
BI Tak Ragu Naikkan Bunga Acuan, Kapan Waktunya?
Chandra Gian Asmara, CNBC Indonesia
26 April 2018 20:06

Jakarta, CNBC Indonesia - Bank Indonesia (BI) tak menutup ruang kemungkinan untuk melakukan penyesuaian suku bunga kebijakan (BI 7-Day Reverse Repo Rate). Namun, ada beberapa pertimbangan BI, sebelum memutuskan untuk menyesuaikan suku bunga.
Gubernur BI Agus Martowardojo memaparkan beberapa hal yang menjadi dasar bank sentral untuk melakukan penyesuaian suku bunga, selain mengacu kepada kondisi nilai tukar rupiah dan sasaran inflasi yang tidak mencapai target bank sentral.
"Apabila kondisi ekonomi dan nilai tukar depresiasinya bisa mempunyai dampak buruk dan ada dampak terhadap inflasi. Kami tentu membuka ruang," kata Agus di gedung BI, Kamis (26/4/2018).
Agus tak memungkiri, pergerakan rupiah pada awal tahun mengalami apresiasi, karena mampu menguat 1,5% secara year to date (ytd). Namun pada Februari, berbagai ketidakpastian dari ekonomi global membuat rupiah terus terombang ambing.
Hingga pada puncaknya, rupiah mendekati level Rp 13.900/US$, dari yang sebelumnya berada di kisaran Rp 13.400/US$ - Rp 13.500/US$. Apalagi, hal tersebut ditambah dengan US Treasury yang sudah mencapai level lebih dari 3%.
"Dan ini cukup mengagetkan buat kami," kata mantan Menteri Keuangan itu.
Maka dari itu, BI pun tidak akan menutup ruang untuk menyesuaikan suku bunga apabila kondisi ekonomi global tak bisa diajak kompromi, sehingga memberikan pengaruh buruk terhadap kondisi makro ekonomi nasional.
"Maka kami sampaikan supaya masyrakat tidak panik," tegasnya.
(dru) Next Article Rupiah Jawara di Asia
Gubernur BI Agus Martowardojo memaparkan beberapa hal yang menjadi dasar bank sentral untuk melakukan penyesuaian suku bunga, selain mengacu kepada kondisi nilai tukar rupiah dan sasaran inflasi yang tidak mencapai target bank sentral.
"Apabila kondisi ekonomi dan nilai tukar depresiasinya bisa mempunyai dampak buruk dan ada dampak terhadap inflasi. Kami tentu membuka ruang," kata Agus di gedung BI, Kamis (26/4/2018).
Hingga pada puncaknya, rupiah mendekati level Rp 13.900/US$, dari yang sebelumnya berada di kisaran Rp 13.400/US$ - Rp 13.500/US$. Apalagi, hal tersebut ditambah dengan US Treasury yang sudah mencapai level lebih dari 3%.
"Dan ini cukup mengagetkan buat kami," kata mantan Menteri Keuangan itu.
Maka dari itu, BI pun tidak akan menutup ruang untuk menyesuaikan suku bunga apabila kondisi ekonomi global tak bisa diajak kompromi, sehingga memberikan pengaruh buruk terhadap kondisi makro ekonomi nasional.
"Maka kami sampaikan supaya masyrakat tidak panik," tegasnya.
(dru) Next Article Rupiah Jawara di Asia
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular