasar cemas. Trump dijadwalkan untuk bertemu dengan Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un di Singapura pada 12 Juni mendatang, tetapi ada kemungkinan dibatalkan.
"Ada peluang besar itu tidak akan terjadi (pertemuan dengan Kim), dan itu tidak masalah. Mungkin ini tidak akan terjadi pada 12 Juni, tetapi bukan berarti tidak akan pernah. Tetap ada peluang kami akan bertemu," tutur Trump.
Trump menambahkan, keputusan pasti soal pertemuan dengan Korea Utara akan dikeluarkan secepatnya. "Korea Utara punya peluang untuk menjadi negara besar, dan mereka seharusnya mengambil peluang itu," ujarnya.
Tidak cukup sampai di situ, pada hari Selasa (22/5/2018), World Trade Organization (WTO) telah mengumumkan bahwa Jepang, Rusia, dan Turki berpotensi menerapkan bea masuk bagi produk ekspor asal AS sebagai balasan dari pengenaan bea masuk atas baja dan aluminium yang terlebih dahulu diberlakukan Negeri Paman Sam.
Berbagai macam perkembangan tersebut lagi-lagi menimbulkan ketidakpastian. Pelaku pasar yang sudah punya harapan tinggi terhadap perdamaian di Semenanjung Korea dan berakhirnya perang dagang, kini dibuat gusar. Permintaan emas sebagai instrumen safe haven pun dapat terstimulasi, dan akhirnya mendukung penguatan harga komoditas ini.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(hps) Next Article Dolar AS Melunak, Harga Emas Naik Tipis
![]() |
Pada perdagangan hari ini, harga emas masih tertekan oleh penguatan nilai tukar dolar Amerika Serikat (AS) yang berhasil rebound, setelah kemarin terdampar di zona merah. Dollar Index, yang mencerminkan posisi greenback di hadapan 6 mata uang utama, naik 0,06% hingga pukul 13.00 WIB hari ini.
Sampai saat ini, The Fed masih diyakini akan menaikkan suku bunga acuan tiga kali sepanjang 2018. Namun dengan perkembangan terakhir, di mana data-data ekonomi AS terus positif, kemungkinan The Fed untuk menaikkan sampai empat kali masih terbuka lebar, dalam rangka menjangkar ekspektasi inflasi.
Teranyar, The Fed Richmond merilis data indeks manufakur Mei 2018 sebesar 16. Jauh melebihi bulan sebelumnya yang -3. Ini menunjukkan aktivitas industri manufaktur di AS terus menggeliat, menunjukkan pemulihan ekonomi yang semakin nyata.
Jika dalam ikhtisar rapat The Fed ada indikasi kenaikan suku bunga yang lebih agresif untuk meredam inflasi, maka itu bisa menjadi energi penguatan dolar AS. Oleh karena itu, investor pun mulai berburu greenback untuk mengamankan posisi.
Meski demikian, pelemahan harga emas hari ini agak terbatas oleh perkembangan perang dagang AS-China yang ternyata tidak semulus perkiraan. Hal ini dipicu oleh komentar Presiden AS Donald Trump yang menyatakan kurang puas dengan perkembangan negosiasi perdagangan antara kedua raksasa ekonomi tersebut.
"Tidak, tidak terlalu," ujar Trump menjawab pertanyaan wartawan mengenai apakah dirinya puas terhadap perkembangan negosiasi perdagangan dengan Beijing. Namun eks pembawa acara reality show The Apprentice itu menambahkan bahwa pembicaraan dengan China baru tahap awal sehingga masih ada peluang perbaikan ke depan.
Meski begitu, komentar Trump dianggap sudah merefleksikan bahwa negosiasi antar kedua pihak sejatinya tak berjalan mulus. Ada banyak ketidaksepahaman antar kedua negara yang bisa berujung pada pemberlakuan kembali bea masuk yang sebelumnya sudah ditangguhkan.
Tidak hanya soal perdagangan, komentar Trump soal perkembangan pembicaraan dengan Korea Utara pun membuat pasar cemas. Trump dijadwalkan untuk bertemu dengan Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un di Singapura pada 12 Juni mendatang, tetapi ada kemungkinan dibatalkan.
"Ada peluang besar itu tidak akan terjadi (pertemuan dengan Kim), dan itu tidak masalah. Mungkin ini tidak akan terjadi pada 12 Juni, tetapi bukan berarti tidak akan pernah. Tetap ada peluang kami akan bertemu," tutur Trump.
Trump menambahkan, keputusan pasti soal pertemuan dengan Korea Utara akan dikeluarkan secepatnya. "Korea Utara punya peluang untuk menjadi negara besar, dan mereka seharusnya mengambil peluang itu," ujarnya.
Tidak cukup sampai di situ, pada hari Selasa (22/5/2018), World Trade Organization (WTO) telah mengumumkan bahwa Jepang, Rusia, dan Turki berpotensi menerapkan bea masuk bagi produk ekspor asal AS sebagai balasan dari pengenaan bea masuk atas baja dan aluminium yang terlebih dahulu diberlakukan Negeri Paman Sam.
Berbagai macam perkembangan tersebut lagi-lagi menimbulkan ketidakpastian. Pelaku pasar yang sudah punya harapan tinggi terhadap perdamaian di Semenanjung Korea dan berakhirnya perang dagang, kini dibuat gusar. Permintaan emas sebagai instrumen safe haven pun dapat terstimulasi, dan akhirnya mendukung penguatan harga komoditas ini.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(hps) Next Article Dolar AS Melunak, Harga Emas Naik Tipis
Most Popular