Newsletter

Bisa Rebound, IHSG?

Hidayat Setiaji & Anthony Kevin & Raditya Hanung, CNBC Indonesia
04 April 2018 06:06
Bisa Rebound, IHSG?
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Sabki
  • IHSG ditutup melemah pada perdagangan kemarin.
  • Bursa Asia ditutup negatif dengan rentang tipis.
  • Wall Street menguat signifikan, tiga indeks utama naik lebih dari 1%. 
Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah terbatas pada perdagangan kemarin. Hari ini, IHSG berpeluang rebound seiring penguatan Wall Street, meski masih ada risiko yang menghantui. 

IHSG ditutup melemah 0,19% ke 6.229,01 poin pada perdagangan kemarin. Selama dua hari berturut-turut, nilai transaksi tercatat sangat kecil.  

Kemarin, total transaksi di seluruh pasar hanya mencapai Rp 6,1 triliun dengan volume sebanyak 9,1 miliar saham. Frekuensi perdagangan adalah sebanyak 366.304 kali.  

Rupiah terdepresiasi 0,07% ke Rp 13.763/US$. Akibatnya, aksi jual investor asing semakin tak terbendung.

Pada perdagangan kemarin, investor asing melakukan jual bersih senilai Rp 384,14 miliar. TLKM (Rp 130,71 miliar), BDMN (Rp 71,5 miliar), BMRI (Rp 55,17 miliar), BBNI (Rp 50,78 miliar), HMSP (Rp 40,14 miliar) merupakan saham-saham yang paling banyak dilepas oleh investor asing.
 


Pelemahan IHSG senada dengan mayoritas bursa saham regional yang juga mengakhiri hari di zona merah. Indeks Nikkei 225 turun 0,45%, SSEC melemah 0,85%, Straits Times terkoreksi 0,54%, dan Kospi minus 0,07%. 

Sentimen negatif bagi bursa saham regional datang dari anjloknya bursa saham Amerika Serikat (AS) seiring pelemahan harga saham perusahaan-perusahaan teknologi seperti Facebook, Netflix, dan Alphabet/Google. Harga saham Amazon yang anjlok hingga 5,2% akibat Presiden AS Donald Trump kembali melancarkan serangannya kepada raksasa e-commerce tersebut. 

Trump kembali menuding Amazon terlalu kuat, sehingga mematikan pemain di bisnis ritel lainnya. Pekan lalu situs berita Axios melaporkan bahwa presiden ingin agar seluruh pelaku bisnis di AS mendapatkan kesempatan yang sama. 


Selain itu, tensi antara AS dan China kembali memanas setelah Negeri Tirai Bambu resmi mengenakan bea masuk baru terhadap 128 barang impor dari AS. Langkah ini merupakan balasan atas pengenaan bea masuk baja dan aluminium oleh AS. 

Pelaku pasar juga masih menunggu daftar barang-barang impor asal China senilai US$ 50 miliar yang akan dikenakan bea masuk oleh AS. Rencananya, daftar barang-barang tersebut akan diumumkan pada minggu ini.
Dari Wall Street, tiga indeks utama berhasil bangkit dari keterpurukan pada perdagangan hari sebelumnya. Dow Jones Industrial Average (DJIA) menguat 1,65%, S&P 500 naik 1,26%, dan Nasdaq bertambah 1,04%. 

Saham Amazon yang sebelumnya jadi salah satu biang kerok koreksi, kini justru jadi penopang penguatan Wall Street. Harga saham perusahaan besutan Jeff Bezos ini naik 1,5%. 

Meski terus mendapat kecaman dari Trump, Amazon diyakini tidak akan terpengaruh. Sebab, investor melihat bahwa kecaman Trump kemungkinan hanya gertak sambal tanpa kebijakan yang konkret. 

Biang kerok lainnya, Tesla, juga menjadi kontributor penting bagi laju Wall Street. Saham perusahaan asuhan Elon Musk ini naik sampai 5,9%, karena mereka menyatakan tidak perlu lagi mencari modal tahun ini. Tesla juga menargetkan produksi 2.000 unit mobil Model 3 pada pekan depan. 

Pencatatan saham perdana (IPO) Sportify juga membuat pelaku pasar antusias. Saat penutupan, harga saham perusahaan penyedia layanan musik digital ini naik 12,9% ke US$ 149,01. 

Sentimen positif lainnya adalah investor tengah menantikan musim laporan keuangan (earnings season) untuk kuartal-I 2018. Berdasarkan konsensus pasar yang dihimpun Reuters, laba emiten di Wall Street diperkirakan tumbuh rata-rata 18,4%. Investor sudah gatal untuk melakukan aksi borong jika kinerja keuangan emiten betul-betul solid. 

Meski menguat cukup signifikan, tetapi perdagangan di Wall Street relatif kurang semarak. Volume transaksi tercatat melibatkan 7,14 miliar unit saham, di bawah rata-rata perdagangan 20 hari terakhir yang sebesar 7,31 miliar unit. 

Oleh karena itu, sebagian pelaku pasar memperkirakan penguatan Wall Street belum stabil. Masih banyak investor yang bersikap wait and see menunggu data-data penting di Negeri Paman Sam. 

Pertama adalah data penjualan mobil di AS yang akan dirilis Rabu waktu setempat. Data ini bisa menjadi salah satu indikator pemulihan konsumsi dan daya beli masyarakat. 

Kedua adalah data ekspor-impor AS periode Februari 2018 yang keluar pada Kamis waktu setempat. Dalam suasana perang dagang seperti sekarang, data perdagangan internasional menjadi sangat penting untuk melihat bagaimana dampak dari kebijakan proteksionistik. Data ini juga bisa menjadi acuan pemerintah AS apakah memang perlu menerapkan kebijakan tersebut. 

Ketiga adalah data angka pengangguran AS periode Maret 2018 yang akan diumumkan Jumat waktu setempat Pada Februari, angka pengangguran tercatat 4,1% dan pada Maret konsensus pasar yang dihimpun Reuters memperkirakan ada penurunan menjadi 4%. 

Data ketenagakerjaan menjadi salah satu data kunci bagi Bank Sentral AS The Federal Reserve/The Fed dalam penentuan suku bunga acuan. Bila data ketenagakerjaan solid, maka kemungkinan The Fed akan menaikkan suku bunga acuan secara lebih agresif kembali terbuka. Untuk perdagangan hari ini, kabar gembira dari Wall Street akan menjadi pendorong penguatan bursa Asia, termasuk Indonesia. Biasanya koreksi dan laju Wall Street akan mewarnai bursa saham Benua Kuning. 

Sentimen positif lainnya bisa datang dari laporan emiten. Hari ini masih ada emiten yang dijadwalkan menyampaikan pelaporan seperti INCO, SKYB, dan MNCN. Bila ada kabar baik, maka bisa menjadi tambahan tenaga buat IHSG. 

Harga minyak juga mendukung kenaikan IHSG. Harga si emas hitam naik setelah Alexander Novak, Menteri Energi Rusia, menyatakan Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan negara-negara non OPEC akan membentuk badan bersama untuk kerja sama setelah kesepakatan pemotongan produksi selesai pada akhir 2018. Kemungkinan upaya untuk mempertahankan harga minyak tetap tinggi akan lebih strategis, terkoordinasi, dan bersifat jangka panjang ketimbang melalui upaya ad hoc seperti pengurangan produksi yang ditempuh saat ini. 

"Kami sedang memikirkan format kerja sama yang lebih jangka panjang. Termasuk di dalamnya adalah pemantauan pasar, pertukaran informasi, dan aksi bersama jika diperlukan," ungkap Novak seperti dikutip Reuters. 

Kenaikan harga minyak akan berdampak positif bagi emiten migas dan pertambangan di bursa saham Indonesia. Laju sektor ini akan mendorong penguatan IHSG. 

Namun masih ada risiko yang menghantui IHSG. Dolar AS kembali menguat setelah isu perang dagang sedikit mereda. Dollar Index, yang mengukur kekuatan dolar AS dibandingkan enam mata uang utama, naik 0,14% pagi ini. 

Penguatan dolar AS bisa menyebabkan depresiasi rupiah lebih lanjut. Depresiasi rupiah membuat aset-aset berbasis mata uang ini kurang menarik, sehingga mendorong aksi jual lanjutan, terutama oleh investor asing. 

Selain itu, aturan penetapan harga batu bara domestik sudah menampakkan hasil. Meski biaya pengadaan listrik turun, tetapi aturan ini menekan kinerja perusahaan batu bara. 

Arutmin memperkirakan penurunan pendapatan sekitar Rp 920 miliar, sementara pendapatan Kaltim Prima Coal diproyeksikan tergerus sampai Rp 2,5 triliun. Perkembangan ini bisa menekan laju emiten pertambangan dan mempengaruhi IHSG secara keseluruhan.


IHSG juga masih rentan terkoreksi karena valuasinya relatif mahal. Price to Earnings Ratio (P/E) IHSG kini berada di 17,43 kali. Lebih tinggi dibandingkan bursa regional seperti Straits Times (11,44 kali), KLCI (16,7 kali), Nikkei 225 (15,36 kali), Hang Seng (12,37 kali), sampai Kospi (12,1 kali). Berikut adalah peristiwa-peristiwa yang akan terjadi hari ini:
  • Presiden Joko Widodo dan sejumlah menteri Kabinet Kerja menghadiri acara Industrial Summit (08:30 WIB).
  • Menko Perekonomian Darmin Nasution dan sejumlah menteri Kabinet Kerja mengadakan rapat koordinasi membahas Pajak Penghasilan untuk UMKM (16:30 WIB).
  • Rilis data indeks PMI sektor industri jasa China versi Caixin periode Maret (08:45).
  • Rilis data indeks PMI sektor industri konstruksi Inggris periode Maret (15:30).
  • Rilis data tenaga kerja non-pertanian AS versi ADP (19:15).
  • Rilis data indeks PMI sektor non-manufaktur versi ISM (21:00).
  • Rilis data cadangan minyak mentah AS (21:30).
  • Pidato Gubernur The Fed Cleveland Loretta J. Mester (22:00)
Berikut perkembangan sejumlah bursa saham utama: 

IndeksClose% Change% YTD
IHSG6,229.01(0.19)(1.99)
LQ451,017.35(0.18)(5.75)
DJIA24,033.361.65(2.77)
CSI3003,862.78(0.62)(4.17)
Hang Seng30,180.100.290.87
Nikkei 22521,292.29(0.45)(6.47)
Strait Times3,412.15(0.54)0.27

Berikut perkembangan nilai tukar sejumlah mata uang:

Mata Uang Close% Change % YoY
USD/IDR13,7650.113.27
EUR/USD1.23(0.23)14.99
GBP/USD1.400.1513.06
USD/CHF0.960.35(4.33)
USD/CAD1.28(0.87)(4.50)
USD/JPY106.530.63(3.79)
AUD/USD0.770.311.65

Berikut perkembangan harga sejumlah komoditas:  

Komoditas Close % Change % YoY
Minyak WTI (USD/barel)63.670.8724.79
Minyak Brent (USD/barel)68.150.7225.81
Emas (USD/troy ons)1,334.64(0.58)6.30
CPO (MYR/ton)2,410.00(0.82)(15.76)
Batu bara (USD/ton)91.470.301.92
Tembaga (USD/pound)3.060.6717.46
Nikel (USD/ton)13,253.000.0033.67
Timah (USD/ton)21,175.001.015.37
Karet (JPY/kg)180.404.10(35.85)
Kakao (USD/ton)2,485.00(5.69)18.39
 
Berikut perkembangan imbal hasil (yield) Surat Berharga Negara: 

Tenor Yield (%)
 5Y5.94
10Y6.61
15Y6.84
20Y7.28
30Y7.46
 
Berikut sejumlah indikator perekonomian nasional: 

  
IndikatorTingkat
Kurs (3 April 2018)Rp 13,765/US$
Pertumbuhan ekonomi (2017 YoY)5.07%
Inflasi (Maret 2018 YoY)3.4%
Defisit anggaran (APBN 2018)-2.19% PDB
Transaksi berjalan (2017)-1.7% PDB
Neraca pembayaran (2017)US$ 11.6 miliar
Cadangan devisa (Februari 2017)US$ 128.06 miliar
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular