
Internasional
Yield Obligasi AS Tembus di Atas 3%, Apa Artinya?
Roy Franedya, CNBC Indonesia
25 April 2018 15:30

Jakarta, CNBC Indonesia - Imbal hasil (yield) obligasi AS (T-bond) tenor 10 tahun telah menembus level "psikologis penting" sebesar 3%. Para analis pun mencoba menerka dampaknya di masa depan pada pasar aset dan terpenting pada ekonomi global.
Yield T-bond merupakan merupakan imbal hasil yang jadi patokan untuk menetapkan harga instrumen utang di seluruh dunia. Yield T-bond di atas 3% dianggap bahaya bagi pelaku pasar pada dunia investasi dan ekonomi.
Kenaikan yield T-bond berarti pelaku pasar mengharapkan suku bunga acuan yang lebih tinggi dari bank sentral AS, The Federal Reserve (The Fed). Kenaikan bunga acuan atau Fund Fed Rate (FFR) membuat perusahaan memiliki biaya yang lebih tinggi ketika meminjam dan dan memiliki sedikit ruang untuk meningkatkan gaji, berinvestasi, dan memberikan pengembalian kepada pemegang saham.
Kenaikan FFR juga membuat membuat investasi saham menjadi kurang menarik. Karena catatan 10 tahun digunakan untuk menetapkan suku bunga hipotek, maka itu juga dapat mengurangi kemampuan orang untuk berbelanja.
Apa selanjutnya?
Investor obligasi Jeffrey Gundlach mengatakan kepada CNBC International, Senin (23/4/2018) bahwa jika yield T-bond tenor 10 tahun naik di atas 3%, maka para trader akan mulai bertaruh FFR akan naik lebih tinggi. Hal ini kemudian akan terus memicu kekhawatiran akan kehancuran pasar saham dan krisis bisa terjadi pada negara yang rentan.
Namun, investor lain berpendapat The Fed masih memiliki banyak ruang untuk menaikkan suku bunga, tanpa melukai pasar, karena suku bunga masih cukup rendah setelah krisis keuangan tahun 2008.
"Apakah yield 3% menjadi akhir dari pasar saham? Apakah yield 3% memicu guncangan di pasar global dan akhir zaman? Tentu saja tidak," kata Bill Blain, Head Capital Market Mint Partners, dalam sebuah catatan Selasa malam seperti dikutip dari CNBC International.
"Jika Fed menaikkan [suku bunga] lima atau enam kali, suku bunga masih akan berada di bawah tren jangka panjang. Tetapi para pelaku pasar menyatakan yield obligasi AS tenor 10 tahun sebesar 3% merupakan badai, krisis dan saatnya putus asa. Biarkan mereka khawatir," tambah Bill Blain sembari memberikan catatan rata-rata yield obligasi AS berada di kisaran 5%.
(roy/dru) Next Article Tekanan Virus Corona Belum Berakhir, Obligasi RI Turun Lagi
Yield T-bond merupakan merupakan imbal hasil yang jadi patokan untuk menetapkan harga instrumen utang di seluruh dunia. Yield T-bond di atas 3% dianggap bahaya bagi pelaku pasar pada dunia investasi dan ekonomi.
Apa selanjutnya?
Investor obligasi Jeffrey Gundlach mengatakan kepada CNBC International, Senin (23/4/2018) bahwa jika yield T-bond tenor 10 tahun naik di atas 3%, maka para trader akan mulai bertaruh FFR akan naik lebih tinggi. Hal ini kemudian akan terus memicu kekhawatiran akan kehancuran pasar saham dan krisis bisa terjadi pada negara yang rentan.
Namun, investor lain berpendapat The Fed masih memiliki banyak ruang untuk menaikkan suku bunga, tanpa melukai pasar, karena suku bunga masih cukup rendah setelah krisis keuangan tahun 2008.
"Apakah yield 3% menjadi akhir dari pasar saham? Apakah yield 3% memicu guncangan di pasar global dan akhir zaman? Tentu saja tidak," kata Bill Blain, Head Capital Market Mint Partners, dalam sebuah catatan Selasa malam seperti dikutip dari CNBC International.
"Jika Fed menaikkan [suku bunga] lima atau enam kali, suku bunga masih akan berada di bawah tren jangka panjang. Tetapi para pelaku pasar menyatakan yield obligasi AS tenor 10 tahun sebesar 3% merupakan badai, krisis dan saatnya putus asa. Biarkan mereka khawatir," tambah Bill Blain sembari memberikan catatan rata-rata yield obligasi AS berada di kisaran 5%.
(roy/dru) Next Article Tekanan Virus Corona Belum Berakhir, Obligasi RI Turun Lagi
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular