Cara Bakrieland Keluar dari Lilitan Utang

Houtmand P Saragih & Tito Bosnia, CNBC Indonesia
18 January 2018 06:29
Diharapkan bisa menekan meringankan beban perusahaan, meskipun harus menerima kenyataan kehilangan aset-aset berharga.
Foto: ist
  • RUPSLB kemarin kembali memutuskan kembali untuk menjual salah satu aset berharga milik Bakrieland
  • Beban bunga yang terus membengkak membuat perseroan harus memutuskan untuk memangkas nilai utang agar tidak membebani kinerja keuangan perseroan
Jakarta, CNBC Indonesia - Kesulitan keuangan yang melanda PT Bakrieland Development Tbk (ELTY) memaksa perusahaan properti milik Grup Bakrie ini melepas satu-persatu aset. Pelepesan satu persatu aset milik perseroan tersebut diharapkan bisa meringankan beban perusahaan, meskipun harus menerima kenyataan kehilangan aset-aset berharga.

Beban berat keuangan Bakrieland tersebut tampak dari buku laporan keuangan perseroan kuartal III-2017 di mana perseroan mencatatkan rugi bersih Rp 42,38 miliar. Sementara pada periode yang sama 2016 perseroan tercatat masih membukukan keuntungan Rp 181,31 miliar. 

Beban bunga yang terus bertambah membuat perseroan tak bisa lepas dari lilitan utang. Pada kuartal III-2017 total nilai liabilitas mencapai Rp 7,83 triliun, meningkat dari Rp 7,66 triliun pada kuartal III 2016. Tentu saja itu menambah beban bunga yang harus dibayarkan perseroan. Apalagi sektor properti saat ini masih mengalami tekanan dampak dari perlambatan pertumbuhan penjualan rumah.

“Bunganya saja Rp 350 miliar. Itu bunganya cukup besar, otomatis itu akan hilang dulu dari buku. Atas dasar itu, maka secara teoritis nantinya earning per share kita menjadi positif, tekanan utang berkurang serta kita bisa konsentrasi terhadap pembangunan daripada membayar utang,”ujar Direktur Utama Bakrieland Ambono Janurianto saat Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) di Jakarta, Rabu (17/1/2018).

Dalam RUPSLB itulah, akhirnya para pemegang saham menyetujui melepas 37,9% atau 8,56 miliar saham PT Graha Andrasentra Propertindo Tbk (JGLE) pemilik taman hiburan JungleLand. Bakrieland memang tidak secara langsung memiliki saham Graha Andrasentra, tapi masuk melalui anak usahanya PT Surya Global Nusantara. 

Pelepasan anak usaha ini dalam rangka membayar utang dalam bentuk global bond yang diterbitkan perseroan pada 2010 senilai US$ 155 juta atau setara Rp 2,07 triliun. Dana tersebut digunakan untuk membiayai proyek yang dikerjakan sejumlah anak usaha. 

Namun karena ketidakmampuan membayar bunga, The Bank Of New York Mellon (BONY) selaku wali amanat (trustee) penerbitan global bond tersebut, pada April 2013 menyatakan perseroan gagal bayar (default). Sempat disengketakan di pengadilan negeri Jakarta Pusat hingga Mahkamah Agung, tapi tak kunjung selesai.

Baru pada 2016 ditandatangani kesepakatan menyerahkan JungleLand kepada kreditor untuk melunasi utang tersebut. Maka dibuatlah skema restrukturisasi yang akhirnya disepakati kemarin. 

Ambono Janurianto Direktur Utama Bakrieland, menyampaikan pemegang saham sudah menyepakati recana restrukturisasi tersebut. “(Sebelumnya) Kami melakukan voting di Singapura dengan para pemegang obligasi sebanyak 41 orang yang mewakili US$ 139.04 juta dari total utang obligasi, telah sepakat dengan suara bulat melakukan skema restrukturisasi yang ditawarkan”ujar Ambono RUPS di Hotel Aston, Rabu, (17/1/2018).

Skema restrukturisasi yang ditawarkan, khas cara Bakrie. Konversi obligasi jadi saham ini dilakukan dengan cara menerbitkan waran sebanyak 2,52 miliar waran di mana pemegang satu waran mendapatkan hak membeli 10 saham seri B Bakrieland dengan harga nominal sebesar Rp 100 per saham. 

“Waran dapat dilakukan exercise dalam waktu selambat-lambatnya empat tahun sejak penerbitannya, dengan ketentuan exercise tersebut dapat dilakukan setelah enam bulan diterbitkannya waran sebagaimana ditentukan dalam UU No.8 tahun 1995 tentang Pasar Modal,” jelas Ambono.

Jual Aset Lain
Menjual anak usaha untuk menutupi gunungan utang tampaknya jadi kebiasan Bakrieland. Selain menjual PT Graha Andrasentra Propertindo Tbk (JGLE), dalam kurun waktu 2012 hingga 2015 Bakrieland sudah tiga kali menjual asetnya demi menutupi utang. Bakrieland banyak menjual asetnya para MNC Grup milik Hary Tanoesoedibjo. 


Pada September 2012, Bakrieland menjual Bakrie Toll Road dan Lido Resort di Sukabumi yang memiliki lahan seluas 1.000 hektar (ha) ke pada MNC Grup. Dari penjualan ini Bakrieland mendapatkan dana Rp 2 triliun. 

Bakrie Toll Road merupakan perusahaan pemegang pemegang konsesi tol Kanci-Pejagan, Pejagan-Pemalang, Pasuruan-Probolinggo, Cimanggis-Cibitung, dan Ciawi-Sukabumi. Adapun Lido Resort rencananya akan dijadikan Theme Park sekelas Disneyland. 

Pada Tahun 2013, Bakrieland kembali menjual asetnya pada Hary Tanoe. Bakrieland menjual 55,91% saham PT Bakrie Nirwana Resort ke MNC Land. Selain itu MNC juga mengakuisisi Pullman Bali Legian Nirwana. Dari penjualan ini Bakrieland mendapatkan Rp 2 triliun.

Terakhir pada 2014, Bakrieland menjual asetnya pada PT Bumi Serpong Damai Tbk (BSDE). Melalui anak usahanya Bakrie Swastika Utama (BSU), Bakrieland menjual mal Epicetrum Walk yang memiliki luas area sekitar 14.850 meter persegi. Selain itu, lahan di Kelurahan Karet Setiabudi, Jakarta Selatan, seluas 25.914 m2 itu dijual perseroan ke PT Sinar Mas Teladan dengan nilai sebesar Rp 823,4 miliar.
(hps) Next Article Ini Cara Bakrieland Kurangi Utang tapi Tetap Dapat Uang

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular