Momentum Pas untuk Perusahaan Properti IPO

Monica Wareza, CNBC Indonesia
26 February 2018 14:47
Alasannya, saham-saham properti mulai menunjuk kinerja membaik di awal tahun, setelah sempat tertekan dalam kurun waktu empat tahun terakhir.
Foto: Muhammad Luthfi Rahman
Jakarta, CNBC Indonesia - Dua calon properti mendapatkan momentum baik untuk mencatatkan saham perdana (initial public offering/IPO) awal tahun ini. Alasannya, saham-saham properti mulai menunjuk kinerja membaik di awal tahun, setelah sempat tertekan dalam kurun waktu empat tahun terakhir. 

Secara year to date, kinerja indeks saham sektor properti, real estat dan konstruksi bangunan tercatat naik 8,09%, tertinggi ketiga setelah indeks sektor pertambangan dan industri dasar.

Dua calon emiten di lini bisnis usaha properti dipastikan akan mencatatkan sahamnya melalui skema penawaran umum saham perdana (initial public oferring/IPO) pada semester I tahun ini, yaitu PT Harvest Time dan PT Dafam Property Indonesia.

PT Harvest Time merupakan perusahaan pengembang properti yang berlokasi di Maja, Tangerang akan mencatatkan sahamnya di pasar modal menggunakan laporan keuangan September. Rencananya pencatatan ini akan dilakukan pada April mendatang.

Dana hasil IPO ini akan digunakan perusahaan untuk belanja modal (capital expenditure/capex) perusahaan untuk membiayai pembangunan infrastruktur, bangunan, perumahan dan sarana prasarana pendukung lainnya untuk ekspansi cadangan tanah perusahaan di kawasan Maja.

Hingga 30 September 2017 lalu perusahaan memiliki aset senilai Rp 1,52 triliun, total liabilitas senilai Rp 360,71 miliar dan ekuitas mencapai Rp 1,16 triliun. Harvest mencatatkan laba senilai Rp 121,77 miliar.

Sementara PT Dafam Property Indonesia merupakan perusahaan yang bergerak di bidang properti, residensial dan hotel di Indonesia. Perusahaan akan mencatatkan sahamnya menggunakan laporan keuangan Desember 2017 dan pencatatan direncanakan akan dilakukan pada April 2018.

Dana hasil IPO akan digunakan untuk pengembangan usaha, baik di bidang pembangunan perumahan maupun penambahan jumlah hotel. Saat ini telah memiliki 30 hotel, lima diantaranya dimiliki oleh perusahaan langsung yang bergerak di budget hotel dan ekonomi bintang dua hingga bintang empat.

Dari hotel dan residensial yang dimiliki saat ini perushaaan mendapatkan pendapatan berulang (recurring income) mencapai 80% dari total pendapatan.

Direktur Penilaian Perusahaan Bursa Efek Indonesia Samsul Hidayat mengatakan bahwa dalam waktu dekat akan ada satu perusahaan properti yang melakukan mini expose terkait rencananya melakukan IPO dalam waktu dekat. Namun, dia tidak menyebutkan nama perusahaan tersebut.

Sehingga jika dihitung maka akan ada tiga calon emiten properti yang akan meramaikan pasar modal pada awal kuartal kedua mendatang.

Analis Binaartha Parama Sekuritas Nafan Aji Gusta Utama mengatakan menganggap bertambahnya emiten properti di tahun ini masih dianggap menarik. Ditambah lagi dengan adanya sentimen suku bunga acuan BI masih tergolong cukup rendah sehingga bisa mendorong masyarakat untuk memiliki properti.

"Ditambah lagi dengan penggunaan dana IPO nantinya untuk tujuan ekspansi bisnis sangat diminati oleh pelaku pasar dibandingkan dengan refinancing," kata Nafan di Jakarta, Senin (26/2).

Dia menilai, price earning ratio (PER) yang ideal untuk perusahaan ini adalah 15 kali. Namun, lebih menarik lagi jika rasio ini bisa sampai 10 kali karena dinilai lebih menarik bagi investor asing.

Selain itu, dengan gencarnya perbankan berlomba-lomba untuk memberikan bunga kredit pemilikan rumah (KPR) rendah dianggap akan menguntungkan perusahaan properti. Karena dengan rendahnya bunga maka akan mendorong masyarakat untuk melakukan pembelian dan akan berdampak pada marketing sales perusahaan.

"Berpotensi (mendongkrak) kinerja marketing sales juga berpengaruh dan sebagai ujung tombak kinerkja perusahaan," kata dia.

(hps) Next Article Dafam Property Optimistis Bisa Cetak Laba Tahun Ini

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular