Perhatikan Lima Sentimen yang Pengaruhi Pasar Pekan Depan

Arif Gunawan, CNBC Indonesia
22 April 2018 14:45
Berikut ini sentimen ekonomi dan politik yang berpeluang memengaruhi pergerakan IHSG pekan depan.
Foto: REUTERS/Ralph Orlowski
Jakarta, CNBC Indonesia -- Indeks Harga Saham gabungan (IHSG) terkoreksi 0,29% ke level 6.337,7 akhir pekan ini, dipicu pelemahan Rupiah hingga 0,69% di pasar spot ke Rp 13.875/dolar AS. Apa saja sentimen ekonomi dan politik yang berpeluang memengaruhi pergerakan IHSG pekan depan? Berikut rangkumannya.

Pertama, sentimen positif datang dari Kawasan Asia setelah Korea Utara setuju menutup situs pengembangan nuklirnya, dan menghentikan uji coba nuklir maupun penembakan rudal balistik antar benua (ICBM). Kabar baik ini memangkas premi risiko regional, sehingga bisa mendorong investor lebih percaya diri untuk melakukan aksi beli saham di Kawasan.

Kedua, Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump akan bertemu dengan pemimpin negara Prancis dan Jerman untuk membahas serangan gabungan terhadap Suriah baru-baru ini dan kemungkinan memberlakukan kembali sanksi terhadap Iran menyusul makin kuatnya pengaruh negara tersebut di Timur Tengah.


Jika retorika hawkish (agresif dan lebih mengedepankan aksi fisik) mengemuka dari para pemimpin negara tersebut jelang pertemuan, nyali para investor global berpeluang menciut sehingga memilih menahan aksi belinya di pasar. Situasi ini akan mempersulit kenaikan bursa saham dunia.

Reuters melaporkan bahwa Trump akan menjamu Presiden Prancis Emmanuel Macron dalam lawatan tiga harinya Senin pekan depan, disusul kunjungan Kanselir Jerman Angela Merkel pada Jumat. Selain membahas isu Timur Tengah, kedua sekutu AS tersebut meminta pencabutan tarif secara permanen.

Ketiga, pidato Presiden ECB Mario Draghi pekan depan berpeluang memberikan sentimen positif dengan mempertahankan rencana bank sentral Uni Eropa tersebut untuk secara bertahap menanggalkan kebijakan stimulus moneternya yang agresif. ECB diestimasikan mengurangi program pembelian kembali obligasi senilai 2,55 triliun euro akhir tahun ini.

Beberapa ekonom telah menurunkan ekspektasi mereka terkait kenaikan suku bunga ECB setelah data ekonomi belum terlalu kuat, dan memperkirakan kenaikan baru akan terjadi pada semester kedua 2019. Bank of England juga diperkirakan menunda kenaikan suku bunganya dari target Mei setelah inflasi triwulan pertama melemah lebih cepat dari ekspektasi.

Senada dengan AS yang ingin harga minyak anjlok, dengan mendongkrak produksinya dan mengguyur pasar dengan suplai minyaknya, Draghi juga berharap harga minyak tetap rendah. Cuitan Trump pekan lalu yang menyatakan pasokan minyak harus ditambah sempat membuat harga energi utama dunia tersebut turun di kisaran 0,6%-0,7% meski kemudian berbalik menguat.

Keempat, investor juga masih mencermati sedalam apa efek perang dagang terhadap perekonomian dunia, setelah AS dan China saling menghadang produk ekspor masing-masing dengan kenaikan tarif. Terakhir, AS melarang perusahaan-perusahaan AS memasok suku cadang ke ZTE selama 7 tahun karena ZTE berniaga dengan Iran.

"Jika investor tidak tahu mereka akan berdagang berdasarkan ketentuan apa, ketika mereka tidak tahu bagaimana mengorganisasikan rantai pasokan, mereka akan menahan investasi," tutur Christine Lagarde, Direktur Dana Moneter Internasional (IMF), mengomentari efek perang dagang.

Terakhir, investor global masih akan mencermati kinerja keuangan perusahaan multinasional, untuk mengukur outlook ekonomi dunia. Pekan depan, Facebook, Amazon, dan Google dijadwalkan merilis kinerja keuangannya.

Konsumsi dunia diperkirakan melemah setelah Taiwan Semiconductor Manufacturing (TSM) memangkas proyeksi pendapatannya setelah melihat tren permintaan produk ponsel pintar di dunia. TSM adalah produsen semikonduktor terbesar di dunia untuk produk ponsel pintar.


(ags/ags) Next Article Simak! Pekan Depan, Banyak Sentimen dari Domestik sampai AS

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular