
Cuitan Trump Bawa Harga Minyak "Membumi"
Raditya Hanung Prakoswa, CNBC Indonesia
08 May 2018 10:19

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak bergerak melemah pagi ini, seiring investor yang mewaspadai pengumuman sikap pemerintahan Amerika Serikat (AS) terkait kesepakatan nuklir Iran. Pada hari Senin waktu setempat, pelaku pasar dikejutkan oleh cuitan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump di media sosial Twitter, yang menyatakan akan segera mengumumkan sikapnya terkait kesepakatan nuklir Iran, lebih cepat dari rencana awal pada 12 Mei.
Hingga pukul 09.00 WIB hari ini, harga minyak jenis light sweet untuk kontrak pengiriman Juni 2018 melemah 0,95% ke US$70,06/barel, sementara brent untuk kontrak pengiriman Juli 2018 turun 0,77% ke US$75,58/barel.
Sebagai catatan, Iran termasuk negara produsen dan eksportir minyak utama dunia dengan cadangan mencapai 157,2 miliar barel. Produksi minyak di Negeri Persia adalah 3,65 juta barel/hari dan ekspornya mencapai 1,92 juta barel/hari.
Analis dari RBC Capital Markets memprediksi bahwa ekspor Iran dapat terpangkas sekitar 200.000-300.000 barel per hari (bph), apabila akhirnya AS keluar dari kesepakatan nuklir Iran tersebut.
Beberapa spekulasi pun bermunculan terkait sikap Trump esok hari, salah satunya yang memperkirakan pemerintahan Trump akan kembali mengeksekusi sanksi bagi Iran, tapi akan memberikan waktu bagi pembeli minyak mentah Negeri Persia untuk mematuhi sanksi tersebut, seperti dikutip dari CNBC International.
Melonjaknya harga minyak kemarin didorong oleh perusahaan minyak asal Negeri Paman Sam, ConocoPhillips yang telah bergerak untuk mengambil alih beberapa aset perusahaan minyak negara Venezuela PDVSA, dalam rangka mengeksekusi putusan arbitrase internasional senilai US$2 miliar, seperti dilaporkan oleh Reuters.
Sebagai informasi, perselisihan antara ConocoPhillips dan Venezuela muncul sejak aksi nasionalisasi sejumlah aset perminyakan yang dioperasikan sejumlah perusahaan asing, oleh mantan Presiden Venezuela Hugo Chavez pada tahun 2007.
ConocoPhillips lantas menolak keras kebijakan tersebut, dan akhirnya menggugat ke artibrase internasional, dengan alasan pembatalan kontrak secara sepihak, serta adanya kerugian profit di masa depan
Perkembangan ini pastinya akan memperparah kejatuhan produksi dan ekspor minyak mentah Venezuela akibat krisis ekonomi yang sedang berlangsung. Sebagai catatan, produksi minyak mentah asal Venezuela telah berkurang setengahnya sejak awal tahun 2000-an, ke 1,5 juta barel per hari (bph).
TIM RISET CNBC INDONESIA
(roy) Next Article Brent Anjlok Nyaris 1%, Minyak Jauhi US$ 80/barel
![]() |
Hingga pukul 09.00 WIB hari ini, harga minyak jenis light sweet untuk kontrak pengiriman Juni 2018 melemah 0,95% ke US$70,06/barel, sementara brent untuk kontrak pengiriman Juli 2018 turun 0,77% ke US$75,58/barel.
![]() |
Sebagai informasi, Trump akan mengambil keputusan apakah AS akan tetap menjaga kesepakatan nuklir Iran atau menerapkan sanksi baru bagi Negeri Persia pada hari Selasa pukul 2.00 PM Eastern Daylight Time (EDT), atau hari Rabu pukul 1.00 AM WIB. Jadwal tersebut dicanangkan lebih cepat 4 hari dari yang direncanakan sebelumnya pada tanggal 12 Mei.
Apabila Trump memutuskan untuk kembali menerapkan sanksi bagi Iran, ekspor minyak Negeri Persia tersebut dipastikan terpukul, dan ujung-ujungnya menganggu pasokan minyak mentah global yang saat ini sudah dalam kondisi yang cukup ketat.
Apabila Trump memutuskan untuk kembali menerapkan sanksi bagi Iran, ekspor minyak Negeri Persia tersebut dipastikan terpukul, dan ujung-ujungnya menganggu pasokan minyak mentah global yang saat ini sudah dalam kondisi yang cukup ketat.
Sebagai catatan, Iran termasuk negara produsen dan eksportir minyak utama dunia dengan cadangan mencapai 157,2 miliar barel. Produksi minyak di Negeri Persia adalah 3,65 juta barel/hari dan ekspornya mencapai 1,92 juta barel/hari.
Beberapa spekulasi pun bermunculan terkait sikap Trump esok hari, salah satunya yang memperkirakan pemerintahan Trump akan kembali mengeksekusi sanksi bagi Iran, tapi akan memberikan waktu bagi pembeli minyak mentah Negeri Persia untuk mematuhi sanksi tersebut, seperti dikutip dari CNBC International.
Dengan adanya jeda tersebut, pemerintahan AS dapat bernegosiasi lebih lanjut dengan pemimpin Eropa. Sebagai informasi, pemimpin-pemimpin di Benua Biru cenderung ingin mempertahankan kesepakatan nuklir Iran yang dibuat oleh mantan presiden Barack Obama, Prancis, Jerman, Rusia, Inggris, dan China pada tahun 2015.
Sebelum belum benar-benar pasti apa yang akan dicetuskan oleh Trump, investor nampaknya memasang posisi defensif, dan menahan pembelian hari ini. Alhasil, harga minyak pun gagal melanjutkan keperkasaannya, setelah kemarin mampu ditutup menguat di kisaran 1,5%, dan mencetak rekor tertinggi sejak akhir 2014.
Sebelum belum benar-benar pasti apa yang akan dicetuskan oleh Trump, investor nampaknya memasang posisi defensif, dan menahan pembelian hari ini. Alhasil, harga minyak pun gagal melanjutkan keperkasaannya, setelah kemarin mampu ditutup menguat di kisaran 1,5%, dan mencetak rekor tertinggi sejak akhir 2014.
Melonjaknya harga minyak kemarin didorong oleh perusahaan minyak asal Negeri Paman Sam, ConocoPhillips yang telah bergerak untuk mengambil alih beberapa aset perusahaan minyak negara Venezuela PDVSA, dalam rangka mengeksekusi putusan arbitrase internasional senilai US$2 miliar, seperti dilaporkan oleh Reuters.
Sebagai informasi, perselisihan antara ConocoPhillips dan Venezuela muncul sejak aksi nasionalisasi sejumlah aset perminyakan yang dioperasikan sejumlah perusahaan asing, oleh mantan Presiden Venezuela Hugo Chavez pada tahun 2007.
ConocoPhillips lantas menolak keras kebijakan tersebut, dan akhirnya menggugat ke artibrase internasional, dengan alasan pembatalan kontrak secara sepihak, serta adanya kerugian profit di masa depan
Perkembangan ini pastinya akan memperparah kejatuhan produksi dan ekspor minyak mentah Venezuela akibat krisis ekonomi yang sedang berlangsung. Sebagai catatan, produksi minyak mentah asal Venezuela telah berkurang setengahnya sejak awal tahun 2000-an, ke 1,5 juta barel per hari (bph).
TIM RISET CNBC INDONESIA
(roy) Next Article Brent Anjlok Nyaris 1%, Minyak Jauhi US$ 80/barel
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular