40% Surat Utang Dikuasai Asing, Haruskah Khawatir?

Chandra Gian Asmara, CNBC Indonesia
23 February 2018 19:15
Foto: Muhammad Luthfi Rahman
Jakarta, CNBC Indonesia - Porsi kepemilikan asing di instrumen Surat Berharga Negara (SBN) telah mencapai 40%. Besarnya kepemilikan asing, berpotensi terjadinya pembalikan modal (capital reversal) ketika terjadinya gejolak ekonomi dunia.

Dalam mengantisipasi potensi capital reversal di tengah pengetatan kebijakan moneter Amerika Serikat, ada beberapa hal yang bisa dilakukan Bank Indonesia (BI) maupun pemerintah agar dampaknya tidak dirasakan terlalu dalam bagi perekonomian.

BI, dianggap memiliki first line of defense dalam hal pengelolaan modal dengan memperkuat cadangan devisa. Posisi cadangan devisa saat ini, dianggap masih bisa mengkompensasi apabila terjadi pembalikan arus modal secara besar-besaran.

"Pasar keuangan Indonesia masih memiliki buffer yang dapat menahan capital flight dari pasar keuangan Indonesia," kata Ekonom Bank Permata Josua Pardede saat berbincang dengan CNBC Indonesia, Jumat (23/2/2018).



Sementara bagi pemerintah, keberadaan Bond Stabilization Framework bisa dipergunakan untuk mengantisipasi terjadinya pembalikan arus modal secara mendadak (sudden reversal) di pasar obligasi negara.

Potensi pembalikan arus modal pun masih mungkin terjadi, seiring dengan kenaikan yield US Treasury sekitar 2,9-2,95% yang didorong oleh ekspektasi kenaikan suku bunga bank sentral AS (The Fed), jelang rapat Federal Open Market Committe (FOMC).

Namun, kondisi fundamental ekonomi Indonesia dianggap masih cukup mampu mengkompensasi terjadinya pembalikan modal. Apalagi, kenaikan yield US Treasury disebut akan mendorong kenaikan yield Surat Utang Negara pada level yang dianggap menarik.

"Maka investor asing pun akan kembali mengakumulasi SUN. Apalagi, SUN sudah masuk dalam Global Aggregate Index," jelasnya.

Ekonom Bank Mandiri Andry Asmoro pun tak memungkiri, tekanan adanya pembalikan arus modal cukup besar jelang kenaikan suku bunga The Fed. Kuncinya, adalah menjaga stabilitas indikator makro terutama volatilitas rupiah dan inflasi.

"Dua indikator ini akan sangat penting untuk menjaga investasi portofolio asing di bonds market," katanya.


(dru) Next Article Fundamental Kuat, Namun RI Harus Waspadai Pembalikan Modal

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular