Sedikit Lagi Harga Minyak Tembus US$80/barel

Raditya Hanung Prakoswa, CNBC Indonesia
15 May 2018 20:08
Harga minyak melanjutkan relinya di sore ini, didorong oleh laporan Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) yang menggambarkan kondisi pasokan minyak.
Foto: REUTERS/Stringer
Jakarta, CNBC IndonesiaHarga minyak melanjutkan reli hari ini, didorong oleh laporan Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) yang menggambarkan kondisi pasokan minyak yang semakin ketat di negara-negara maju. Selain itu, keputusan AS untuk keluar dari kesepakatan nuklir Iran juga menjadi sentimen yang mengerakkan harga minyak.

Hingga pukul 18.08 WIB hari ini, harga minyak jenis light sweet untuk kontrak pengiriman Juni 2018 menguat hingga 0,96% ke US$71,64/barel, sementara brent untuk kontrak pengiriman Juli 2018 melambung 1,15% ke US$79,13/barel.

Dengan capaian tersebut, harga brent hanya perlu menguat US$0,87/barel lagi untuk menembus level US$80/barel, yang merupakan nilai tertingginya sejak awal November 2014.
Sedikit Lagi Harga Minyak Tembus US$80/barelFoto: CNBC Indonesia/Raditya Hanung

Sentimen utama bagi penguatan harga minyak datang dari rilis laporan OPEC yang menyatakan bahwa cadangan minyak di negara-negara maju OECD pada bulan Maret 2018 turun 12,7 juta barel secara month-to-month (MtM) ke 2,83 miliar barel, atau lebih rendah 204 juta barel secara year-on-year (YoY)

Hal ini nampaknya merupakan buah dari kuatnya komitmen OPEC dan negara non-OPEC (dipimpin Rusia) dalam menjalankan kesepakatan pemangkasan produksinya sejak Januari 2017 lalu, demi mengurangi kelebihan pasokan global yang menyebabkan hancurnya harga minyak.

Ikhtiar pemangkasan produksi tersebut dapat dikatakan sukses mengerek harga minyak dunia, di mana saat ini harga brent tercatat sudah menguat nyaris 40% sejak tahun 2017 lalu.

Di sisi lain, OPEC juga memproyeksikan adanya peningkatan permintaan minyak global pada tahun ini, mengacu pada pertumbuhan yang kuat di negara-negara maju pada kuartal I-2018. Konsumsi minyak dunia di sepanjang tahun 2018 diprediksi mencapai 98,85 juta barel per hari (bph), atau naik 1,65 juta bph dari tahun lalu.

Harga sang emas hitam juga mendapatkan energi positif dari keputusan Presiden AS Donald Trump untuk keluar dari kesepakatan nuklir Iran, dan dipastikan akan memulihkan sanksi bagi Negeri Persia.

Sebagai informasi, Iran mengekspor minyak sebanyak 450.000 barel/hari ke Eropa dan 1,8 juta barel/hari ke Asia. Dengan sanksi ekonomi, dunia akan kehilangan potensi tersebut dan berujung pada kenaikan harga minyak dunia.

Tidak hanya sampai situ, mundurnya Negeri Paman Sam dari kesepakatan nuklir yang dibuat pada 2015 tersebut, ternyata berbuntut panjang. Tensi geopolitik di Timur Tengah kini mulai mengarah ke konflik bersenjata.

Setelah pengumuman Trump, Israel (yang merupakan sekutu utama AS) menyerang pasukan Iran yang membantu pemerintah Suriah memerangi pemberontak dan ISIS. Negeri Zionis berdalih bahwa serangan tersebut diluncurkan sebagai balasan serangan misil kubu Suriah ke Dataran Tinggi Golan. 

Investor sepertinya juga masih mewaspadai perkembangan tensi geopolitik di Palestina. Pada hari Senin (14/5/2018), sebanyak 55 warga Palestina dibunuh oleh pasukan bersenjata Israel kala melakukan protes terkait dengan pemindahan kedutaan besar AS di Israel dari Tel Aviv Ke Yerusalem.

Sekitar akhir tahun lalu, langkah Trump yang berencana memindahkan kedutaan besarnya ke Yerusalem mengundang amarah dari berbagai negara, terutama di Jazirah Arab. Bahkan Trump dituding telah membuka gerbang neraka karena kebijakan ini bisa menyulut konflik berkepanjangan.

Ketika Timur Tengah memanas, maka lagi-lagi yang dikhawatirkan adalah harga minyak. Timur Tengah adalah pemasok utama kebutuhan minyak dunia, sehingga konflik di wilayah ini tentu akan menghambat produksi dan distribusi si emas hitam. Akibatnya, harga komoditas energi utama dunia ini akan terkerek ke atas.

Saat ini, satu-satunya sentimen utama yang mampu menahan penguatan harga minyak adalah kuatnya produksi minyak mentah AS. Kemarin, US Energy Information Administration (EIA) mengekspektasikan produksi shale oil Negeri Paman Sam akan meningkat sebesar 145.000 bph menjadi 7,18 juta bph pada bulan Juni 2018.

Saat ini, produksi minyak mentah mingguan Negeri Paman Sam masih tercatat amat perkasa dengan berada di angka 10,7 juta barel per hari (bph), atau kembali mencatatkan rekor sepanjang sejarah negeri adidaya tersebut.


(hps) Next Article Aktivitas Pengeboran AS Meningkat, Harga Minyak Melandai

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular