Internasional

Ekonomi AS Bergerak Anomali, Bunga Acuan Bisa Naik Signifikan

Roy Franedya, CNBC Indonesia
15 May 2018 11:17
Terjadi gerakan anomali pada perekonomian AS dimana defisit anggaran membengkak sementara tingkat pengangguran turun yang bisa memicu kenaikan suku bunga acuan.
Foto: Reuters
Jakarta, CNBC Indonesia - Defisit anggaran dan tingkat pengangguran Amerika Serikat (AS) sedang bergerak menuju arah yang berlawanan, sesuatu yang tidak pernaha terjadi selama masa damai pasca Perang Dunia II dan dapat menyebabkan lonjakan suku bunga acuan secara signifikan.

Peningkatan defisit anggaran akan datang dari serangkaian stimulus fiskal dari Parlemen AS, termasuk pemotongan pajak US$1,5 triliun (Rp 21.000 triliun) yang disetujui pada Desember 2017 dan pengeluaran US$1,3 triliun (Rp 18.200 triliun) untuk menjaga agar pemerintah beroperasi sampai akhir tahun fiskal.

Tingkat pengangguran AS saat ini 3,9% dan terus turun, sementara defisit anggaran berada US$668 miliar pada 2017 dan pada 2020 akan membengkak ke atas US$1 triliun. Menurut ekonom Goldman fenomena ganda ini merupakan sangat tidak biasa di AS.

Biasanya gerakan berlawanan arah seperti ini datang pada tahap awal pemulihan ekonomi. Tetapi Ekonomi AS sudah delapan tahun melakukan pemulihan pasca krisis ekonomi.
Ekonomi AS Bergerak Anomali, Bunga Acuan Bisa Naik SignifikanFoto: IST via CNBC International

Satu-satunya periode ketika defisit anggaran meningkat sementara tingkat pengangguran anjlok terjadi selama perang Korea dan Vietnam. Ekonomi yang berkembang biasanya akan membantu menurunkan defisit, tetapi itu tidak terjadi karena pinjaman pemerintah terus tumbuh.

Untuk memenuhi peningkatan beban utang, AS harus menerbitkan lebih banyak obligasi, pada saat bersamaan Federal Reserve tidak lagi menjadi pemain di pasar.


Banyaknya pasokan surat utang negara tetapi sedikit pembeli berarti pemerintah harus membayar lebih banyak ke investor dan itu berarti suku bunga yang lebih tinggi. Goldman memproyeksikan patokan US-Treasury 3,6% pada akhir 2019. Saat ini suku bunga obligasi US-Treasury mendekati 3%.

The Fed diperkirakan akan terus menaikkan suku bunga, sebagai bagian dari respon terhadap pertumbuhan ekonomi yang meningkat sebagaimana dibuktikan oleh penurunan pengangguran, dan untuk mencegah overheating dan inflasi.

Goldman memperkirakan stimulus fiskal akan meningkatkan tingkat utang terhadap PDB dari 4% saat ini menjadi 5,5% pada fiskal 2021. Perekonomian AS sedang berada pada bulan terbaik, pada April 2018 terjadi surplus US$218 miliar, menurut CBO. Namun, defisit sebaliknya telah tumbuh dan hingga US$382 miliar pada fiskal 2018, 10,7% dari tahun ke tahun.


"Peningkatan defisit yang tidak biasa bahkan lebih mengejutkan karena datang pada saat rasio utang terhadap PDB pemerintah federal sudah mendekati nilai tertinggi dalam sejarah," tulis para ekonom Goldman Sach. "Peningkatan dalam penerbitan surat utang akan membutuhkan publik untuk menyerap lebih banyak utang pemerintah dalam beberapa tahun mendatang."

Goldman memperkirakan peningkatan defisit akan direspons dengan kenaikan suku bunga 30 bps hingga 60 bps. Dalam istilah the Fed, ini setara dengan kenaikan lebih dari 25 bps dalam setiap pengumuman kenaikan. Pada tahun 2018 akan terjadi tiga kali kenaikan suku bunga dan tahun 2019 kenaikan suku bunga juga akan terjadi tiga kali.

Presiden Fed Cleveland Loretta Mester, dalam wawancara dengan CNBC mengatakan bahwa AS perlu memperhatikan beban utangnya yang sedang tumbuh - pada US$21 triliun dan terus bertambah - sebelum tak bisa dikendalikan.

(hps) Next Article Tingkat Pengangguran 3,8%, The Fed Naikkan Suku Bunga 4 Kali?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular