
Investor Butuh Pelarian, Emas Jadi Pilihan
Raditya Hanung, CNBC Indonesia
23 March 2018 14:38

Jakarta, CNBC Indonesia - Pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) pada tanggal 20-21 Maret 2018 telah menelurkan keputusan kenaikan suku bunga acuan sebanyak 25 basis poin. Adanya ekspektasi apresiasi dolar AS memicu runtuhnya harga emas hingga titik terendahnya dalam tiga pekan ke US$ 1.331,9/ounce pada 20 Maret lalu.
(aji/aji) Next Article Pasar Komoditas Volatil, Harga Emas Berpotensi Naik 0,6%
Namun, hanya dalam selang sehari harga emas berbalik arah dan naik 0,73% ke US$ 1.321,5/ounce pada 21 Maret. Energi positif bagi penguatan harga emas datang dari pesan Gubernur The Federal Reserve/The Fed Jerome Powell terkait kemungkinan kenaikan suku bunga acuan AS yang hanya 3 kali pada tahun ini.
Selain itu, kekuatan emas juga datang dari proyeksi pertumbuhan ekonomi The Fed yang 'kurang ambisius' dibandingkan janji Presiden Donald Trump. Sang presiden ini pertumbuhan ekonomi 3% pada 2018 sementara The Fed memperkirakan sekitar 2,7%.
Terkait adanya diskrepansi antara proyeksi FOMC dan Trump, Powell menyampaikan alasannya bahwa level produktivitas dan partisipasi angkatan kerja belum sanggup tumbuh 3% secara berkelanjutan, sehingga FOMC perlu memproyeksikan pertumbuhan ekonomi serealistis mungkin. Powell juga menambahkan bahwa supply side effect dari kebijakan fiskal juga secara umum masih lambat dan tidak dapat diprediksi.
Kemudian, risiko perang dagang AS dan China juga menjadi perhatian pasar. Trump akhirnya menandatangani kebijakan pengenaan bea masuk yang menargetkan impor asal China senilai hingga US$ 60 miliar atau sekitar Rp 824 triliun. Hanya berselang sehari, pemerintah China kemudian membalas dengan mengeluarkan daftar barang-barang impor dari AS senilai US$3 miliar yang akan dikenai tarif baru.
Oleh karena itu, di tengah kondisi ekonomi yang tidak kondusif, nampaknya instrumen safe haven seperti emas saat ini menjadi pilihan aman. Hingga pukul 13:45 WIB hari ini, harga emas masih melanjutkan penguatannya sebesar 1,18% ke US$ 1.343,10/troy ounce.
Sumber: harga-emas.org, diolah oleh Tim Riset CNBC Indonesia
Di Indonesia sendiri, harga emas logam mulia dalam sepekan ini juga menunjukkan tren kenaikan, meskipun hari ini agak melemah dari hari kemarin. Hingga pukul 13:50 WIB, harga emas Logam Mulia Antam tercatat sebesar Rp 610.940/gram, atau sudah menguat 1,33% dari awal pekan.
Kala bursa saham anjlok, pasar obligas tertekan, sampai pasar valas terkoreksi, investor butuh pelarian untuk mengamankan dananya. Emas menjadi salah satu pilihan selain obligasi pemerintah AS.
![]() |
![]() |
Oleh karena itu, di tengah kondisi ekonomi yang tidak kondusif, nampaknya instrumen safe haven seperti emas saat ini menjadi pilihan aman. Hingga pukul 13:45 WIB hari ini, harga emas masih melanjutkan penguatannya sebesar 1,18% ke US$ 1.343,10/troy ounce.
Tanggal | Per Batangan (Rp) | Per Gram (Rp) |
19 Maret 2018 | 60.287.000 | 602.870 |
20 Maret 2018 | 60.489.000 | 604.890 |
21 Maret 2018 | 60.388.000 | 603.880 |
22 Maret 2018 | 61.195.000 | 611.950 |
23 Maret 2018 (hingga pk 13:50) | 61.094.000 | 610.940 |
Di Indonesia sendiri, harga emas logam mulia dalam sepekan ini juga menunjukkan tren kenaikan, meskipun hari ini agak melemah dari hari kemarin. Hingga pukul 13:50 WIB, harga emas Logam Mulia Antam tercatat sebesar Rp 610.940/gram, atau sudah menguat 1,33% dari awal pekan.
Kala bursa saham anjlok, pasar obligas tertekan, sampai pasar valas terkoreksi, investor butuh pelarian untuk mengamankan dananya. Emas menjadi salah satu pilihan selain obligasi pemerintah AS.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji) Next Article Pasar Komoditas Volatil, Harga Emas Berpotensi Naik 0,6%
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular