Kisah TP Rachmat Dapat Untung Besar di Bank Purba

Donald Banjarnahor, CNBC Indonesia
17 May 2018 13:56
Kisah TP Rachmat Dapat Untung Besar di Bank Purba
Foto: Detikcom
Jakarta, CNBC Indonesia - Bank Purba Danarta mungkin nama yang asing dan belum pernah anda dengar sebelumnya. Maklum bank ini dulunya tergolong kecil dan lebih banyak beroperasi di Jawa Tengah.

Namun, dari bank kecil ini, Theodore Permadi Rachmat (TP Rachmat), orang terkaya ke 19 di Indonesia versi Forbes berhasil mendapatkan untung yang luar biasa dalam kurun waktu hanya satu dekade.

Kisah Bank Purba Danarta dimulai pada 1991, ketika Yayasan Purba Danarta mendirikan bank untuk membantu masyarakat kecil. Tidak heran, Bank Purba Danarta fokus ke penyaluran kredit mikro sejak berdiri.

Seperti puluhan bank kecil lainnya, bank ini tumbuh lambat. Tidak ada aksi korporasi unorganik yang dilakukan. Maklum cara ini biasanya ampuh untuk membesarkan usaha secara cepat.

Perubahan terjadi ketika TP Rachmat masuk ke Bank ini pada 2007.  Masuknya mantan CEO Astra ini bukan tanpa alasan. Pada waktu, Bank Indonesia (BI) mewajibkan bank umum untuk memiliki modal minimal Rp 100 miliar. Bila tidak statusnya akan turun menjadi Bank Perkreditan Rakyat.

Pada akhir Desember 2006 total modal Bank Purba Danarta hanya Rp 23,13 miliar. Adapun total aset Bank ini kala itu hanya Rp 74,22 miliar.

TP Rachmat masuk ke Bank Purba Danarta melalui PT Triputra Persada Rahmat, dengan menyuntikan modal sekitar Rp 60 miliar. Total modal pada akhir 2007 tercatat Rp 85,11 miliar.

Suntikan modal dilakukan lagi pada 2009 dengan nilai sekitar Rp15 miliar sehingga total ekuitas menembus Rp 109 miliar, atau sudah sesuai regulasi modal minimum BI. Pada tahun yang sama Bank Purba Danarta mengubah nama menjadi Bank Sahabat Purba Danarta (BSPD).

Setelah itu, beberapa kali TP Rachmat menyuntikan modal bank ini hingga pada 2013 total ekuitas mencapai Rp 169,84 dengan modal disetor Rp160 miliar. Dengan injeksi modal secara berkala membuat kepemilikan TP Rahmat di bank ini naik hingga 95,31%, sebaliknya Yayasan Purba Danarta terdilusi jadi 4,69%.

Kisah berlanjut ketika bank ini diakuisisi oleh PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk (BTPN). Akuisisi ini merupakan strategi BTPN untuk membesarkan unit usaha syariah. Caranya BSPD  dikonversi menjadi bank syariah kemudian dimerger dengan unit usaha syariah BTPN sehingga melahirkan entitas baru BTPN Syariah.

Proses akuisisi dilakukan melalui skema penambahan modal oleh BTPN sebesar Rp 600 miliar. BTPN menggengam porsi 70% setelah akuisisi, sementara Triputra terdilusi menjadi 28,59% dan Yayasan Purba Danarta menjadi 1,41%. Sisa kepemilikan Yayasan Purba Danarta kemudian dibeli oleh Triputra pada 2014 sehingga total kepemilikan jadi 30%.

Aksi korporasi BTPN Syariah kemudian berlanjut dengan menggelar Penawaran Umum Perdana atau Intial Public Offering pada awal bulan ini. Jumlah saham IPO yang diterbitkan dan dilepas ke publik sebanyak 770,37 juta lembar atau setara dengan 10% dari total modal disetor.  

IPO dari emiten dengan kode BTPS  ini dilaksanakan pada harga Rp975/lembar saham. Akibat IPO ini, kepemilikan Triputra tergerus jadi 27%, sementara kepemilikan BTPN turun jadi 63%. 

Tiga hari setelah IPO, atau Jumat 11 Mei 2018 Triputra menjual 539,26 juta lembar saham BTPS. Jumlah saham itu setara dengan 7% dari total kepemilikan di BTPS. 

Harga penjualan Rp 1.020 per lembar atau 4,6% di atas harga IPO, namun di bawah harga perdagangan pada hari itu sebesar Rp1510/lembar saham.

Dari penjualan itu, Triputra mendapatkan uang sebesar Rp 550,04 miliar. Sementara BTPN sebagai pihak pembeli, porsi kepemilikannya di BTPS naik 7% menjadi 70%.
Dengan penjualan ini, Triputra sudah mendapatkan keuntungan lebih dari 240% dari total modal yang pernah disetor ke Bank Purba Danarta sebesar Rp 160 miliar. 

Namun tidak hanya itu keuntungan dari Triputra. Karena perusahaan ini masih menggenggam 1,54 miliar lembar saham atau setara dengan 20% kepemilikan di BTPN Syariah.

Dengan nilai saham BTPS pada penutupan Rabu (16/5/2018) sebesar Rp 1.515 per lembar berarti nilai kepemilikan Triputra di BTPN Syariah setara dengan Rp 2,33 triliun.  

Bila dibandingkan dengan modal disetor, maka keuntungan Triputra selama 11 tahun sejak mengakuisisi Bank Purba Danarta mencapai 17 kali lipat. Nilai yang cukup fantastis bukan?



Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular