Internasional

Susul The Fed, China Juga Naikkan Suku Bunga Acuan

Rehia Sebayang, CNBC Indonesia
22 March 2018 13:29
PBOC naikkan suku bunga 7-day reverse repurchase agreement sebesar 5 basis poin.
Foto: REUTERS/Jason Lee
Shanghai, CNBC Indonesia - Bank sentral China naikkan tingkat suku bunga acuan jangka pendek pada hari Kamis (22/3/2018) mengikuti langkah bank sentral Amerika Serikat (AS), Federal Reserve, yang naikkan suku bunga hari Rabu. Kenaikan itu menjadi pengingat bahwa Beijing memantau pergerakan pasar global meski sedang berkutat pada masalah keuangan dalam negeri.

People's Bank of China (PBOC) memutuskan menaikkan tingkat suku bunga 7-day reverse repurchase agreement atau reverse repo, yang digunakan untuk mengontrol tingkat likuiditas sistem perbankan, sebanyak 5 basis poin (bps), dilansir dari Reuters.

The Fed meningkatkan suku bunga AS sebanyak 25 bps atau 0,25% pada hari Rabu dan memperkirakan akan ada dua kali kenaikan lagi tahun ini.

Langkah yang ditempuh PBOC pada hari Kamis telah lama diperkirakan dan merupakan kebijakan besar pertama oleh bank sentral di bawah kepemimpinan gubernur yang baru, Yi Gang, yang ditunjuk oleh parlemen pada hari Senin sebagai bagian dari perombakan kabinet China di bawah pimpinan Presiden Xi Jinping.

"Saya pikir ini hanyalah kenaikan tingkat bunga secara simbolis untuk menghindari selisih tingkat bunga antara China dan AS yang terlalu lebar," ujar Ken Cheung, senior foreign exchange strategist di Mizuho Bank.

"Kenaikan 5 bps sudah cukup karena depresiasi yuan bukanlah masalah besar. Dan PBOC menghindari kenaikan tingkat bunga secara agresif di tengah reformasi regulasi dan tekanan inflasi yang stabil."

Suku bunga acuan China naik menjadi 2,55% dari 2,5% sementara PBOC menambahkan dana 10 miliar yuan (US$1,58 miliar atau setara dengan Rp 21,7 triliun) ke dalam sistem keuangan, ujar bank sentral.

Banyak pengamat pasar telah memperkirakan PBOC akan menaikkan tingkat suku bunga pasar uang antarbank sebesar 5 sampai 10 bps.

Selain mencegah selisih kenaikan tingkat bunga yang terlalu tinggi antara AS dan China, yang dapat memicu kenaikan arus modal keluar dari China, analis menganggap langkah ini juga merupakan pengingat bagi bank-bank dan institusi keuangan lainnya bahwa pemerintah tahun ini berupaya menekan risiko sistem keuangan.

PBOC juga telah menaikkan tingkat suku bunga di operasi pasar terbuka dan fasilitas pinjaman jangka menengah sebesar 5 bps setelah The Fed menaikkan tingkat suku bunga acuannya terakhir kali sebesar 25 bps pada bulan Desember.

PBOC mulai menaikkan tingkat suku bunga jangka pendeknya sejak awal 2017 sebagai upaya otoritas menekan praktik keuangan yang memiliki lebih banyak risiko, namun juga mengusahakan agar langkahnya tidak menekan pertumbuhan ekonomi.

Yi, mantan deputi gubernur PBOC, mengambil alih jabatan dari gubernur Zhou Xiaochuan yang telah lama menjabat. Para analis menganggap Yi akan melanjutkan kebijakan Zhou.

Yi kepada reporter mengatakan kondisi ekonomi sesungguhnya akan menentukan apakah China akan menaikkan tingkat suku bunganya atau tidak.

Saat pasar global mengharapkan pengetatan moneter lebih lanjut di Amerika Serikat, para ekonom berpikir China akan mengikuti langkah tersebut dengan menaikkan tingkat suku bunga lagi ke depannya, meskipun tidak ada konsensus yang jelas tentang seberapa tinggi kenaikan itu.

Nie Wen, seorang ekonom di Hwabao Trust di Shanghai, mengharapkan PBOC menaikkan suku bunga sebesar 25 bps tahun ini, atau mungkin sebanyak 50 bps jika inflasi konsumen di China naik di atas 3%.

Para ekonom di ANZ memperkirakan kenaikan 40 bps tahun ini.


Namun, sebagian besar fokus pemerintah tahun ini diperkirakan untuk terus memperketat peraturan dengan sejumlah langkah yang sudah diumumkan dalam beberapa bulan terakhir.

PBOC belum menaikkan tingkat suku bunga acuan pinjaman satu tahun dan depositnya sejak Oktober 2015. Bank sentral memilih menjaga pinjaman melalui operasi likuiditas dan bunga pasar antarbank.

Perusahaan konsultasi Capital Economics menilai keputusan ini masih bisa berbalik karena pemerintah China ingin mendorong pertumbuhan ekonomi. Kenaikan suku bunga bisa berdampak negatif terhadap pertumbuhan ekonomi.

Analis yang disurvei oleh Reuters memperkirakan pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) China akan melambat menjadi 6,5% tahun ini, dibandingkan pertumbuhan 6,9% pada tahun 2017. Hal ini diakibatkan oleh bunga pinjaman yang lebih tinggi dan berkurangnya investasi di pasar properti. Konsensus Reuters tersebut sejalan dengan target pemerintah.
(prm) Next Article The Fed Hawkish, China Justru Tahan Bunga Acuan

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular