
Banjir Likuiditas, SBN Diburu & Yield Terendah Sejak 2018

Jakarta, CNBC Indonesia - Banjirnya likuiditas global berdampak pada masuknya aliran dana ke pasar keuangan dalam negeri, termasuk pasar surat utang. Hal ini membuat naiknya harga Surat Berharga Negara (SBN) dan berdampak pada turunnya imbal hasil (yield).
Pengamat Pasar Modal Siswa Rizali mengungkapkan likuiditas secara global dalam masa krisis akibat pandemi Covid-19 kali ini jauh lebih tinggi ketimbang dengan krisis 2008. Bank sentral di seluruh negara maju berlomba-lomba mencairkan likuiditas dan menginvestasikannya di instrumen yang dinilai lebih aman.
"Tren surat utang ini yield-nya rendah terjadi karena likuiditas global luar biasa. Jadi bank sentral Amerika Serikat (AS), The Fed ekspansi likuiditas, dulu balance sheet-nya hanya di bahwa US$ 3 triliun, sekarang jadi US$ 7 triliun," kata Siswa dalam wawancara dengan CNBC Indonesia TV, Senin (14/12/2020).
Tak hanya dilakukan oleh AS, Bank Sentral Eropa (ECB), Jepang, Kanada dan beberapa negara lainnya juga melakukan hal yang sama, tak terkecuali Bank Indonesia (BI).
Hal ini berdampak pada masuknya aliran dana pada pembelian SUN yang sebelumnya pandemi banyak diborong oleh investor asing, namun saat ini justri BI dan bank komersial dalam negeri yang justru aktif membeli surat utang pemerintah ini.
Dia mengungkapkan, investor masih cenderung memilih pasar surat utang dalam negeri lantaran yield yang diberikan masih lebih tinggi ketimbang dengan negara di kawasan Asia Tenggara seperti Thailand di angka 1,5% dan Malaysia 3%, meski secara rating memang Indonesia lebih rendah dari dua negara tersebut.
Sedangkan, jika dibanding dengan negara berkembang dengan rating yang sama, seperti India dan Mexico, Indonesia dinilai memiliki yield yang lebih baik. Hal ini dinilai lebih baik meski beban utang pemerintah yang hampir mencapai 40% dari PDB, namun masih banyak negara lain dengan beban utang mencapai 50%-70% dari PDB.
"Investor global masih cari yang relatif. Indonesia masih tinggi meski historis rendah, fundamental lebih baik jadi wajar tertarik ke kita, meski issue kita CAD dan gejolak nilai tukar yang masih lebih tinggi dari negara lain," tandasnya.
Seperti diketahui, hari ini yield SBN tenor 10 tahun turun 6,5 basis poin (bps) menjadi 6,117% dan berada di level terendah sejak Januari 2018.
Untuk diketahui, pergerakan yield berbanding terbalik dengan harga obligasi. Saat yield turun artinya harga sedang naik, begitu juga sebaliknya. Saat harga naik, berarti sedang ada aksi beli.
(hps/hps)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Faktor Penopang Meningkatnya Net Buy Asing di Pasar SBN