
Internasional
Bursa Dunia Berangsur Stabil, Harga Minyak Menguat 1%
Ester Christine Natalia, CNBC Indonesia
12 February 2018 11:37

Singapura, CNBC Indonesia – Harga minyak naik 1%, Senin (12/2/2018) setelah turun tajam pekan lalu. Kenaikan ini terjadi bersamaan dengan bursa saham Asia yang kembali menemukan pijakan setelah perdagangan yang penuh guncangan beberapa hari lalu, dilansir dari Reuters.
Namun, yang saat ini menghantui pasar minyak dunia adalah peningkatan produksi di Amerika Serikat (AS) yang menghambat upaya Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (Organization of Petroleum Exporting Countries/ OPEC) dan Rusia untuk memangkas produksi dan mendorong kenaikan harga. Pemangkasan tersebut dimulai tahun 2017 dan akan berlanjut hingga 2018.
Harga minyak mentah Brent berada pada kisaran US$ 63,42 (Rp 863.843) per barel pada pukul 02:50 waktu AS, naik 63 sen atau 1% dari penutupan sebelumnya.
Sementara itu minyak West Texas Intermediate (WTI) berada di posisi US$ 59.83 per barel, juga menguat 63 sen atau 1,1% dari posisi terakhirnya.
Harga yang lebih tinggi itu terjadi setelah minyak mentah mencatat kerugian terbesarnya dalam dua tahun terakhir pekan lalu ketika bursa saham dunia jatuh.
Namun, dengan menguatnya kembali bursa saham AS pada hari Jumat (9/2/2018) dan tenangnya bursa Asia pada hari Senin, para analis yakin harga minyak mentah akan turut terdongkrak.
“Lompatan di saham AS berarti kemungkinan [minyak] mengejar ketertinggalannya,” kata Greg McKenna, kepala strategi pasar di perusahaan pialang kontrak berjangka AxiTrader.
Namun, pasar minyak masih menghadapi risiko peningkatan produksi minyak AS yang naik lebih dari 10 juta barel per hari (bpd), melampaui eksportir nomor satu dunia, Arab Saudi, dan akan menyaingi produsen nomor satu dunia, Rusia.
Ada indikasi kuat bahwa produksi AS akan terus meningkat.
Perusahaan-perusahaan energi AS menambah 26 kilang minyak baru menjadi total 791 kilang untuk produksi pekan ini. Jumlah tersebut adalah yang tertinggi sejak April 2015, kata jasa energi Hughes dari General Electric, Jumat (9/2/2018).
(prm) Next Article Eskalasi Suriah Mereda, Harga Minyak Terkoreksi 1%
Namun, yang saat ini menghantui pasar minyak dunia adalah peningkatan produksi di Amerika Serikat (AS) yang menghambat upaya Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (Organization of Petroleum Exporting Countries/ OPEC) dan Rusia untuk memangkas produksi dan mendorong kenaikan harga. Pemangkasan tersebut dimulai tahun 2017 dan akan berlanjut hingga 2018.
Harga minyak mentah Brent berada pada kisaran US$ 63,42 (Rp 863.843) per barel pada pukul 02:50 waktu AS, naik 63 sen atau 1% dari penutupan sebelumnya.
Harga yang lebih tinggi itu terjadi setelah minyak mentah mencatat kerugian terbesarnya dalam dua tahun terakhir pekan lalu ketika bursa saham dunia jatuh.
Namun, dengan menguatnya kembali bursa saham AS pada hari Jumat (9/2/2018) dan tenangnya bursa Asia pada hari Senin, para analis yakin harga minyak mentah akan turut terdongkrak.
“Lompatan di saham AS berarti kemungkinan [minyak] mengejar ketertinggalannya,” kata Greg McKenna, kepala strategi pasar di perusahaan pialang kontrak berjangka AxiTrader.
Namun, pasar minyak masih menghadapi risiko peningkatan produksi minyak AS yang naik lebih dari 10 juta barel per hari (bpd), melampaui eksportir nomor satu dunia, Arab Saudi, dan akan menyaingi produsen nomor satu dunia, Rusia.
Ada indikasi kuat bahwa produksi AS akan terus meningkat.
Perusahaan-perusahaan energi AS menambah 26 kilang minyak baru menjadi total 791 kilang untuk produksi pekan ini. Jumlah tersebut adalah yang tertinggi sejak April 2015, kata jasa energi Hughes dari General Electric, Jumat (9/2/2018).
(prm) Next Article Eskalasi Suriah Mereda, Harga Minyak Terkoreksi 1%
Most Popular