
Cuitan Trump Pada OPEC Bikin Harga Minyak Menciut
Raditya Hanung Prakoswa, CNBC Indonesia
05 July 2018 10:04

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak jenis light sweet yang menjadi acuan di Amerika Serikat (AS) bergerak melemah 0,03% ke US$73,86/barel, sementara Brent yang menjadi acuan di Benua Eropa malah turun lebih parah sebesar 0,78% ke US$77,63/barel, pada perdagangan hari ini Kamis (05/07/2108) hingga pukul 09.00 WIB.
Brent tidak mampu melanjutkan momentum penguatannya, pasca ditutup naik 0,62% pada perdagangan kemarin. Sejatinya harga minyak sebenarnya masih diselimuti oleh sentimen positif dari rencana pemerintah AS untuk menghentikan ekspor minyak Iran, dengan cara mengajak seluruh negara untuk berhenti membeli minyak asal Negeri Persia.
Kebijakan AS yang lebih keras dari yang diperkirakan akan menyebabkan produksi Iran turun 1,1 juta barel per hari di saat permintaan minyak global sedang tinggi, mengutip riset dari Morgan Stanley.
Bank investasi itu juga menambahkan bahwa penurunan produksi di Libya dan Angola akan lebih dalam dari perkiraan. Dengan demikian, pasar minyak akan kehilangan pasokan hingga 600.000 barel per hari di semester kedua 2018.
Meski demikian, Negeri Persia dikabarkan tidak gentar. Presiden Hassan Rouhani menegaskan Iran tidak segan untuk menganggu pengiriman minyak dari negara-negara tetangganya.
"AS mengklaim mereka akan menghentikan ekspor minyak Iran. Tidak mungkin Iran tidak bisa mengekspor sementara negara lain di kawasan ini tetap bisa mengekspor. Mengasumsikan Iran menjadi satu-satunya produsen minyak yang tidak bisa mengekspor adalah sebuah kesalahan. AS tidak akan bisa menghambat pendapatan Iran dari minyak," papar Rouhani dalam sebuah video di situs kepresidenan seperti dikutip Reuters.
Sejumlah pejabat teras di Iran sebelumnya mengancam akan memblokade Selat Hormuz jika AS masih bertindak semena-mena. Selat Hormuz merupakan salah satu rute pengiriman utama.
Perkembangan ini lantas memicu persepsi bahwa pasokan minyak dunia masih akan seret. Hal ini lantas mampu menjadi bahan bakar bagi penguatan brent pada perdagangan kemarin. Namun, hari ini ceritanya berbeda. Brent mulai kehabisan bensin.
Penyebabnya utamanya adalah Presiden AS Donald Trump yang menyalahkan Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) atas kenaikan harga minyak.
"Monopoli OPEC harus ingat bahwa harga bensin sedang naik, dan mereka hampir tidak melakukan apa-apa untuk membantu. Mereka mendorong harga minyak naik di saat AS membela kepentingan sejumlah anggota mereka hampir secara cuma-cuma. Hal ini harus berjalan dua arah. TURUNKAN HARGA (MINYAK) SEKARANG!" tulis Trump di media sosial Twitter.
Seperti diketahui, OPEC dan mitra produsen non-OPEC (termasuk Rusia) memang sepakat memangkas produksi mentah mereka sejak awal 2017 lalu, dalam rangka mengerek harga minyak naik. Namun, dalam merespon potensi kelangkaan pasokan minyak global saat ini, OPEC kemudian memutuskan meningkatkan produksi minyak mentah sekitar 1 juta barel per hari (bph) per Bulan Juli 2018.
Sentimen penambahan produksi minyak global ini kemudian diperkuat oleh Raja Salman dari Arab Saudi yang menjanjikan Presiden AS Donald Trump untuk menaikkan produksi minyak jika dibutuhkan. Saudi juga disebutkan mengklaim bisa melonggarkan ruang peningkatan hingga 2 juta bph.
Selain itu, pada hari Selasa (3/7/2018), perusahaan Abu Dhabi National Oil Co. (ADNOC) asal Uni Emirat Arab juga menyampaikan bahwa mereka data menggenjot produksi beberapa ratus ribu barel per hari jika diperlukan, seperti dikutip dari CNBC International.
Berdasarkan survei yang dilakukan Reuters, produksi OPEC malah sudah akan meningkat pada Bulan Juni ini. Organisasi kartel minyak tersebut diperkirakan akan memproduksi minyak sebesar 32,32 juta bph pada Juni 2018, atau naik 320.000 bph pada Bulan Mei. Jika terealisasikan, maka produksi OPEC Bulan Juni akan menjadi yang tertinggi di tahun ini.
Serangkaian sentimen negatif inilah yang sukses membebani harga minyak hari ini. Namun, di sisi lain, pelemahan harga light sweet agak terbatas oleh American Petroleum Institute (API) yang melaporkan cadangan minyak AS pada pekan yang berakhir 29 Juni, turun 4,5 juta barel dibandingkan pekan sebelumnya. Penurunan ini lebih tajam dibandingkan konsensus pasar yaitu 3,5 juta barel.
Salah satu penyebab merosotnya cadangan minyak AS adalah pasokan dari Kanada. Fasilitas minyak milik Syncrude mengalami kerusakan dan harus diperbaiki sehingga menurunkan pasokan sebanyak 350.000 barel/hari. Fasilitas ini diperkirakan baru mulai beroperasi kembali selepas Juli.
Data resmi cadangan minyak mentah AS akan diumumkan oleh US Energy Information Administration pada hari Kamis, 5 Juli 2018 pukul 22.00 WIB.
(RHG/RHG) Next Article Pekan Lalu Suram, Harga Minyak AS Rebound ke Rekor Sejak 2014
Brent tidak mampu melanjutkan momentum penguatannya, pasca ditutup naik 0,62% pada perdagangan kemarin. Sejatinya harga minyak sebenarnya masih diselimuti oleh sentimen positif dari rencana pemerintah AS untuk menghentikan ekspor minyak Iran, dengan cara mengajak seluruh negara untuk berhenti membeli minyak asal Negeri Persia.
![]() |
Bank investasi itu juga menambahkan bahwa penurunan produksi di Libya dan Angola akan lebih dalam dari perkiraan. Dengan demikian, pasar minyak akan kehilangan pasokan hingga 600.000 barel per hari di semester kedua 2018.
Meski demikian, Negeri Persia dikabarkan tidak gentar. Presiden Hassan Rouhani menegaskan Iran tidak segan untuk menganggu pengiriman minyak dari negara-negara tetangganya.
"AS mengklaim mereka akan menghentikan ekspor minyak Iran. Tidak mungkin Iran tidak bisa mengekspor sementara negara lain di kawasan ini tetap bisa mengekspor. Mengasumsikan Iran menjadi satu-satunya produsen minyak yang tidak bisa mengekspor adalah sebuah kesalahan. AS tidak akan bisa menghambat pendapatan Iran dari minyak," papar Rouhani dalam sebuah video di situs kepresidenan seperti dikutip Reuters.
Sejumlah pejabat teras di Iran sebelumnya mengancam akan memblokade Selat Hormuz jika AS masih bertindak semena-mena. Selat Hormuz merupakan salah satu rute pengiriman utama.
Perkembangan ini lantas memicu persepsi bahwa pasokan minyak dunia masih akan seret. Hal ini lantas mampu menjadi bahan bakar bagi penguatan brent pada perdagangan kemarin. Namun, hari ini ceritanya berbeda. Brent mulai kehabisan bensin.
Penyebabnya utamanya adalah Presiden AS Donald Trump yang menyalahkan Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) atas kenaikan harga minyak.
"Monopoli OPEC harus ingat bahwa harga bensin sedang naik, dan mereka hampir tidak melakukan apa-apa untuk membantu. Mereka mendorong harga minyak naik di saat AS membela kepentingan sejumlah anggota mereka hampir secara cuma-cuma. Hal ini harus berjalan dua arah. TURUNKAN HARGA (MINYAK) SEKARANG!" tulis Trump di media sosial Twitter.
![]() |
Seperti diketahui, OPEC dan mitra produsen non-OPEC (termasuk Rusia) memang sepakat memangkas produksi mentah mereka sejak awal 2017 lalu, dalam rangka mengerek harga minyak naik. Namun, dalam merespon potensi kelangkaan pasokan minyak global saat ini, OPEC kemudian memutuskan meningkatkan produksi minyak mentah sekitar 1 juta barel per hari (bph) per Bulan Juli 2018.
Sentimen penambahan produksi minyak global ini kemudian diperkuat oleh Raja Salman dari Arab Saudi yang menjanjikan Presiden AS Donald Trump untuk menaikkan produksi minyak jika dibutuhkan. Saudi juga disebutkan mengklaim bisa melonggarkan ruang peningkatan hingga 2 juta bph.
Selain itu, pada hari Selasa (3/7/2018), perusahaan Abu Dhabi National Oil Co. (ADNOC) asal Uni Emirat Arab juga menyampaikan bahwa mereka data menggenjot produksi beberapa ratus ribu barel per hari jika diperlukan, seperti dikutip dari CNBC International.
Berdasarkan survei yang dilakukan Reuters, produksi OPEC malah sudah akan meningkat pada Bulan Juni ini. Organisasi kartel minyak tersebut diperkirakan akan memproduksi minyak sebesar 32,32 juta bph pada Juni 2018, atau naik 320.000 bph pada Bulan Mei. Jika terealisasikan, maka produksi OPEC Bulan Juni akan menjadi yang tertinggi di tahun ini.
Serangkaian sentimen negatif inilah yang sukses membebani harga minyak hari ini. Namun, di sisi lain, pelemahan harga light sweet agak terbatas oleh American Petroleum Institute (API) yang melaporkan cadangan minyak AS pada pekan yang berakhir 29 Juni, turun 4,5 juta barel dibandingkan pekan sebelumnya. Penurunan ini lebih tajam dibandingkan konsensus pasar yaitu 3,5 juta barel.
Salah satu penyebab merosotnya cadangan minyak AS adalah pasokan dari Kanada. Fasilitas minyak milik Syncrude mengalami kerusakan dan harus diperbaiki sehingga menurunkan pasokan sebanyak 350.000 barel/hari. Fasilitas ini diperkirakan baru mulai beroperasi kembali selepas Juli.
Data resmi cadangan minyak mentah AS akan diumumkan oleh US Energy Information Administration pada hari Kamis, 5 Juli 2018 pukul 22.00 WIB.
(RHG/RHG) Next Article Pekan Lalu Suram, Harga Minyak AS Rebound ke Rekor Sejak 2014
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular