
Jaya Trishindo Incar Dana Rp 31,25 M Dari IPO
Monica Wareza, CNBC Indonesia
28 February 2018 10:47

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa Efek Indonesia (BEI) akan memiliki emiten baru, PT Jaya Trishindo. Perusahaan ini berencana menerbit melepaskan sahamnya melalui penawaran umum saham perdana (intial public offering/IPO) dengan melepaskan 30,53% atau setara dengan 250 juta unit saham.
PT Jaya Trishindo merupakan perusahaan yang bergerak di bidang jasa angkutan niaga tak terjadwal. Saat ini perusahaan memiliki 5 armada helikopter yang dioperasikan untuk kebutuhan penyewaan, forest fire, geo magnetic survey dan pax transport.
Perusahaan mematok harga Rp 110-Rp 125 per unit saham. Sehingga nanti perusahaan akan memperoleh dana segar sebesar Rp 27,5 miliar -Rp 31,25 miliar.
Dana hasil penawaran umum saham perdana (initial public offering/IPO) akan digunakan perusahaan untuk penyertaan modal kepada entitas anak usahanya, PT Komala Indonesia. Oleh anak usahanya ini dana tersebut akan digunakan untuk belanja modal (caliyal expenditur/capex) sebesar 60% dan sisanya untuk modal kerja (working capital).
Selain menerbitkan saham, perusahaan juga memberikan sweetener berupa waran seri I yang berjumlah 125 juta atau setara dengan 21,97% dari jumlah saham yang ditempatkan.
Dana dari hasil waran ini akan digunakan perusahaan utnuk meningkatkan penyertaan modal di entitas anak pada nilai nominal. Selanjutnya oleh anak usahanya akan digunakan untuk working capital.
Perusahaan telah memulai masa penawaran awal (book building) pada 26 Februari lalu dan akan berakhir pada 5 Maret mendatang. Ditargetkan efektif dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dapat diperoleh oada 15 Maret.
Direktur Utama PT Jaya Trishindo Edwin Widjaya mengatakan Ke depan, perusahaan berencana untuk meningkatkan jumlah armada perusahaan dan menyediakan sistem kerja dengan konsumen yang lebih fleksibel.
"Kami juga berencana untuk memperluas wilayah pemasaran dan berencana untuk menyediakan jasa charter helikopter secara online, seperti Gejok Helikopter," kata Edwin.
Saat ini, sebesar 95% pendapatan perusahaan berasal dari anak usaha. Sisanya, 5% berasal dari kegiatan perusahaan sebagai agen pemasaran untuk menjual jasa penyewaan helikopter.
Hingga akhir September 2017 lalu, total pendapatan perusahaan sebesar arp 87,70 miliar. Dari nilai ini perusahaan membukukan laba usaha sebesar Rp 14,03 miliar dan laba komprehensif senilai Rp 3,28 miliar.
(roy/roy) Next Article Ini Momen Nahas Kala IHSG Jatuh dalam 10 Tahun Terakhir
PT Jaya Trishindo merupakan perusahaan yang bergerak di bidang jasa angkutan niaga tak terjadwal. Saat ini perusahaan memiliki 5 armada helikopter yang dioperasikan untuk kebutuhan penyewaan, forest fire, geo magnetic survey dan pax transport.
Perusahaan mematok harga Rp 110-Rp 125 per unit saham. Sehingga nanti perusahaan akan memperoleh dana segar sebesar Rp 27,5 miliar -Rp 31,25 miliar.
Dana dari hasil waran ini akan digunakan perusahaan utnuk meningkatkan penyertaan modal di entitas anak pada nilai nominal. Selanjutnya oleh anak usahanya akan digunakan untuk working capital.
Perusahaan telah memulai masa penawaran awal (book building) pada 26 Februari lalu dan akan berakhir pada 5 Maret mendatang. Ditargetkan efektif dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dapat diperoleh oada 15 Maret.
Direktur Utama PT Jaya Trishindo Edwin Widjaya mengatakan Ke depan, perusahaan berencana untuk meningkatkan jumlah armada perusahaan dan menyediakan sistem kerja dengan konsumen yang lebih fleksibel.
"Kami juga berencana untuk memperluas wilayah pemasaran dan berencana untuk menyediakan jasa charter helikopter secara online, seperti Gejok Helikopter," kata Edwin.
Saat ini, sebesar 95% pendapatan perusahaan berasal dari anak usaha. Sisanya, 5% berasal dari kegiatan perusahaan sebagai agen pemasaran untuk menjual jasa penyewaan helikopter.
Hingga akhir September 2017 lalu, total pendapatan perusahaan sebesar arp 87,70 miliar. Dari nilai ini perusahaan membukukan laba usaha sebesar Rp 14,03 miliar dan laba komprehensif senilai Rp 3,28 miliar.
(roy/roy) Next Article Ini Momen Nahas Kala IHSG Jatuh dalam 10 Tahun Terakhir
Most Popular