Harga Emas Tergelincir Lagi ke Level Terendah Tahun Ini

Raditya Hanung Prakoswa, CNBC Indonesia
17 May 2018 16:09
Pada perdagangan hari Selasa (15/5), harga emas anjlok lebih dari 2% ke level di bawah US$1.300/troy ounce, untuk pertama kalinya sejak akhir Desember 2017.
Foto: Dok Freepik
Jakarta, CNBC IndonesiaHarga emas COMEX kontrak pengiriman Juni 2018 masih dalam posisi tertekan pada perdagangan siang ini, setelah bergerak melemah 0,25% ke US$1.288,2/troy ounce hingga pukul 15.18 WIB.

Pada perdagangan hari Selasa (15/5), harga emas anjlok lebih dari 2% ke level di bawah US$1.300/troy ounce, untuk pertama kalinya sejak akhir Desember 2017.

Harga logam mulia ini sebenarnya sempat rebound tipis, dengan menguat sebesar 0,09% kemarin, namun nampaknya hari ini harga emas kembali kehilangan energi penguatannya.

Harga Emas Tergelincir Lagi ke Level Terendah Tahun Ini Foto: CNBC Indonesia/Raditya Hanung

Harga emas memang masih diselimuti aura negatif pekan ini, pasalnya nilai tukar dolar Amerika Serikat (AS) sedang perkasa. Hingga perdagangan kemarin, indeks dolar AS, yang mengukur posisi greenback terhadap 6 mata uang utama dunia, sudah menguat hingga 0,79% sepanjang pekan ini.

Apresiasi dolar AS minggu ini didorong oleh lonjakan imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS. Kemarin, yield obligasi AS seri acuan tenor 10 tahun bahkan sudah berada di level 3,113%, atau merupakan level tertinggi dalam 7 tahun terakhir.

Kenaikan yield merupakan pertanda bahwa ekspektasi inflasi sedang meningkat. Hal ini terjadi karena data-data ekonomi Negeri Paman Sam belum berhenti mengabarkan berita baik. Ekonomi yang semakin membaik tentu berakibat pada percepatan laju inflasi.

Teranyar, produksi sektor industri AS meningkat 0,7% secara month-to-month (MtM), lebih baik dari ekspektasi pasar sebesar 0,6% MtM. Produksi industri pengolahan, yang berkontribusi bagi 70% produksi industri AS, naik sebesar 0,5% MtM. Data ini lantas mengindikasikan pertumbuhan ekonomi AS yang lebih kuat di kuartal II-2018.

Dari sini pula peningkatan ekspektasi inflasi berasal. Ketika ekspektasi inflasi naik, cara untuk menjangkarnya adalah menaikkan suku bunga acuan. Persepsi kenaikan suku bunga acuan pun menjadi bahan bakar penguatan dolar AS.

Namun demikian, hari ini pergerakan dolar AS cenderung stagnan, tercermin dari indeks dolar AS yang hanya melemah tipis sebesar 0,09% pada pukul 15.13 WIB. Meski demikian, koreksi indeks dolar AS cenderung lebih longgar, di mana pada pukul 10.00 WIB hari ini, pelemahan indeks ini mencapai 0,3%.

Sepertinya, melunaknya dolar AS memang bersifat sementara, didorong oleh pelaku pasar yang merealisasikan keuntungannya, setelah greenback terus menguat dalam beberapa hari terkahir. Seiring imbal hasil obligasi pemerintah AS yang masih tinggi, investor akan cenderung memeluk dolar AS.

Satu hal yang mampu membalikkan arah harga emas adalah kembali memanansnya tensi geopolitik di Semenanjung Korea. Korea Utara secara mengejutkan membatalkan pertemuan dengan Korea Selatan yang sejatinya akan dilakukan hari ini. Bahkan, Korea Utara juga mengancam untuk mundur dari pembicaraan yang telah dijadwalkan dengan AS pada 12 Juni mendatang di Singapura.

Pembicaraan Pyongyang dengan Seoul sebelumnya dimaksudkan untuk membicarakan langkah-langkah konkrit guna memenuhi hal-hal yang dijanjikan pada saat deklarasi perdamaian antar kedua negara beberapa waktu silam.

Mengutip CNBC International, media milik pemerintahan Korea Utara melaporkan bahwa latihan militer gabungan antara AS dan Korea Selatan merupakan sebuah provokasi dan sebuah persiapan untuk melakukan invasi. Atas dasar itulah Korea Utara membatalkan pertemuannya dengan Korea Selatan.

Presiden AS Donald Trump mengaku belum mendengar kabar apapun dari Korea Utara. Namun eks taipan properti ini akan terus memantau situasi.

"Belum ada keputusan, kami belum menerima pemberitahuan apapun. Kami belum melihat atau mendengar apa-apa. Nanti kita lihat," ujar Trump.

Aura damai di Semenanjung Korea pun menjadi sedikit buyar. Kini ketegangan di kawasan tersebut bisa kembali muncul, dan meningkatkan risiko bagi pasar keuangan dan bursa saham global. Alhasil, investor akan beralih melirik instrumen safe haven seperti emas, Jepang Yen, dan Swiss Franc. 

Terlebih, hari ini Jepang dilaporkan untuk mempertimbangkan mengenakan tarif ekspor AS senilai US$ 409 juta (Rp 5,7 triliun) sebagai balasan terhadap pengenaan tarif bea impor baja dan aluminium yang diberlakukan Presiden AS Donald Trump, mengutip media lokal NHK. Tindakan tersebut kemungkinan akan menjadi bagian dari upaya agar Washington menambahkan Jepang ke dalam daftar negara yang memperoleh pengecualian tarif AS.

Hal ini lantas memperkeruh tingginya tensi perang dagang yang sebelumnya sudah terjadi antara AS dan China. 


TIM RISET CNBC INDONESIA

(hps) Next Article Dolar AS Melunak, Harga Emas Naik Tipis

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular