
Menebak Arah Kebijakan BI di Bawah Komando Perry Warjiyo
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
29 March 2018 11:20

Ketika pelonggaran moneter hampir mustahil, maka perlu ada cara lain untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang masih sangat dibutuhkan oleh Indonesia. Kebijakan makroprudensial menjadi salah satu caranya.
Hal ini sudah disentuh oleh Perry dalam ujian di DPR kemarin. Dia menegaskan upaya mendorong pertumbuhan ekonomi tidak hanya melalui penurunan suku bunga.
Hal ini sudah disentuh oleh Perry dalam ujian di DPR kemarin. Dia menegaskan upaya mendorong pertumbuhan ekonomi tidak hanya melalui penurunan suku bunga.
"Tidak mungkin kalau mau pro growth dan pro stability kalau jamunya cuma satu, suku bunga. Dari makroprudensial ada yang bisa memengaruhi kredit, sehingga bisa mendukung stabilitas dan menstimulasi pertumbuhan," jelasnya.
Oleh karena itu, kemungkinan besar Perry masih akan melanjutkan kebijakan pendahulunya yaitu menggunakan instrumen makroprudensial sebagai katalis perekonomian. Pada 2016, BI telah melonggarkan Loan to Value (LTV) untuk uang muka kredit properti.
Perry menjadi tokoh utama di balik rencana BI yang sempat akan mengeluarkan aturan LTV berbasis spasial, uang muka kredit properti yang disesuaikan untuk setiap daerah. Rencana tersebut kini tenggelam, tetapi dengan kehadiran Perry sebagai pucuk pimpinan di BI bukan tidak mungkin wacana ini akan digulirkan kembali.
LTV spasial diharapkan bisa lebih memicu penyaluran kredit properti, karena besarannya lebih relevan dengan kebutuhan di masing-masing daerah. Kala kredit properti tumbuh, maka akan menstimulasi sektor lainnya seperti industri dasar (khususnya semen), barang konsumsi, dan tentu saja keuangan.
Selain itu, BI juga belum lagi mengubah aturan uang muka untuk kredit kendaraan bermotor sejak 2015. Jika ingin mendorong kredit kepemilikan kendaraan, mungkin Perry bisa menengok aturan ini untuk disempurnakan lebih lanjut.
Kesimpulannya, sepertinya tidak akan ada kejutan besar dalam kebijakan BI setelah pergantian komando. Situasi global dan domestik belum memadai bagi BI untuk bermain di instrumen suku bunga. Pilihannya adalah mengutak-atik kebijakan makroprudensial untuk menjaga stabilitas sekaligus mendorong pertumbuhan ekonomi, tidak jauh berbeda dengan apa yang dilakukan saat ini.
(aji/dru)
Perry menjadi tokoh utama di balik rencana BI yang sempat akan mengeluarkan aturan LTV berbasis spasial, uang muka kredit properti yang disesuaikan untuk setiap daerah. Rencana tersebut kini tenggelam, tetapi dengan kehadiran Perry sebagai pucuk pimpinan di BI bukan tidak mungkin wacana ini akan digulirkan kembali.
LTV spasial diharapkan bisa lebih memicu penyaluran kredit properti, karena besarannya lebih relevan dengan kebutuhan di masing-masing daerah. Kala kredit properti tumbuh, maka akan menstimulasi sektor lainnya seperti industri dasar (khususnya semen), barang konsumsi, dan tentu saja keuangan.
Selain itu, BI juga belum lagi mengubah aturan uang muka untuk kredit kendaraan bermotor sejak 2015. Jika ingin mendorong kredit kepemilikan kendaraan, mungkin Perry bisa menengok aturan ini untuk disempurnakan lebih lanjut.
Kesimpulannya, sepertinya tidak akan ada kejutan besar dalam kebijakan BI setelah pergantian komando. Situasi global dan domestik belum memadai bagi BI untuk bermain di instrumen suku bunga. Pilihannya adalah mengutak-atik kebijakan makroprudensial untuk menjaga stabilitas sekaligus mendorong pertumbuhan ekonomi, tidak jauh berbeda dengan apa yang dilakukan saat ini.
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular