
Internasional
Laba HSBC Naik Dua Kali Lipat di Tahun 2017
Rehia Sebayang, CNBC Indonesia
20 February 2018 14:53

Jakarta, CNBC Indonesia – Laba sebelum pajak raksasa perbankan, HSBC, naik lebih dari dua kali lipat menjadi US$17,2 miliar (Rp 234 triliun) tahun 2017 setelah perusahaan menerapkan langkah efisiensi sistem dan mengurangi pengeluaran bisnisnya.
Laba sebelum pajak yang disesuaikan juga naik 11% dari tahun ke tahun (year-on-year/ yoy) menjadi $21 miliar karena pertumbuhan pendapatan melebihi biaya operasional, demikian laporan bank tersebut yang diumumkan hari Selasa (20/2/2018), dilansir dari AFP.
Hasil tersebut diperoleh setelah posisi chief executive diambil alih John Flint dari Stuart Gulliver yang mundur setelah mengepalai bank itu selama tujuh tahun.
Flint, yang sebelumnya menjabat sebagai kepala retail banking dan wealth management di HSBC, mengatakan sudah lama ingin mengubah sistem di bank tersebut.
Perusahaan yang memfokuskan usahanya di Asia ini telah memberhentikan puluhan ribu karyawannya sejak 2015 dan bahkan menjual perusahaannya di Brasil, sebagai bagian dari perombakan besar-besaran perusahaan.
Strategi perusahaan meluaskan bisnisnya ke Pearl River Delta, sebuah area di selatan China, termasuk kota-kota besar seperti Hong Kong dan Guangzhou, juga telah mendorong kinerjanya.
Gulliver mengatakan HSBC telah mengakhiri program transformasi yang dimulai pada 2015 dan menyebut perusahaan “lebih sederhana, lebih kuat, dan lebih aman” daripada saat ia memimpinnya dulu.
Mark Tucker, chairman perusahaan, malah mengkhawatirkan ketegangan internasional yang meningkat dan ancaman proteksionisme akan mengganggu kinerja optimal HSBC walaupun ia optimistis terhadap kondisi global.
Laba sebelum pajak yang dilaporkan hari Selasa lalu naik sebesar 141% dari perolehan $7,1 miliar pada 2016.
Laba bersih tercatat $9,7 miliar di 2017, naik dari $1,3 miliar dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Analis menyebut kenaikan ini sebagai titik balik kejayaan HSBC, yang telah dilanda skandal keuangan dalam beberapa tahun terakhir.
Dickie Wong dari Kingston Securities Limited mengatakan tujuh tahun terakhir bukan hanya menjadi masa yang buruk bagi manajemen HSBC, namun juga bagi para investor.
“Kami telah lama menunggu kembalinya [kejayaan] HSBC dan saya benar-benar berpikir bahwa mereka [manajemen] lebih baik daripada bank internasional lainnya," ujarnya, sambil menyebut deviden dan efisiensi biaya sebagai penyebab naiknya laba.
Gulliver juga mengatakan perusahannya sudah memperkuat sistem kepatuhan (compliance) dan kemampuan untuk menangani risiko kriminalnya akibat ancaman tuntutan dari Amerika Serikat (AS) menyusul isu pencucian uang dan pelanggaran yang melibatkan HSBC.
“Melawan tindakan kriminal di sektor keuangan merupakan tindakan tanpa akhir dan akan terus menjadi perhatian utama manajemen perusahaan,” tambah Gulliver.
(prm) Next Article Kuartal I-2018, Laba HSBC Turun 4% Jadi Rp 66,4 T
Laba sebelum pajak yang disesuaikan juga naik 11% dari tahun ke tahun (year-on-year/ yoy) menjadi $21 miliar karena pertumbuhan pendapatan melebihi biaya operasional, demikian laporan bank tersebut yang diumumkan hari Selasa (20/2/2018), dilansir dari AFP.
Hasil tersebut diperoleh setelah posisi chief executive diambil alih John Flint dari Stuart Gulliver yang mundur setelah mengepalai bank itu selama tujuh tahun.
Perusahaan yang memfokuskan usahanya di Asia ini telah memberhentikan puluhan ribu karyawannya sejak 2015 dan bahkan menjual perusahaannya di Brasil, sebagai bagian dari perombakan besar-besaran perusahaan.
Strategi perusahaan meluaskan bisnisnya ke Pearl River Delta, sebuah area di selatan China, termasuk kota-kota besar seperti Hong Kong dan Guangzhou, juga telah mendorong kinerjanya.
Gulliver mengatakan HSBC telah mengakhiri program transformasi yang dimulai pada 2015 dan menyebut perusahaan “lebih sederhana, lebih kuat, dan lebih aman” daripada saat ia memimpinnya dulu.
Mark Tucker, chairman perusahaan, malah mengkhawatirkan ketegangan internasional yang meningkat dan ancaman proteksionisme akan mengganggu kinerja optimal HSBC walaupun ia optimistis terhadap kondisi global.
Laba sebelum pajak yang dilaporkan hari Selasa lalu naik sebesar 141% dari perolehan $7,1 miliar pada 2016.
Laba bersih tercatat $9,7 miliar di 2017, naik dari $1,3 miliar dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Analis menyebut kenaikan ini sebagai titik balik kejayaan HSBC, yang telah dilanda skandal keuangan dalam beberapa tahun terakhir.
Dickie Wong dari Kingston Securities Limited mengatakan tujuh tahun terakhir bukan hanya menjadi masa yang buruk bagi manajemen HSBC, namun juga bagi para investor.
“Kami telah lama menunggu kembalinya [kejayaan] HSBC dan saya benar-benar berpikir bahwa mereka [manajemen] lebih baik daripada bank internasional lainnya," ujarnya, sambil menyebut deviden dan efisiensi biaya sebagai penyebab naiknya laba.
Gulliver juga mengatakan perusahannya sudah memperkuat sistem kepatuhan (compliance) dan kemampuan untuk menangani risiko kriminalnya akibat ancaman tuntutan dari Amerika Serikat (AS) menyusul isu pencucian uang dan pelanggaran yang melibatkan HSBC.
“Melawan tindakan kriminal di sektor keuangan merupakan tindakan tanpa akhir dan akan terus menjadi perhatian utama manajemen perusahaan,” tambah Gulliver.
(prm) Next Article Kuartal I-2018, Laba HSBC Turun 4% Jadi Rp 66,4 T
Most Popular