
Sri Mulyani akan Ladeni Permintaan Kenaikan Yield Surat Utang
Chandra Gian Asmara, CNBC Indonesia
10 May 2018 07:55

Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menegaskan tidak akan mengubah jadwal penerbitan Surat Berharga Negara (SBN) meskipun imbal hasil (yield) obligasi negara saat ini naik cukup signfikan. Meski demikian, pemerintah akan mengambil langkah tertentu menyikapi hal itu.
"Kami sudah punya jadwal auction, tapi kami akan terus melihat kondisi market secara pragmatis saja," kata Sri Mulyani, usai melantik ratusan pejabat Eselon III Kementerian Keuangan, Rabu (9/5/2018) malam.
Seperti diketahui, yield obligasi negara terus merangkak naik di tengah ketidakpastian global. Pada Rabu (9/5/2018), yield SBN seri acuan tenor 10 tahun berada di level 7,25%, merupakan level tertinggi sejak Maret 2017.
Menurut mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia itu, ekspektasi kenaikan Fed Fund Rate yang diperkirakan naik tiga kali tahun ini, mendorong peningkatan yield US Treasury. Hal tersebut, sambung dia, secara tidak langsung mendorong yield menuju ke titik keseimbangan baru.
"Tentu saja situasi di mana seluruh dunia sedang mencapai apa yang disebut sebagai level normal baru. Jadi tidak sama dengan dua atau tiga tahun lalu dimana suku bunga [AS] mendekati nol persen. Jadi kita harus adjust dengan yang disebut new normal itu," jelasnya.
"Kami akan lihat, mereka [The Fed] sudah berikan sinyal tiga kali kenaikan suku bunga. Jadi kalau seluruh kenaikan suku bunga Fed terjadi, itu disebut dengan ekuilibrium baru," tambah Sri Mulyani.
Oleh karena itu, pemerintah akan jauh lebih berhati-hati sebelum menerbitkan obligasi negara. Apalagi, sejauh ini strategi pembiayaan pemerintah sudah terpenuhi melalui penerbitan global bond, maupun pembiayaan yang berasal dari institusi multilateral.
"Kami akan terus perhatikan secara detail, mereka yang menjadi bond holder jangka panjang, dan mereka yang akan mencoba mendapatkan keuntungan dalam jangka pendek di situasi sekarang ini," jelasnya.
"Kami memiliki opsi apabila market dalam situasi yang tidak rasional. Tidak rasional dalam arti mereka minta rate yang sangat ekstrim tinggi, yang tidak bisa dijustifikasi dari fundamental plus appetite risk yang tidak kita akomodasi," tegasnya.
(hps) Next Article Pemerintah Cari Utang Dolar Lagi, Uangnya Buat Buyback
"Kami sudah punya jadwal auction, tapi kami akan terus melihat kondisi market secara pragmatis saja," kata Sri Mulyani, usai melantik ratusan pejabat Eselon III Kementerian Keuangan, Rabu (9/5/2018) malam.
Seperti diketahui, yield obligasi negara terus merangkak naik di tengah ketidakpastian global. Pada Rabu (9/5/2018), yield SBN seri acuan tenor 10 tahun berada di level 7,25%, merupakan level tertinggi sejak Maret 2017.
"Tentu saja situasi di mana seluruh dunia sedang mencapai apa yang disebut sebagai level normal baru. Jadi tidak sama dengan dua atau tiga tahun lalu dimana suku bunga [AS] mendekati nol persen. Jadi kita harus adjust dengan yang disebut new normal itu," jelasnya.
"Kami akan lihat, mereka [The Fed] sudah berikan sinyal tiga kali kenaikan suku bunga. Jadi kalau seluruh kenaikan suku bunga Fed terjadi, itu disebut dengan ekuilibrium baru," tambah Sri Mulyani.
Oleh karena itu, pemerintah akan jauh lebih berhati-hati sebelum menerbitkan obligasi negara. Apalagi, sejauh ini strategi pembiayaan pemerintah sudah terpenuhi melalui penerbitan global bond, maupun pembiayaan yang berasal dari institusi multilateral.
"Kami akan terus perhatikan secara detail, mereka yang menjadi bond holder jangka panjang, dan mereka yang akan mencoba mendapatkan keuntungan dalam jangka pendek di situasi sekarang ini," jelasnya.
"Kami memiliki opsi apabila market dalam situasi yang tidak rasional. Tidak rasional dalam arti mereka minta rate yang sangat ekstrim tinggi, yang tidak bisa dijustifikasi dari fundamental plus appetite risk yang tidak kita akomodasi," tegasnya.
(hps) Next Article Pemerintah Cari Utang Dolar Lagi, Uangnya Buat Buyback
Most Popular