Bank Sentral Singapura Perketat Kebijakan Moneternya

Rehia Sebayang, CNBC Indonesia
13 April 2018 13:26
Monetary Authority of Singapore (MAS) mengatakan akan sedikit meningkatkan slope dari rentang pergerakan dolar Singapura.
Foto: REUTERS/Edgar Su
Singapura, CNBC Indonesia - Bank sentral Singapura memperketat kebijakan moneternya untuk kali pertama dalam enam tahun hari Jumat (13/4/2018).

Monetary Authority of Singapore (MAS) mengatakan ekonomi negara tersebut diperkirakan akan terus tumbuh stabil meski ada risiko perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China.


Otoritas moneter negara kota itu mengatakan akan sedikit meningkatkan slope dari rentang pergerakan dolar Singapura dari yang sebelumnya 0%, sementara lebar dan titik tengah dari rentang tersebut akan dipertahankan.

MAS mengelola kebijakan moneter melalui pengendalian nilai tukar dan bukan suku bunga acuan. Hal ini dilakukan dengan cara membiarkan dolar Singapura naik dan turun terhadap mata uang negara rekan dagang utamanya dalam satu rentang pergerakan dolar yang tidak dipublikasikan kepada pelaku pasar.

"Penyesuaian kebijakan telah memperhitungkan ketidakpastian makroekonomi yang bersumber dari ketegangan suhu perdagangan saat ini," kata bank sentral, dilansir dari Reuters.

Pengetatan kebijakan moneter itu sejalan dengan ekspektasi pelaku pasar dan diumumkan setelah data resmi menunjukkan ekonomi kuartal I-2018 tumbuh sebesar 4,3% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Laju pertumbuhan tersebut merupakan yang tercepat sejak kuartal ketiga tahun lalu yang sebesar 5,5%.

Setelah pengumuman tersebut, dolar singapura menguat 0,3% terhadap dolar AS, namun penguatan tersebut langsung terkikis. Dolar singapura terakhir diperdagangkan di level SG$1,3127/dolar AS, sedikit lebih lemah dibandingkan penutupan kemarin.

"Kebijakan tersebut ditujukkan sebagai langkah pre-emptive guna merespon kenaikan tingkat inflasi inti pada tahun ini dan tahun depan," ujar Selena Ling, Kepala Riset dan Strategi Treasury di OCBC.

Ling mengatakan nada pernyataan dari MAS terdengar cukup berhati-hati, sembari menambahkan bahwa MAS tak perlu mengetatkan kebijakan moneternya lagi pada pertemuan berikutnya di bulan Oktober.

Bank sentral menambahkan bahwa ekonomi Singapura akan terus berada pada jalur ekspansi yang stabil pada tahun 2018, tetapi juga mengakui adanya potensi risiko dari saling balas kebijakan perdagangan antara AS dan China.

"Perselisihan perdagangan AS-Cina masih mungkin memanas dan jika itu terjadi, dampaknya terhadap perdagangan global akan signifikan," terang MAS.

Dua ekonomi terbesar dunia itu telah saling mengancam menetapkan tarif terhadap miliar dolar barang impor dalam beberapa minggu terakhir, memicu kekhawatiran terjadinya perang dagang yang dapat menganggu pertumbuhan ekonomi dunia dan menekan pasar keuangan.

Meskipun MAS tidak memberikan angka spesifik untuk seberapa besar kenaikan slope yang dimaksud, analis memperkirakan bahwa kenaikan itu akan mendorong dolar Singapura menguat sebesar 0,5% terhadap dolar AS secara tahunan.

"Kami terkejut MAS melakukan pengetatan tersebut, mengingat apa yang sedang terjadi di dunia. Jika isu perang dagang memburuk, MAS mungkin segera melonggarkan pengetatan yang sudah dilakukannya." kata Sue Trinh, Kepala Strategi Bursa Mata Uang Asia untuk RBC Capital Markets di Hong Kong.

Meski mengakui adanya risiko perang dagang, MAS mengatakan ekonomi Singapura kemungkinan akan tetap pada jalur ekspansi yang stabil tahun ini, menambahkan bahwa pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) akan sedikit di atas nilai tengah perkiraan resmi, yaitu sebesar 1,5-3,5%.

Inflasi inti kemungkinan akan mengarah ke batas atas dari proyeksi MAS yang sebesar 1%-2% pada 2018, sementara inflasi diproyeksikan berada di batas atas dari proyeksi yang sebesar 0-1% untuk tahun 2018.


Bank sentral telah mempertahankan tingkat apresiasi dari rentang dolar Singapura pada level 0% sejak April 2016, sesuatu yang bank sentral sebut sebagai sikap kebijakan yang 'netral'.

Sebanyak 12 dari 19 analis dalam survei Reuters memperkirakan MAS akan mengetatkan kebijakan moneter bulan ini dengan sedikit meningkatkan tingkat apresiasi dari band dolar Singapura yang sebesar 0% tersebut. Tujuh analis lainnya memproyeksikan bank sentral tidak akan mengubah kebijakannya.
(prm) Next Article Jokowi: RI dan Singapura Sepakati Swap US$ 10 Miliar

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular