
Harga Minyak Kembali Dekati Zona US$ 80/barel
Raditya Hanung Prakoswa, CNBC Indonesia
18 May 2018 10:43

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak jenis brent untuk kontrak pengiriman Juli 2018 menguat tipis 0,02% ke level US$ 79,3/barel, pada perdagangan kemarin. Sementara itu, lightsweet ditutup tidak mengalami perubahan, stagnan di level US$ 71,49/barel.
Meski demikian, harga brent yang menjadi acuan di Benua Eropa tersebut, sempat melompat ke level US$ 80,18/barel kemarin, pertama kalinya sejak November 2014, seperti dilansir dari AFP pada hari Kamis (17/5/2018). Namun, lonjakan itu tidak bertahan lama, di mana harga minyak berangsur turun lagi ke bawah US$80/barel.
Penguatan harga minyak masih disokong oleh beberapa sentimen positif seperti penurunan pasokan di Venezuela akibat krisis sosial-politik-ekonomi, kekhawatiran berkurangnya minyak dari Iran jika sanksi terhadap Negeri Persia diterapkan, ekspektasi permintaan yang kuat seiring pemulihan ekonomi global, dan ketatnya pasokan global sebagai hasil ikhtiar OPEC dalam memangkas produksi minyak mentah.
Yang teranyar, harga sang emas hitam juga mendapatkan dorongan dari data US Energy Information Administration (EIA) yang melaporkan cadangan minyak Amerika Serikat (AS) turun 1,4 juta barel pada pekan kemarin. Ini jauh melampaui konsensus yang dihimpun Reuters yang mengestimasikan penurunan sebesar 763.000 barel.
Di sisi lain, penguatan harga minyak masih terbatas seiring produksi minyak mentah mingguan Negeri Paman Sam kembali mencetak rekor sepanjang sejarah di angka 10,72 barel per hari (bph), di sepanjang pekan lalu.
Apabila dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu, produksi minyak mentah AS sudah meningkat nyaris 1,5 juta bph. Hal ini menimbulkan persepsi bahwa minyak asal negeri adidaya akan mampu mengimbangi ketatnya pasokan global saat ini.
Next Article Aktivitas Pengeboran AS Meningkat, Harga Minyak Melandai
Meski demikian, harga brent yang menjadi acuan di Benua Eropa tersebut, sempat melompat ke level US$ 80,18/barel kemarin, pertama kalinya sejak November 2014, seperti dilansir dari AFP pada hari Kamis (17/5/2018). Namun, lonjakan itu tidak bertahan lama, di mana harga minyak berangsur turun lagi ke bawah US$80/barel.
![]() |
Penguatan harga minyak masih disokong oleh beberapa sentimen positif seperti penurunan pasokan di Venezuela akibat krisis sosial-politik-ekonomi, kekhawatiran berkurangnya minyak dari Iran jika sanksi terhadap Negeri Persia diterapkan, ekspektasi permintaan yang kuat seiring pemulihan ekonomi global, dan ketatnya pasokan global sebagai hasil ikhtiar OPEC dalam memangkas produksi minyak mentah.
Di sisi lain, penguatan harga minyak masih terbatas seiring produksi minyak mentah mingguan Negeri Paman Sam kembali mencetak rekor sepanjang sejarah di angka 10,72 barel per hari (bph), di sepanjang pekan lalu.
Apabila dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu, produksi minyak mentah AS sudah meningkat nyaris 1,5 juta bph. Hal ini menimbulkan persepsi bahwa minyak asal negeri adidaya akan mampu mengimbangi ketatnya pasokan global saat ini.
![]() |
Selain itu, kemarin International Energy Agency (IEA) memangkas proyeksi permintaan minyak global tahun ini menjadi 1,4 juta bph, dari estimasi sebelumnya 1,5 juta bph. Alasannya, harga komoditas minyak yang semakin tinggi, justru akan menekan permintaan dari konsumen.
Kedua faktor di atas lantas menahan penguatan harga minyak, terbatas di bawah level US$80/barel pada pagi ini. Hingga pukul 09.43 WIB, lightsweet menguat 0,24% ke US$ 71,66/barel, sementara brent naik 0,39% ke US$ 79,61/barel.
Kedua faktor di atas lantas menahan penguatan harga minyak, terbatas di bawah level US$80/barel pada pagi ini. Hingga pukul 09.43 WIB, lightsweet menguat 0,24% ke US$ 71,66/barel, sementara brent naik 0,39% ke US$ 79,61/barel.
Next Article Aktivitas Pengeboran AS Meningkat, Harga Minyak Melandai
Most Popular