Yield Obligasi AS-RI Menyempit, Waspadai Arus Modal Keluar

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
21 March 2018 11:55
Yield Obligasi AS-RI Menyempit, Waspadai Arus Modal Keluar
Foto: CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto
Jakarta, CNBC Indonesia - Imbal hasil atau yield obligasi pemerintah Amerika Serikat (AS) dalam tren meningkat selama beberapa hari terakhir. Ini membuat selisih atau spread dengan yield obligasi pemerintah Indonesia menyempit dan bisa memicu perpindahan modal (capital outflow). 

Pada Rabu (21/3/2018), yield obligasi pemerintah AS tenor 10 tahun berada di 2,8996%. Naik dibandingkan posisi hari sebelumnya yaitu 2,8810%. 

Yield obligasi pemerintah AS bergerak naik sejak 14 Maret. Hari ini, yield mencapai titik tertingginya sejak akhir Februari lalu. 

Reuters
Kenaikan yield berarti harga obligasi turun. Sejak 14 Maret, harga instrumen ini memang cenderung turun. Artinya, permintaan sedang berkurang atau sedang ada aksi jual. 

Reuters
Pasar obligasi AS terserang sentimen yang sama dengan pasar saham. Investor nampaknya masih hati-hati karena mengantisipasi pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) selama dua hari yang dimulai pada 21 Maret waktu setempat.  

The Federal Reserve/The Fed diprediksikan menaikkan suku bunga acuan pada pertemuan tersebut. Berdasarkan FedWatch Tool milik CME Group, kemungkinan The Fed menaikkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin berada di angka 91,6%. 

Pasar memperkirakan akan ada tiga kali kenaikan suku bunga acuan di AS selama 2018. Namun sebagian analis masih memasukkan empat kali kenaikan sebagai salah satu kemungkinan. 

Bila sampai ada petunjuk akan ada lebih dari tiga kali kenaikan Fed Funds Rate, maka akan menjadi kabar yang kurang sedap bagi pasar saham maupun pasar obligasi. Namun menjadi kabar gembira bagi dolar AS. 

Investor kini cenderung mengamankan posisi dengan memburu dolar AS, sehingga mata uang ini bergerak menguat. Artinya, ada aksi jual terhadap saham dan obligasi.
Di sisi lain, yield obligasi pemerintah Indonesia justru bergerak turun. Saat ini, yield Surat Berharga Negara (SBN) tenor 10 tahun berada di 6,728%. Yield tengah bergerak turun sejak mencapai puncaknya pada 12 Maret di 6,83%. 

Reuters
Yield di AS yang naik sementara di Indonesia justru turun menyebabkan selisih atau spread antara kedua instrumen menyempit. Obligasi AS akan semakin menarik di mata investor karena menawarkan imbalan yang semakin mendekati Indonesia. 

Yield Obligasi AS-RI Menyempit, Waspadai Arus Modal KeluarFoto: Reuters


Apabila situasi ini berlanjut, maka dikhawatirkan akan terjadi arus modal keluar atau capital outflow. Bila banyak investor asing yang melepas SBN, maka dampaknya akan signifikan karena asing menguasai nyaris 40% dari total obligasi yang dapat diperdagangkan. 

Apalagi Bank Sentral AS The Federal Reserve/The Fed diperkirakan menaikkan suku bunga acuan pada pertemuan pekan ini. Dolar AS akan semakin perkasa sementara bursa saham dan obligasi menderita karena ditinggal investor. Yield pun semakin naik. 

Di sisi lain, Bank Indonesia (BI) juga akan menggelar Rapat Dewan Gubernur bulanan. Besok akan diumumkan suku bunga acuan BI 7 days reverse repo rate. Pelaku pasar memperkirakan suku bunga acuan tetap ditahan 4,25%. 

Ketika suku bunga AS naik sementara di Indonesia tetap, maka spread  yield obligasi kedua negara bisa jadi semakin menyempit. Hal ini bisa berakibat lebih banyak dana yang keluar di pasar SBN untuk mencari peruntungan di Negeri Paman Sam. 

Namun, diharapkan gunjang-ganjing ini tidak berlangsung lama. Biasanya tidak lama setelah kenaikan The Federal Funds Rate investor kembali tenang dan mulai berani mengambil risiko (risk-on). Tekanan hanya berlangsung sesaat dan kemudian investor kembali masuk ke pasar SBN. 

Saat suku bunga AS naik, investor asing memang cenderung keluar dari pasar SBN meski sifatnya temporer. Saat kenaikan Fed Fund Rate 14 Juni 2017, posisi kepemilikan investor asing di SBN tercatat Rp 763,92 triliun tetapi turun menjadi Rp 763,86 triliun pada 15 Juni dan turun lagi menjadi Rp 763,84 triliun pada 16 Juni.  

Namun pada 16 Juni, investor asing sudah kembali masuk sehingga nilai kepemilikannya naik menjadi Rp 763,86 triliun. Keesokan harinya kepemilikan asing naik lagi menjadi Rp 764,5 triliun.
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular