Review Q1 Komoditas

Problem Suplai Berlebih Masih Tekan Harga CPO dan Karet

Raditya Hanung, CNBC Indonesia
03 April 2018 20:29
Karet Melemah, Kakao Meroket
Foto: Antara Foto/Akbar Tado/via REUTERS
Sejalan dengan harga CPO, harga karet juga tertekan signifikan di kuartal I 2018. Tercatat di 3 bulan pertama 2018, harga karet terkoreksi 14,85%. Padahal, pada kuartal 1 tahun lalu harga karet menguat 3,28%. Pada hari terakhir perdagangan kuartal 1 tahun ini, harga karet berada di angka ¥174,9 per kilogram (kg), atau melemah 34,71% secara tahunan. Sebagai perbandingan, harga karet pada 30 Maret 2017 masih berada di level ¥267,9/kg.
Problem Suplai Berlebih Masih Tekan Harga CPO dan KaretFoto: Sumber: Reuters, diolah
Pelemahan harga karet ini masih dipengaruhi faktor fundamental, yakni melimpahnya pasokan karet global yang tidak diimbangi kenaikan permintaan. Sebenarnya, skema pembatasan ekspor sudah dicanangkan oleh International Tripartite Rubber Council (ITRC) sejak Desember 2017, untuk menyokong harga karet global.

Kebijakan pembatasan ekspor tersebut diimplementasikan melalui Agreed Export Tonnage Scheme (AETS), dan diterapkan di sepanjang kuartal 1 2018 ini oleh tiga anggotanya yang merupakan negara produsen terbesar karet dunia yakni Indonesia, Thailand, dan Malaysia.

Sebagai rinciannya, ITRC membatasi ekspor karet periode Desember hingga akhir Maret 2018 sebesar 350.000 ton. Dari angka tersebut, Indonesia mendapat jatah pengurangan 95.190 ton.  Namun, kebijakan itu kurang efektif dalam menurunkan harga karet global karena Vietnam tidak tergabung dalam ITRC. Vietnam memproduksi 1 juta ton karet per tahun.

Mengutip Ketua Umum Dewan Karet Indonesia (Dekarindo), Aziz Pane, selama ini Vietnam masih “rajin” membanjiri pasar global dengan karet berharga murah, sehingga mementahkan ikhtiar ITRC. Sentimen negatif lain bagi harga karet adalah isu perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China. Berita itu mengobarkan kekhawatiran investor akan terganggunya pasokan di pasar global.

Selain itu, penguatan yen terhadap dolar AS sebesar 5,3% di kuartal I 2018, juga menjadi pemberat harga komoditas ini.
Namun, kabar baik datang dari komoditas agrikultur unggulan Indonesia lainnya, yakni kakao yang pada kuartal I 2018 harganya menguat 35,1% ke US$2.556/ton. Kenaikan harga kakao ditopang oleh sentimen kenaikan permintaan dari Eropa sebesar 4,4% dan dari Asia sebanyak 4,24% pada kuartal IV 2017.

Selain itu, Pantai Gading sebagai produsen kakao utama dunia juga dikabarkan berencana melakukan penurunan produksi hingga 2 tahun ke depan, untuk mengatasi kondisi surplus pasokan.
(ags/ags)

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular