Dolar Hampir Rp 14.000, BI Buka Pintu Penyesuaian Suku Bunga

Gita Rossiana & Chandra Gian Asmara, CNBC Indonesia
27 April 2018 07:54
BI menyatakan membuka ruang penyesuaian suku bunga bila rupiah terus melemah terhadap dolar AS.
Foto: CNBC Indonesia/Gita Rossiana
Jakarta, CNBC Indonesia - Penguatan dolar Amerika Serikat (AS) yang tak terbendung dan nyaris menembus level psikologis Rp 14.000/US$ membuat Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk membuka ruang melakukan penyesuaian suku bunga acuan, BI 7-Day Reverse Repo Rate.

"BI tidak akan ragu melakukan penyesuaian BI 7-Day Reverse Repo Rate," kata Gubernur BI Agus Martowardojo dalam konferensi pers di gedung BI, Kamis (26/4/2018).


Keputusan ini diharapkan banyak pihak, utamanya perbankan, mengingat obat kuat yang selama ini disuntikkan BI untuk menstabilkan nilai tukar melalui intervensi maupun imbauan kepada pelaku ekonomi untuk menjaga kebutuhan valasnya (valuta asing) sudah tak mampu menahan keperkasaan dolar AS.

Selain itu, penyesuaian suku bunga acuan diharapkan tidak hanya bisa menjangkar ekspektasi inflasi, melainkan juga membuat instrumen investasi menjadi tetap menarik di mata investor. Imbas positifnya, arus modal asing akan masuk dan menopang gerak rupiah.

Mantan Menteri Keuangan itu merasa peyesuaian suku bunga saat ini tak jauh berbeda dengan yang dilakukan bank sentral ketika periode taper tantrum 2013. Ketika obat yang diberikan untuk stabilisasi tidak cukup efektif, maka penyesuaian suku bunga menjadi opsi kebijakan yang bisa dilakukan.

"Di 2013 kita menaikkan [suku bunga] dari 5,75% menjadi 7,5%, kemudian kami turunkan lagi menjadi 4,25%. Itu kami capai dalam kondisi FFR [Fed Fund Rate] naik enam kali. Jadi, kalau seandainya perlu melakukan penyesuaian, kami tidak menutup kemungkinan," katanya.

Apalagi, sambung Agus, level rupiah yang sudah menembus angka Rp 13.900 sudah terlempar jauh dari fundamental yang sebenarnya (undervalued). BI tidak ingin rupiah yang terus tertekan malah menghambat sasaran target inflasi yang selama ini menjadi mandat bank sentral.

Kapan Suku Bunga Akan Naik?

BI menegaskan kebijakan moneter yang akan ditempuh ke depan akan tetap dilakukan dengan mengedepankan prinsip kehati-hatian, terukur, serta mengacu pada perkembangan data terkini maupun proyeksi prospek perekonomian domestik tahun ini.

Nantinya, kondisi perekonomian, nilai tukar rupiah, serta inflasi akan menjadi pertimbangan BI sebelum menentukan arah kebijakannya. Jika ketiga indikator tersebut menunjukan pergerakan yang tidak wajar, ruang pengetatan pun terbuka lebar.

"Apabila kondisi ekonomi dan nilai tukar depresiasinya bisa mempunyai dampak buruk dan ada dampak terhadap inflasi, kami tentu membuka ruang," katanya.

Terlepas dari hal itu, BI akan terus berada di pasar untuk memperkuat stabilisasi nilai tukar rupiah sesuai dengan fundamentalnya dengan tetap mendorong mekanisme pasar. Setidaknya ada beberapa langkah yang akan dilakukan BI terkait hal ini.


Pertama, senantiasa berada di pasar untuk memastikan tersedianya likuiditas dalam jumlah memadai, baik valas maupun rupiah. Kedua, memantau dengan seksama perkembangan perekonomian global dan dampaknya terhadap ekonomi domestik.

"Ketiga, mempersiapkan second line of defense bersama dengan institusi eksternal terkait," kata Agus."Dan keempat, apabila tekanan terhadap nilai tukar terus berlanjut serta berpotensi hambat capaian sasaran inflasi dan ganggu stabilitas sistem keuangan [...], maka BI tidak menutup ruang bagi penyesuaian suku bunga kebijakan."



Menakar Perlunya Kenaikan Suku Bunga Acuan

Sebelumnya, Presiden Direktur PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) Jahja Setiaatmadja menilai keputusan BI untuk tetap mempertahankan suku bunga acuan di tengah era pengetatan kebijakan moneter yang dilakukan sejumlah negara menjadi alasan utama yang menyebabkan rupiah terpuruk.

"Masalah suku bunga yang tidak ikut tren global sehingga nilai tukar rupiah agak terganggu," ujarnya.

Jahja memandang kenaikan suku bunga akan memberikan angin segar bagi rupiah, lantaran instrumen investasi kembali menarik di mata investor. Dengan demikian, aliran modal yang masuk ke Indonesia bisa mendongkrak rupiah pada level yang seharusnya.

Hal senada dikemukakan Direktur Utama PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) Kartika Wirjoatmodjo. Menurut dia, BI hanya tinggal menunggu waktu sebelum akhirnya menyesuaikan suku bunga.

"Arah kebijakan sudah mulai menaik. Tinggal tunggu timing saja," kata mantan Kepala Eksekutif Lembaga Penjamin Simpanan itu.

Suku Bunga Kredit

Di lain pihak, rencana BI melakukan penyesuaian suku bunga tentu dikhawatirkan akan kembali mengerek peningkatan bunga kredit perbankan. Terlebih sejauh ini transmisi pelonggaran kebijakan moneter BI cukup lambat direspons dengan penurunan suku bunga kredit.

Namun, Deputi Gubernur BI Erwin Rijanto meyakini apabila nantinya bank sentral melakukan penyesuaian suku bunga, keputusan tersebut tidak akan serta-merta memberikan dampak yang cukup signifikan terhadap kenaikan suku bunga kredit perbankan.

"Jadi, kalau misalnya ada kenaikan 25 bps [basis poin], tidak harus bank juga menaikkan suku bunganya," ujar dia.


Apalagi, menurut Erwin, selisih antara suku bunga kredit dan simpanan perbankan saat ini masih relatif tinggi. Apabila nantinya perbankan mengikuti penyesuaian suku bunga pun, BI optimistis hal tersebut tidak akan menganggu akselerasi pertumbuhan kredit tahun ini.


"Pertumbuhan kredit [yang rendah] bukan karena yield kredit, tapi karena permintaan barang yang melemah. Tidak semata-mata suku bunga kredit naik membuat pertumbuhan kredit melemah," ungkapnya.


Dalam kesempatan berbeda, Kartika menjamin kenaikan suku bunga BI tidak akan secara tiba-tiba meningkatkan suku bunga kredit perbankan. Pasalnya, perlu waktu lebih untuk mentransmisikan suku bunga acuan menjadi suku bunga simpanan maupun kredit.

Bahkan menurut dia, masih ada ruang untuk kembali menurunkan suku bunga kredit tahun ini karena perbankan saat ini sudah bisa menekan biaya dana yang menjadi beban kas operasional perusahaan.


"Kalaupun suku bunga acuan naik, selama kredit tidak tumbuh cepat, tidak usah khawatir terhadap [kenaikan] suku bunga kredit," tegasnya.
(prm) Next Article BI: 2019, Rupiah Lebih Stabil!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular