
Garuda Hedging Avtur Buntut dari Dolar AS Nyaris Rp 14.000
Lynda Hasibuan, CNBC Indonesia
27 April 2018 10:45

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah belakangan melemah terhadap dolar AS hingga mendekati Rp 14.000/US$.
Pahala Mansury, Direktur Utama PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA), mengaku perseroan tak begitu tertekan menghadapi melemahnya nilai tukar rupiah ini.
Dia mengatakan sebesar 30% pendapatan Garuda berasal dari mata uang asing.
"Kalau buat kita memang 30% dari pendapatan kita memang nonrupiah. Selain daripada itu kita mata uang pelaporannya ada USD [dolar AS] juga jadi selama ini secara accounting Garuda tidak mendapatkan pengaruh yang negatif kalau rupiah itu mengalami pelemahan," ujar Pahala saat ditemui di kawasan Jakarta Selatan, Kamis (26/04/2018).
Kendati demikian, Garuda juga menyiapkan strategi menghadapi pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) seperti menerapkan strategi hedging untuk bahan bakar. Dimana strategi itu sudah dilakukan sejak triwulan ketiga sejak tahun 2017.
Adapun langkah hedging akan dilakukan terhadap 25% hingga 30% untuk kebutuhan bahan bakar. Bahkan bila diperlukan hedging untuk bahan bakar akan ditingkatkan sebesar 50%.
"Kita melakukan strategi hedging juga khususnya dalam hal ini dan strategi ini sudah ada sejak triwulan ketiga tahun 2017. Jumlahnya mungkin tidak terlalu, namun salah satunya untuk bahan bakar sampai dengan saat ini berkisar dengan 25% hingga 30% itu secara disiplin kita lakukan dan apabila diperlukan kita bisa meningkatkannya sampai 50%," kata dia.
(ray/ray) Next Article Garuda Indonesia Berhasil Tekan Kerugian Pada 2017
Pahala Mansury, Direktur Utama PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA), mengaku perseroan tak begitu tertekan menghadapi melemahnya nilai tukar rupiah ini.
Dia mengatakan sebesar 30% pendapatan Garuda berasal dari mata uang asing.
Kendati demikian, Garuda juga menyiapkan strategi menghadapi pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) seperti menerapkan strategi hedging untuk bahan bakar. Dimana strategi itu sudah dilakukan sejak triwulan ketiga sejak tahun 2017.
Adapun langkah hedging akan dilakukan terhadap 25% hingga 30% untuk kebutuhan bahan bakar. Bahkan bila diperlukan hedging untuk bahan bakar akan ditingkatkan sebesar 50%.
"Kita melakukan strategi hedging juga khususnya dalam hal ini dan strategi ini sudah ada sejak triwulan ketiga tahun 2017. Jumlahnya mungkin tidak terlalu, namun salah satunya untuk bahan bakar sampai dengan saat ini berkisar dengan 25% hingga 30% itu secara disiplin kita lakukan dan apabila diperlukan kita bisa meningkatkannya sampai 50%," kata dia.
(ray/ray) Next Article Garuda Indonesia Berhasil Tekan Kerugian Pada 2017
Most Popular