Wall Street Anjlok, Indeks Regional dan Komoditas Tertekan

Market - Raditya Hanung, CNBC Indonesia
10 February 2018 17:20
Penurunan Wall Street diikuti penurunan indeks regional dan penurunan harga komoditas dunia. Foto: Reuters
Jakarta, CNBC Indonesia - Pada perdagangan Jumat (9/2/2018), indeks Dow Jones berakhir naik 1,38% menjadi 24.190,90. Indeks S&P 500 ditutup menguat 1,49% menjadi 2.619,55. Kemudian indeks Nasdaq naik 1,44% menjadi 6.874,49. Namun demikian, selama sepekan ini indeks Dow Jones telah mengalami penurunan sebesar 5,12%, yang merupakan performa mingguan terparah sejak Januari 2016.
Foto: CNBC Indonesia
Pemicu terjadinya aksi jual yang menyebabkan Wall Street jatuh adalah rencana kenaikan suku bunga acuan yang makin agresif dari Federal Reserve. Rencana ini membuat imbal hasil obligasi pemerintah AS naik. Harapan pelaku pasar pekan depan adalah data inflasi terbaru. Bila data inflasi positif, maka pasar saham bisa lebih tenang. Selain itu, investor berharap imbal hasil (yield) obligasi tidak naik lagi.

Kejatuhan yang terjadi di Wall Street selama seminggu terakhir membuat bursa saham dunia ikut terkena imbas negatifnya. Bursa regional Asia terpukul paling parah dengan indeks Shanghai, Hangseng, dan Nikkei, terkoreksi masing-masing sebesar 9,6%, 9,49%, dan 8,13% dalam sepekan terakhir.
Foto: CNBC Indonesia
Bursa regional Eropa relatif terdampak lebih sedikit. Indeks FTSE dan DAX melemah masing-masing 4,72% dan 5,3% selama seminggu terakhir. Pelemahan IHSG sendiri tercatat hanya 1,86% dalam sepekan ini, tidak jatuh terlalu dalam dibandingkan dengan indeks saham lainnya di regional Asia.

Lalu bagaimana perkembangan harga komoditas di saat Wall Street anjlok dalam sepekan terakhir?
Wall Street Anjlok, Indeks Regional dan Komoditas TertekanFoto: CNBC Indonesia


Harga minyak mentah jenis West Texas Intermediate (WTI) dan Brent sama-sama melemah masing-masing sebesar 9,55% dan 8,44% dalam sepekan terakhir. Ini merupakan penurunan mingguan terendah sejak Januari 2016. Pada penutupan perdagangan pada hari Jumat, harga minyak jenis WTI tercatat sebesar US$ 59,20/barel, sementara untuk Brent sebesar US$ 62,79/barel.

Selain dipicu gejolak Wall Street, pelemahan harga minyak juga didorong oleh indikasi melimpahnya pasokan minyak Amerika Serikat (AS). Perusahaan jasa perminyakan, Baker Hughes, mengatakan total rig minyaknya yang berproduksi secara onshore di AS naik 26 unit menjadi 791 unit, atau yang tertinggi sejak April 2015. Beberapa pekan terakhir, produksi minyak AS juga disebutkan naik menjadi 10,25 juta barel/hari.

Dari komoditas lain, harga emas (COMEX) melemah 1,61% dalam seminggu ini, kemudian harga minyak sawit mentah/Crude Palm Oil (CPO) mampu menguat 1,9% dalam periode yang sama.
Artikel Selanjutnya

Ini Yang Buat Wall Street Hijau di Tengah Sentimen Corona


(roy/roy)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Terpopuler
    spinner loading
LAINNYA DI DETIKNETWORK
    spinner loading
Features
    spinner loading