
Poundsterling Dibanderol Rp 19.770, Terkuat Sejak 2016
Alfado Agustio, CNBC Indonesia
17 April 2018 15:56

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap poundsterling Inggris pada hari ini bergerak melemah ke posisi terdalam sejak Mei 2016. Ekspektasi kenaikan tingkat suku bunga acuan oleh Bank Sentral Inggris (BoE) pada bulan depan serta perkembangan perundingan Brexit menjadi setimen positif bagi poundsterling.
Pada Selasa (17/04/2018) pukul 15:05 WIB, GBP 1 dibanderol Rp 19.770,67. Rupiah melemah 0,14% dibandingkan penutupan sebelumnya dan berada di posisi terlemah sejak Mei 2016.
Penguatan poundsterling tidak lepas dari ekspetasi pasar yang semakin kuat terhadap kenaikansuku bunga acuan oleh BoE pada pertemuan bulan depan. Beberapa ekonom memperkirakan BoE akan menaikkan tingkat suku bunga acuannya sebesar 25 bps.
Perkiraan ini didasari pertumbuhan ekonomi di Inggris yang semakin kuat. Data Office of National Statistics England memperlihatkan, tingkat inflasi Februari 2018 YoY mencapai 2,5%. Sementara BoE menetapkan target inflasi sekitar 2%. Hal ini membuat pasar memperkirakan bahwa BoE akan menaikkan tingkat suku bunga acuannya untuk menahan laju perekonomian agar tidak overheating.
Di sisi lain, sentimen penguatan sterling datang dari perkembangan perundingan Brexit antara Inggris dan Uni Eropa. Kesepakatan terbaru yang dicapai oleh Inggris dan Uni-Eropa terkait Brexit membuat kekhawatiran investor selama ini menjadi sirna. Perceraian Inggris dengan Uni Eropa sepertinya akan berjalan lebih lancar.
Berikut adalah sejumlah kesepakatan awal yang berhasil dicapai:
Tidak hanya terhadap poundsterling, rupiah pun melemah di hadapan euro. Bahkan pelemahannya cukup dalam, mencapai 0,61%.
Euro memang sedang perkasa terhadap mata uang dunia. Terhadap dolar AS, mata uang Benua Biru terapresiasi 0,08%.
Seperti halnya dengan sterling, penguatan euro pun ditopang prospek perekonomian yang lebih baik. Dalam risalah rapat (minutes of meeting) Bank Sentral Eropa/ECB periode Maret, ECB memperkirakan pertumbuhan ekonomi akan lebih baik dibandingkan perkiraan. "Dari informasi yang didapat, semua mengkonformasi bahwa pemulihan ekonomi akan meluas," sebut risalah itu.
Oleh karena itu, ECB pun memperkirakan laju inflasi akan terakselerasi dalam bulan-bulan ke depan. Konsensus Reuters memperkirakan bahwa inflasi Maret 2018 di kisaran 1%.
Perkiraan ini mendorong ekspektasi pasar bahwa ECB akan memperketat kebijakan moneternya. Pada akhir bulan ini, ECB akan mengadakan pertemuan bulanan untuk menentukan arah kebijakan moneter dan suku bunga acuan.
Apalagi dalam risalah rapat ECB disebutkan bahwa anggota dewan gubernur mengusulkan agar kata 'bias longgar' mulai dihilangkan dari sikap (stance) kebijakan moneter. Hal ini bisa dilakukan dengan mengurangi pembelian surat-surat berharga.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji) Next Article Indeks Dolar AS Melesat 7 Pekan, Rupiah Dkk kok Masih Kuat?
Pada Selasa (17/04/2018) pukul 15:05 WIB, GBP 1 dibanderol Rp 19.770,67. Rupiah melemah 0,14% dibandingkan penutupan sebelumnya dan berada di posisi terlemah sejak Mei 2016.
![]() |
Di sisi lain, sentimen penguatan sterling datang dari perkembangan perundingan Brexit antara Inggris dan Uni Eropa. Kesepakatan terbaru yang dicapai oleh Inggris dan Uni-Eropa terkait Brexit membuat kekhawatiran investor selama ini menjadi sirna. Perceraian Inggris dengan Uni Eropa sepertinya akan berjalan lebih lancar.
Berikut adalah sejumlah kesepakatan awal yang berhasil dicapai:
- Hak warga Uni Eropa yang tinggal dan bekerja di Inggris, demikian pula sebaliknya, akan dihargai.
- Perlindungan terhadap pasangan dan anak-anak warga negara Inggris dan Uni Eropa.
- Tidak ada perbatasan yang kaku antara Uni Eropa dengan Irlandia dan Irlandia Utara.
- Warga negara Irlandia dan Irlandia Utara tetap mendapat hak sebagai warga Uni Eropa.
- Inggris akan memenuhi kewajibannya terhadap komitmen anggaran Uni Eropa.
- Inggris akan tetap berkontribusi terhadap anggaran Uni Eropa pada 2019-2020.
Tidak hanya terhadap poundsterling, rupiah pun melemah di hadapan euro. Bahkan pelemahannya cukup dalam, mencapai 0,61%.
Euro memang sedang perkasa terhadap mata uang dunia. Terhadap dolar AS, mata uang Benua Biru terapresiasi 0,08%.
Seperti halnya dengan sterling, penguatan euro pun ditopang prospek perekonomian yang lebih baik. Dalam risalah rapat (minutes of meeting) Bank Sentral Eropa/ECB periode Maret, ECB memperkirakan pertumbuhan ekonomi akan lebih baik dibandingkan perkiraan. "Dari informasi yang didapat, semua mengkonformasi bahwa pemulihan ekonomi akan meluas," sebut risalah itu.
Oleh karena itu, ECB pun memperkirakan laju inflasi akan terakselerasi dalam bulan-bulan ke depan. Konsensus Reuters memperkirakan bahwa inflasi Maret 2018 di kisaran 1%.
Perkiraan ini mendorong ekspektasi pasar bahwa ECB akan memperketat kebijakan moneternya. Pada akhir bulan ini, ECB akan mengadakan pertemuan bulanan untuk menentukan arah kebijakan moneter dan suku bunga acuan.
Apalagi dalam risalah rapat ECB disebutkan bahwa anggota dewan gubernur mengusulkan agar kata 'bias longgar' mulai dihilangkan dari sikap (stance) kebijakan moneter. Hal ini bisa dilakukan dengan mengurangi pembelian surat-surat berharga.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji) Next Article Indeks Dolar AS Melesat 7 Pekan, Rupiah Dkk kok Masih Kuat?
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular