
Pemerintah Akan Jual Surat Utang Valas, Apakah Waktunya Pas?
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
17 April 2018 13:17

Kedua adalah sentimen pengetatan kebijakan moneter global, isu yang naik-turun bin timbul-tenggelam. Data terbaru menunjukkan perekonomian Negeri Paman Sam semakin membaik, sehingga bisa memunculkan persepsi bahwa Bank Sentral AS (The Federal Reserve/The Fed) akan menaikkan suku bunga dengan lebih agresif.
US Cencus Bureau mencatat penjualan ritel di AS pada Maret 2018 tumbuh 4,5% secara year-on-year (YoY). Lebih baik dibandingkan bulan sebelumnya dengan pertumbuhan 4,1% YoY.
Kenaikan penjualan ritel menunjukkan konsumsi masyarakat Negeri Paman Sam semakin membaik. Artinya, potensi percepatan laju inflasi ke depan sangat mungkin. Saat ini inflasi AS sudah cukup stabil di kisaran 2%, sesuai target The Fed.
Jika konsumen AS semakin hobi belanja, bukan tidak mungkin inflasi akan melampaui target tersebut. Kala inflasi semakin melaju, maka ada potensi perekonomian tumbuh semakin cepat. Di sinilah menjadi justifikasi The Fed untuk menaikkan suku bunga lebih agresif, untuk mengerem pertumbuhan ekonomi agar tidak overheating.
The Fed dan pelaku pasar memperkirakan sepanjang tahun ini ada kenaikan suku bunga acuan sebanyak tiga kali, yang pertama sudah dilakukan bulan lalu. Namun sepertinya kartu kenaikan suku bunga sampai empat kali masih di atas meja, bila perekonomian AS terus tumbuh dan dinilai terlalu cepat.
Setiap kali ada persepsi bahwa The Fed akan menaikkan suku bunga sampai empat kali tahun ini, investor cenderung risk off. Aset-aset berisiko dari negara berkembang enggan disentuh, dan investor cenderung kembali ke pelukan dolar AS. Ketika ini terjadi, pemerintah bisa dipojokkan (cornered) oleh pasar sehingga biaya penerbitan obligasi menjadi mahal. (aji/hps)
US Cencus Bureau mencatat penjualan ritel di AS pada Maret 2018 tumbuh 4,5% secara year-on-year (YoY). Lebih baik dibandingkan bulan sebelumnya dengan pertumbuhan 4,1% YoY.
Kenaikan penjualan ritel menunjukkan konsumsi masyarakat Negeri Paman Sam semakin membaik. Artinya, potensi percepatan laju inflasi ke depan sangat mungkin. Saat ini inflasi AS sudah cukup stabil di kisaran 2%, sesuai target The Fed.
The Fed dan pelaku pasar memperkirakan sepanjang tahun ini ada kenaikan suku bunga acuan sebanyak tiga kali, yang pertama sudah dilakukan bulan lalu. Namun sepertinya kartu kenaikan suku bunga sampai empat kali masih di atas meja, bila perekonomian AS terus tumbuh dan dinilai terlalu cepat.
Setiap kali ada persepsi bahwa The Fed akan menaikkan suku bunga sampai empat kali tahun ini, investor cenderung risk off. Aset-aset berisiko dari negara berkembang enggan disentuh, dan investor cenderung kembali ke pelukan dolar AS. Ketika ini terjadi, pemerintah bisa dipojokkan (cornered) oleh pasar sehingga biaya penerbitan obligasi menjadi mahal. (aji/hps)
Next Page
Perang Dagang Datang Lagi
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular