Mobil Listrik Bikin Harga Nikel Terus Melesat

Taufan Adharsyah, CNBC Indonesia
12 April 2019 16:40
harga nikel terus merangkak naik karena permintaan yang terus meningkat. Industri baterai yang banyak menyerap nikel menjadi salah satu penyebabnya.
Foto: Menko Maritim Luhut Pandjaitan bersama Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi, melakukan peletakan baru pertama, pembangunan perusahan PT Indonesia Weda Bay Industrial Park (IWIP) pada hari Kamis (30/8). (dok. Kemenko Maritim)
Jakarta, CNBC Indonesia - Kebutuhan nikel dunia tampaknya akan terus meningkat di masa yang akan datang. Peningkatan permintaan dari industri baterai menjadi salah satunya.

Tengok saja harga nikel kontrak pengiriman tiga bulan di bursa London Metal Exchange (LME) yang telah terangkat hingga 21% ke posisi US$ 12.976/metrik ton sejak awal tahun 2019.



Faktor fundamental memiliki peran penting pada pergerakan nikel selama ini. Pasalnya inventori nikel yang dipantau oleh LME, telah turun dalam beberapa tahun terakhir, bahkan sudah ke titik paling rendah dalam lebih dari satu dekade terakhir.

Kala pasokan makin seret, maka tentu saja harga akan terangkat. Apalagi permintaan tetap tinggi, bahkan diprediksi masih akan terus meningkat. Itu sesuai dengan hukum dasar di pasar, yaitu hukum penawaran-permintaan (supply-demand).



Permintaan nikel masih akan terus meningkat karena adanya kebutuhan dari industri baterai. Diketahui bahwa nikel merupakan salah satu bahan baku produksi baterai saat ini.

Menurut penelitian yang dilakukan oleh McKinsey, penjualan kendaraan yang berbasis listrik (electric vehicle/EV) menunjukkan pola peningkatan yang eksponensial sejak tahun 2010 hingga 2017. Bahkan pada tahun 2017, pertumbuhan penjualan EV secara global mencapai 57%.

Masih menurut McKinsey, saat ini China merupakan negara dengan penjualan EV terbesar di dunia. Bahkan gabungan penjualan EV di Amerika Serikat (AS) dan Eropa masih kalah dengan China. Sebagai informasi, pertumbuhan penjualan EV di China pada tahun 2018 mencapai 72%.

Diyakini bahwa pertumbuhannya masih akan terus meningkat seiring dengan perkembangan teknologi baterai. Saat ini, salah satu faktor yang masih menghambat pertumbuhan EV adalah harga baterai yang masih mahal.

Dengan teknologi sekarang, harga baterai untuk kendaraan listrik berada di kisaran US$ 200/kwh. Sebuah mobil listrik ukuran sedang (ukuran mobil penumpang biasa) rata-rata menggunakan kapasitas baterai 60 kwh untuk mencapai jarak 250-300 mil. Hal tersebut diungkapkan oleh Sushant Gupta, peneliti senior konsultan Wood Mackenzie kepda CNBC Indonesia, Selasa (12/3/2019).

Alhasil, harga rata-rata baterai untuk satu mobil mencapai US$ 12.000, atau setara dengan Rp 171.600.000 (kurs Rp 14.300/US$). Pada posisi tersebut, harga mobil listrik (bila tidak disubsidi) akan lebih mahal sekitar 30-35% dibanding mobil konvensional.

Namun pada tahun 2027, harga baterai akan turun menjadi US$ 100/kwh, atau terpangkas setengahnya. Pada saat itu, harga dari kendaraan listrik menjadi sangat kompetitif dibandingkan dengan kendaraan konvensional. Setelah 2027 pertumbuhan kendaraan listrik akan semakin pesat.

Analis memperkirakan bahwa kapasitas produksi nikel saat ini tidak mampu untuk memenuhi pertumbuhan kebutuhan ke depannya. Diprediksi harga nikel akan menyentuh level US$ 18.000/ton

Oleh sebab itu, pelaku industri saat ini tengah mempertimbangkan investasi tambahan di sektor produksi nikel. Tak terkecuali di Indonesia sebagai salah satu negara produsen nikel terbesar di dunia.

TIM RISET CNBC INDONESIA
(taa/hps) Next Article Indonesia Mau jadi Raja Lithium, Angan-angan atau Kenyataan?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular