Karena Xi Jinping, Investor Incar Saham dan Lepas Obligasi

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
10 April 2018 15:01
Situasi kondusif di pasar saham menyebabkan investor kembali ke mode risk on dan sejenak meninggalkan pasar surat utang.
Foto: CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto
Jakarta, CNBC Indonesia - Imbal hasil (yield) obligasi negara masih bergerak naik. Situasi kondusif di pasar saham menyebabkan investor kembali ke mode risk on dan sejenak meninggalkan pasar surat utang. 

Pada Selasa (10/4/2018), yield Surat Berharga Negara (SBN) 6,631%. Meningkat dibandingkan sehari sebelumnya yaitu 6,629%. 

Karena Xi Jinping, Investor Incar Saham dan Lepas ObligasiReuters
Tidak hanya di Indonesia, instrumen serupa di negara-negara tetangga pun mengalami nasib serupa. Di Malaysia dan Thailand, obligasi negara pun mengalami kenaikan yield. 

Karena Xi Jinping, Investor Incar Saham dan Lepas ObligasiReuters
Kenaikan yield menandakan ada penurunan harga obligasi. Ketika harga turun, bisa jadi disebabkan instrumen ini sepi peminat. 

Hari ini, risk appetite investor kembali seiring tensi perang dagang yang menurun. Setelah sebelummya AS menurunkan tekanannya, kini China pun memberi sentimen yang menyejukkan. 

Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengatakan Washington masih bisa mencapai kesepakatan dengan Beijing soal friksi dagang yang memanas beberapa waktu terakhir.  "Jika kami mencapai kesepakatan dengan China, yang bisa saja terjadi, tetapi bila tidak mereka harus membayar pajak yang lebih besar bila ingin berbisnis di negara ini," sebut Trump usai sidang kabinet kemarin, seperti dikutip dari Reuters. 

China juga tidak lagi panas dalam merespons isu perang dagang. Dalam pidatonya di Baoao Forum hari ini, Presiden China Xi Jinping mengatakan China siap menjadi ekonomi yang lebih terbuka dan bersedia menurunkan surplus perdagangannya demi kebaikan dunia. 

"China tidak berniat mencari surplus. Kami punya niat tulus untuk menambah impor dan mencapai neraca perdagangan yang lebih seimbang. 

"Kami berharap negara-negara maju berhenti menerapkan pembatasan terhadap produk teknologi kami. Kami juga berharap ada relaksasi terhadap ekspor dan perdagangan dengan China," papar Xi. 

Pernyataan tersebut membuat investor lega karena salah satu risiko besar, yaitu perang dagang, untuk saat ini sudah mereda. Investor pun kembali berminat menanamkan modal di instrumen berisiko, seperti saham. 

Pasar saham Asia hari ini melaju di teritori positif. Indeks saham Asia-Pasifik kecuali Jepang MSCI naik 0,8% pada tengah hari ini.  

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pun menutup perdagangan Sesi I dengan penguatan 0,62%. Tidak seperti sebelumnya, investor asing membukukan beli bersih Rp 101,77 miliar sampai pukul 14:45 WIB.  

Sepertinya tengah terjadi perpindahan arus modal dari obligasi ke pasar saham. Pidato Presiden Xi memberi optimisme kepada pelaku pasar sehingga rela mengambil risiko. 

Namun perkembangan ekonomi global masih sangat dinamis. Isu perang dagang pun belum benar-benar selesai, karena AS maupun China masih berniat mengenakan bea masuk dan belum ada rencana pembatalan.

Artinya secara legal formal, perang dagang masih berlangsung. Ketika terjadi perkembangan baru di sentimen ini, maka pasar akan bergerak kembali.
 

Selain itu, kebijakan moneter global juga masih cenderung ketat. Akhir pekan ini, Otoritas Moneter Singapura (MAS) akan memggelar rapat dan diperkirakan ada pengetatan kebijakan moneter. 

Ketika ada ketidakpastian akibat perang dagang maupun pengetatan kebijakan moneter, maka bukan kabar baik bagi pasar saham. Namun pasar obligasi akan menerima berkahnya karena biasanya investor akan lari ke pelukan surat utang kala situasi tidak menentu.

TIM RISET CNBC INDONESIA

(aji/hps) Next Article Takut Jakarta 'Digembok' Kayak Manila, Investor Lepas SBN

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular