
Yield Obligasi AS-RI Menyempit, Waspadai Arus Modal Keluar
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
21 March 2018 11:55

Di sisi lain, yield obligasi pemerintah Indonesia justru bergerak turun. Saat ini, yield Surat Berharga Negara (SBN) tenor 10 tahun berada di 6,728%. Yield tengah bergerak turun sejak mencapai puncaknya pada 12 Maret di 6,83%.
Yield di AS yang naik sementara di Indonesia justru turun menyebabkan selisih atau spread antara kedua instrumen menyempit. Obligasi AS akan semakin menarik di mata investor karena menawarkan imbalan yang semakin mendekati Indonesia.
Apabila situasi ini berlanjut, maka dikhawatirkan akan terjadi arus modal keluar atau capital outflow. Bila banyak investor asing yang melepas SBN, maka dampaknya akan signifikan karena asing menguasai nyaris 40% dari total obligasi yang dapat diperdagangkan.
Apalagi Bank Sentral AS The Federal Reserve/The Fed diperkirakan menaikkan suku bunga acuan pada pertemuan pekan ini. Dolar AS akan semakin perkasa sementara bursa saham dan obligasi menderita karena ditinggal investor. Yield pun semakin naik.
Di sisi lain, Bank Indonesia (BI) juga akan menggelar Rapat Dewan Gubernur bulanan. Besok akan diumumkan suku bunga acuan BI 7 days reverse repo rate. Pelaku pasar memperkirakan suku bunga acuan tetap ditahan 4,25%.
Ketika suku bunga AS naik sementara di Indonesia tetap, maka spread yield obligasi kedua negara bisa jadi semakin menyempit. Hal ini bisa berakibat lebih banyak dana yang keluar di pasar SBN untuk mencari peruntungan di Negeri Paman Sam.
Namun, diharapkan gunjang-ganjing ini tidak berlangsung lama. Biasanya tidak lama setelah kenaikan The Federal Funds Rate investor kembali tenang dan mulai berani mengambil risiko (risk-on). Tekanan hanya berlangsung sesaat dan kemudian investor kembali masuk ke pasar SBN.
Saat suku bunga AS naik, investor asing memang cenderung keluar dari pasar SBN meski sifatnya temporer. Saat kenaikan Fed Fund Rate 14 Juni 2017, posisi kepemilikan investor asing di SBN tercatat Rp 763,92 triliun tetapi turun menjadi Rp 763,86 triliun pada 15 Juni dan turun lagi menjadi Rp 763,84 triliun pada 16 Juni.
Namun pada 16 Juni, investor asing sudah kembali masuk sehingga nilai kepemilikannya naik menjadi Rp 763,86 triliun. Keesokan harinya kepemilikan asing naik lagi menjadi Rp 764,5 triliun. (aji/hps)
![]() |
![]() |
Apalagi Bank Sentral AS The Federal Reserve/The Fed diperkirakan menaikkan suku bunga acuan pada pertemuan pekan ini. Dolar AS akan semakin perkasa sementara bursa saham dan obligasi menderita karena ditinggal investor. Yield pun semakin naik.
Di sisi lain, Bank Indonesia (BI) juga akan menggelar Rapat Dewan Gubernur bulanan. Besok akan diumumkan suku bunga acuan BI 7 days reverse repo rate. Pelaku pasar memperkirakan suku bunga acuan tetap ditahan 4,25%.
Ketika suku bunga AS naik sementara di Indonesia tetap, maka spread yield obligasi kedua negara bisa jadi semakin menyempit. Hal ini bisa berakibat lebih banyak dana yang keluar di pasar SBN untuk mencari peruntungan di Negeri Paman Sam.
Namun, diharapkan gunjang-ganjing ini tidak berlangsung lama. Biasanya tidak lama setelah kenaikan The Federal Funds Rate investor kembali tenang dan mulai berani mengambil risiko (risk-on). Tekanan hanya berlangsung sesaat dan kemudian investor kembali masuk ke pasar SBN.
Saat suku bunga AS naik, investor asing memang cenderung keluar dari pasar SBN meski sifatnya temporer. Saat kenaikan Fed Fund Rate 14 Juni 2017, posisi kepemilikan investor asing di SBN tercatat Rp 763,92 triliun tetapi turun menjadi Rp 763,86 triliun pada 15 Juni dan turun lagi menjadi Rp 763,84 triliun pada 16 Juni.
Namun pada 16 Juni, investor asing sudah kembali masuk sehingga nilai kepemilikannya naik menjadi Rp 763,86 triliun. Keesokan harinya kepemilikan asing naik lagi menjadi Rp 764,5 triliun. (aji/hps)
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular