
Yield Obligasi AS Naik di Atas 3%, Bagaimana Dampaknya ke RI?
Chandra Gian Asmara, CNBC Indonesia
16 May 2018 10:54

Jakarta, CNBC Indonesia - Lonjakan imbal hasil surat utang pemerintah AS (Yield US Treasury) ke level tertingginya sejak tujuh tahun terakhir kembali memberikan sentimen negatif kepada pasar keuangan global. Obligasi AS saat ini berada di level 3,09% atau tertinggi sejak Juli 2011.
Sentimen ini membuat sejumlah bursa saham kawasan Asia, tak terkecuali Indonesia. Pada pembukaan perdagangan hari ini Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melemah 0,99% ke level 5.780,88, mengikuti pelemahan yang terjadi di Indeks Nikkei, indeks Kospi, indeks Strait Times, indeks Shanghai, dan ndeks Hang Seng.
Lantas, apa dampak lonjakan US Treasury kepada perekonomian Indonesia?
Kepala Ekonom CIMB Niaga Adrian Panggabean menjabarkan beberapa indikator perekonomian yang terdampak dari kenaikan yield obligasi AS tenor 10 tahun di atas 3%. Salah satunya, adalah Credit Default Swap (risiko utang) yang melambung.
"Jika yield obligasi AS kembali naik di atas angka 3%, premi CDS obligasi global Indonesia tenor 5 tahun masih di antara 100 - 120 bps," kata Adrian, dalam laporan bulanan yang diterima CNBC Indonesia, Rabu (16/5/2018).
CDS merupakan sebuah ukuran yang menunjukan tingkat persepsi risiko investasi untuk investor di Indonesia. CDS biasanya digunakan sebagai indikator fundamental yang menjadi acuan investor besar dan para fund manager di seluruh dunia.
Angka CDS untuk tenor 5 tahun terbilang cukup menggembirakan karena berada di angka 76,56 bps. Namun, per 9 Mei lalu angka CDS telah melambung hingga 129,19 bps, atau merupakan yang tertinggi sejak Mei 2017 lalu.
Selain itu, sambung Adrian, lonjakan yield US Treasury yang menembus angka di atas 3% pun akan memberikan tekanan terhadap nilai tukar rupiah dan ujung-ujungnya kepada yield obligasi pemerintah Indonesia.
"Rentang perdagangan US$/Rupiah di rentang Rp 13.800 - Rp 14.000, dan term structure Bank Indonesia naik untuk sementara waktu, maka, rentang perdagangan yield obligasi 10 tahun Indonesia di Mei akan berada diantara 6,75% - 7.25%," jelasnya.
Sebagai informasi, penguatan dolar AS pada hari ini semakin tak terbendung, dan mendekati level Rp 14.100/US$. Oada pukul 10:00 WIB hari ini, US$ di pasar spot dihargai Rp 14.092, melemah 0,43% dibandingkan penutupan hari sebelumnya.
(roy) Next Article Koreksi Pasar Obligasi Teredam Stagnasi Dolar AS
Sentimen ini membuat sejumlah bursa saham kawasan Asia, tak terkecuali Indonesia. Pada pembukaan perdagangan hari ini Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melemah 0,99% ke level 5.780,88, mengikuti pelemahan yang terjadi di Indeks Nikkei, indeks Kospi, indeks Strait Times, indeks Shanghai, dan ndeks Hang Seng.
"Jika yield obligasi AS kembali naik di atas angka 3%, premi CDS obligasi global Indonesia tenor 5 tahun masih di antara 100 - 120 bps," kata Adrian, dalam laporan bulanan yang diterima CNBC Indonesia, Rabu (16/5/2018).
CDS merupakan sebuah ukuran yang menunjukan tingkat persepsi risiko investasi untuk investor di Indonesia. CDS biasanya digunakan sebagai indikator fundamental yang menjadi acuan investor besar dan para fund manager di seluruh dunia.
Angka CDS untuk tenor 5 tahun terbilang cukup menggembirakan karena berada di angka 76,56 bps. Namun, per 9 Mei lalu angka CDS telah melambung hingga 129,19 bps, atau merupakan yang tertinggi sejak Mei 2017 lalu.
Selain itu, sambung Adrian, lonjakan yield US Treasury yang menembus angka di atas 3% pun akan memberikan tekanan terhadap nilai tukar rupiah dan ujung-ujungnya kepada yield obligasi pemerintah Indonesia.
"Rentang perdagangan US$/Rupiah di rentang Rp 13.800 - Rp 14.000, dan term structure Bank Indonesia naik untuk sementara waktu, maka, rentang perdagangan yield obligasi 10 tahun Indonesia di Mei akan berada diantara 6,75% - 7.25%," jelasnya.
Sebagai informasi, penguatan dolar AS pada hari ini semakin tak terbendung, dan mendekati level Rp 14.100/US$. Oada pukul 10:00 WIB hari ini, US$ di pasar spot dihargai Rp 14.092, melemah 0,43% dibandingkan penutupan hari sebelumnya.
(roy) Next Article Koreksi Pasar Obligasi Teredam Stagnasi Dolar AS
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular