Internasional

Apple Gerilya Amankan Pasokan Kobalt

Rehia Sebayang, CNBC Indonesia
22 February 2018 12:02
Apple dikabarkan sedang mendekati beberapa produsen utama kobalt untuk mengamankan pasokan mineral untuk baterai itu
Foto: Reuters
London, CNBC Indonesia – Tiga sumber dari industri kobalt mengatakan raksasa teknologi Amerika Serikat (AS), Apple, sedang membahas kesepakatan dengan produsen utama kobalt untuk mengamankan pasokan bahan vital baterai isi ulang lithium-ion itu.

Apple menolak berkomentar.

Mengamankan pasokan kobalt telah menjadi tema penting belakangan ini karena mineral tersebut juga digunakan pada baterai kendaraan listrik. Industri kendaraan listrik yang sedang tumbuh itu juga sedang berusaha mendapatkan kesepakatan penyediaan pasokan kobalt jangka panjang.

Perusahaan pembuat mobil, pembuat ponsel, dan produsen super-alloy yang digunakan dalam pembuatan mesin jet, mulai menghawatirkan kemungkinan langkanya sumber kobalt.


“Kami tidak yakin apakah [Apple] ingin membeli kobalt untuk produsen baterai yang memasok mereka atau apakah mereka berencana menyokong rantai pasokan kobalt sebagai penjamin,” ujar seorang sumber di industri kobalt, dilansir dari Reuters.

“Mereka sudah meminta produsen untuk membuat penawaran. Kami tidak yakin berapa jumlahnya, tapi jika mereka mencari kontrak lebih dari beberapa tahun, mereka mungkin akan kecewa.”

Sebelumnya, Apple dikabarkan sedang membicarakan kontrak untuk membeli beberapa ribu metrik ton kobalt untuk periode lima tahun atau lebih.

Sumber di industri terkait mengatakan Apple telah berbicara dengan para penambang, seperti Glencore, yang merupakan produsen kobalt papan atas, yang akhir tahun lalu mengatakan akan memproduksi sekitar 39.000 ton kobalt tahun ini.

Ketika ditanya tentang hubungan perusahaan dengan Apple, melalui telepon dengan wartawan pada hari Rabu, Chief Executive Glencore, Ivan Glasenberg, mengatakan: “Kami belum menandatangani kesepakatan apapun.”

Ia menambahkan Glencore tidak akan menandatangani kesepakatan jangka panjang karena perusahaan tersebut tidak ingin mematok harga kobalt

Pada Desember lalu, Glasenberg sempat mengatakan perusahaannya telah mengadakan pembicaraan dengan Apple, Tesla, dan Volkswagen sebagai bagian dari diskusi dengan klien industrinya.


Beberapa sumber mengatakan kepada Reuters, perusahaan pembuat mobil asal Jerman, Volkswagen, telah meminta produsen mengajukan proposal untuk memasok kobalt hingga 10 tahun, dari tahun 2019.

Harga kobalt di London Metal Exchange, berada di sekitar US$80.000 (Rp 1,1 miliar) per ton. Harga mineral itu telah naik dari sekitar $20.000 pada bulan Januari 2016.

Permintaan global tahun ini diperkirakan mencapai lebih dari 110.000 ton, di mana lebih dari 65% pasokan diperkirakan berasal dari Republik Demokratik Kongo (RDK). Di negara ini kobalt merupakan hasil sampingan dari produksi tembaga.

Kelompok hak asasi manusia, Amnesty International, mengatakan tahun lalu sekitar seperlima produksi kobalt Kongo ditambang langsung dengan tangan oleh penambang informal, termasuk anak-anak, yang seringkali berada dalam kondisi berbahaya.

“Sumber yang bertanggung jawab merupakan awal dan akhir segalanya, terutama di RDK dan terutama setelah laporan Amnesty,” ujar seorang sumber di perdagangan kobalt.

RDK merupakan produsen kobalt terbesar namun cadangan dalam jumlah yang lebih kecil bisa juga ditemukan di beberapa negara, mulai dari Finlandia sampai Kanada.
(prm) Next Article Pasar Mobil Listrik Lejitkan Harga Kobalt

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular