
Ini Strategi PTBA Kejar Produksi Batu Bara 75 Ton Setahun
Donald Banjarnahor, CNBC Indonesia
21 May 2018 08:27

Jakarta, CNBC Indonesia - PT Bukit Asam Tbk (PTBA) menargetkan kapasitas produksi batubara mencapai 75 Juta ton per tahun pada 2023 mendatang dengan strategi membangun transportasi kereta api ke Tarahan, Lampung Selatan dan ke arah Pelabuhan Kertapati Sumatera Selatan.
Direktur Utama Bukit Asam Arviyan Arifin mengatakan kapasitas produksi pada saat ini hanya 25 juta ton per tahun dan berada di urutan keenam di antara perusahaan batu bara di Indonesia, di bawah Kaltim Prima Coal, Adaro, Berau Coal, Kideco Jaya Agung, dan Arutmin.
"Peningkatan kapasitas produksi karena keterbatasan masalah transportasi kereta api pengangkutan batubara," ujarnya dalam buka puasa bersama dengan Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Rini Soemarno dan direksi BUMN Tambang, Jumat (18/5/2018).
Untuk itu, tuturnya, Bukit Asam sudah menandatangani kerjasama dengan sejumlah pihak untuk membangun transportasi kereta api khusus pengakutan batubara.
Dia menjelaskan proyek kereta api yang dibangun adalah jalur kereta api dari Tanjung Enim ke Pelabuhan Tarahan, Lampung Selatan dengan kapasitas angkut 20 juta ton per tahun. Selanjutnya adalah jalur Tanjung Enim ke Tanjung Lago, Sumatera Selatan dengan kapasitas 10 juta ton per tahun.
Dengan demikian, pada 2023 mendatang kapasitas produksi Bukit Asam akan meningkat jadi 55 juta ton pada 2023. "Dengan asumsi kompetitor tidak bisa menambah produksi karena keterbatasan transportasi maka Bukit Asam akan menjadi nomor 2 atau 3 dalam kapasitas produksi dalam 5 tahun ke depan," jelasnya.
Tidak hanya itu, lanjut Arviyan, pembangunan transportasi juga akan dilakukan menuju pantai barat Sumatera dengan meningkatkan (upgrade) dari jalur kereta yang sudah ada. Upaya upgrade ini akan meningkatkan kapasitas pengangkutan sebesar 20 juta ton, sehingga ada potensi kapasitas produksi Bukit Asam menjadi 75 juta ton pada 2023.
Selain membangun jalur kereta api, Bukit Asam juga gencar membangun Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) sebagai salah satu bentuk hilirisasi mineral batu bara. Proyek PLTU yang akan dibangun adalah Sumatera Selatan 8 atau PLTU Banko Tengah dengan kapasitas 2 X 620 megawatt (MW) dan nilai investasi US$ 1,6 miliar.
"Ini adalah PLTU mulut tambang terbesar di Indonesia dan juga PLTU yang paling efisien di Indonesia karena biaya batu baranya fixed di bawah 5 sen," ujarnya.
PLTU mulut tambang lain yang dibangun oleh Bukit Asam adalah PLTU Peranap, Riau berkapasitas 2X 300MW dengan nilai investasi US$1,2 miliar. Selanjutnya PLTU Sumsel 6 di Muara Enim dengan kapasitas 2X300 MW dengan nilai investasi US$900 juta.
"Saat ini kapasitas yang kami bangun baru 1.300 MW karena keterbatasan distribusi dari PLN. Apabila bisa membangun distribusi ke arah utara dari Sumsel lalu membangun lagi ke arah selatan dan lanjut ke pulau Jawa maka bisa kami optimalkan jadi 3.000 MW bahkan 5.000 MW," jelasnya.
Bukit Asam juga telah menandatangani nota kesepakatan dengan anggota holding BUMN tambang lainnya untuk pembangunan PLTU di sejumlah wilayah. Bersama PT Indonesia Asahan Aluminium akan dibangun PLTU Kuala Tanjung dengan kapasitas 2 X 350 MW.
Sementara bersama PT Aneka Tambang Tbk akan dibangun PLTU di Halmahera Timur dengan kapasitas 2 X 40 MW dan PLTU di Pomalaa dengan kapasitas 2 X 30 MW.
(gus) Next Article Penjualan Kokas Kurang Memuaskan, PTBA Cari Negara Baru
Direktur Utama Bukit Asam Arviyan Arifin mengatakan kapasitas produksi pada saat ini hanya 25 juta ton per tahun dan berada di urutan keenam di antara perusahaan batu bara di Indonesia, di bawah Kaltim Prima Coal, Adaro, Berau Coal, Kideco Jaya Agung, dan Arutmin.
Untuk itu, tuturnya, Bukit Asam sudah menandatangani kerjasama dengan sejumlah pihak untuk membangun transportasi kereta api khusus pengakutan batubara.
Dia menjelaskan proyek kereta api yang dibangun adalah jalur kereta api dari Tanjung Enim ke Pelabuhan Tarahan, Lampung Selatan dengan kapasitas angkut 20 juta ton per tahun. Selanjutnya adalah jalur Tanjung Enim ke Tanjung Lago, Sumatera Selatan dengan kapasitas 10 juta ton per tahun.
Dengan demikian, pada 2023 mendatang kapasitas produksi Bukit Asam akan meningkat jadi 55 juta ton pada 2023. "Dengan asumsi kompetitor tidak bisa menambah produksi karena keterbatasan transportasi maka Bukit Asam akan menjadi nomor 2 atau 3 dalam kapasitas produksi dalam 5 tahun ke depan," jelasnya.
Tidak hanya itu, lanjut Arviyan, pembangunan transportasi juga akan dilakukan menuju pantai barat Sumatera dengan meningkatkan (upgrade) dari jalur kereta yang sudah ada. Upaya upgrade ini akan meningkatkan kapasitas pengangkutan sebesar 20 juta ton, sehingga ada potensi kapasitas produksi Bukit Asam menjadi 75 juta ton pada 2023.
Selain membangun jalur kereta api, Bukit Asam juga gencar membangun Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) sebagai salah satu bentuk hilirisasi mineral batu bara. Proyek PLTU yang akan dibangun adalah Sumatera Selatan 8 atau PLTU Banko Tengah dengan kapasitas 2 X 620 megawatt (MW) dan nilai investasi US$ 1,6 miliar.
"Ini adalah PLTU mulut tambang terbesar di Indonesia dan juga PLTU yang paling efisien di Indonesia karena biaya batu baranya fixed di bawah 5 sen," ujarnya.
PLTU mulut tambang lain yang dibangun oleh Bukit Asam adalah PLTU Peranap, Riau berkapasitas 2X 300MW dengan nilai investasi US$1,2 miliar. Selanjutnya PLTU Sumsel 6 di Muara Enim dengan kapasitas 2X300 MW dengan nilai investasi US$900 juta.
"Saat ini kapasitas yang kami bangun baru 1.300 MW karena keterbatasan distribusi dari PLN. Apabila bisa membangun distribusi ke arah utara dari Sumsel lalu membangun lagi ke arah selatan dan lanjut ke pulau Jawa maka bisa kami optimalkan jadi 3.000 MW bahkan 5.000 MW," jelasnya.
Bukit Asam juga telah menandatangani nota kesepakatan dengan anggota holding BUMN tambang lainnya untuk pembangunan PLTU di sejumlah wilayah. Bersama PT Indonesia Asahan Aluminium akan dibangun PLTU Kuala Tanjung dengan kapasitas 2 X 350 MW.
Sementara bersama PT Aneka Tambang Tbk akan dibangun PLTU di Halmahera Timur dengan kapasitas 2 X 40 MW dan PLTU di Pomalaa dengan kapasitas 2 X 30 MW.
(gus) Next Article Penjualan Kokas Kurang Memuaskan, PTBA Cari Negara Baru
Most Popular