Busan Cinema Center Kasih Bocoran, Film RI Bisa Tembus Bioskop Korsel
Jakarta, CNBC Indonesia - Film layar lebar tanah air berpeluang tayang di bioskop Korea Selatan. Tak lagi hanya sebatas mengadopsi film-film negeri ginseng itu, sebagaimana yang terjadi selama ini karena terterpa Korean Wave.
Beberapa tahun terakhir, Indonesia memang kerap mengadopsi sinema Korea Selatan, seperti Sunny yang tayang pada 2011 silam diadopsi industri film tanah air dengan judul Bebas (2019). Selain itu, adapula Miracle Cell No.7, My Annoying Brother, hingga Pawn (2020) yang diadopsi di RI dengan judul Panggil Aku Ayah (2025).
Program Director for International Film di Busan Cinema Center, Chun Hye-Jin mengatakan, untuk bisa menjadi eksportir film ke Korea Selatan, ada sejumlah cara yang bisa dilakukan Indonesia memperkuat pasar sinemanya.
Pertama, ialah fokus memperkuat genre film yang selama ini telah menjadi unggulan. Menurut Chun Hye, film horor Indonesia sudah memiliki citra yang khas di pasar internasional, sehingga memiliki modal yang besar untuk masuk ke Korea Selatan.
"Genre horor Indonesia itu bisa menjadi salah satu yang masuk ke dalam industri perfilman Korea," kata Chun agenda diskusi yang digelar Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI) dan Korea Foundation, dikutip Senin (29/12/2025).
Cara inilah yang ia sebut dilakukan Thailand. Negara gajah putih itu kata Chun mampu memperkuat genre Boys Love atau Bromance, sehingga memiliki porsi sendiri bagi penikmat film di Korea Selatan.
"Tiap negara harus punya tema yang menjadi top of mind dari orang-orang, misalnya Thailand, yang teringat boys love nya, nah mungkin Indonesia dengan genre horor nya yang menjadi starting point," tegasnya.
Faktor kedua, Chun menegaskan, industri film tak bisa terlepas dari keharusan adanya dukungan dari perusahaan besar yang menjadi promotor. Ia menyebut, film seperti Squid Game, hingga Parasite tidak mungkin masuk pasar internasional, seperti di Amerika Serikat tanpa keterlibatan bantuan promosi perusahaan besar.
"Film yang sukses seperti Squid Game, Parasite, itu sebetulnya lebih banyak menerima dukungan dari perusahaan besar, seperti CJ (Cheil Jedang) yang support melalui bantuan uang promosi," ungkap Chun.
Terkait potensi film horor, Chief Marketing Officer CGV Indonesia Ssun Kim juga mengamini. Menurutnya, ada kesamaan kultur antara Indonesia dan Korea Selatan yang bisa membuat film menjadi lebih dinikmati karena keterikatan budaya di tengah masyarakatnya.
Ia mencontohkan, salah satu film horor Korea Selatan yang laris di Indonesia, dan bahkan tak pernah ditujukan produsernya untuk masuk pasar Indonesia yakni Exhuma (2024). Film itu ia sebut telah dinikmati 2,6 juta penonton di RI.
"Film ini sangat beresonansi karena Indonesia sangat suka film horor dan juga sangat menyentuh budaya di Indonesia," tuturnya.
Di sisi lain, Ssun juga menggaris bawahi pentingnya industri film Indonesia memperkuat subtitle atau transkripsi terjemahan. Tanpa adanya akurasi substitle, ia menekankan, sulit bagi para penikmat film di Korea memperoleh nuansa emosional yang tepat, karena Bahasa Indonesia tidak familiar bagi warga Korsel.
Bukan hanya membangun suasana, ia menyebut, subtitle yang akurat dapat menjadi komponen utama sebuah film memperkenalkan budaya nya di luar negeri.
"Jadi, ketika film Indonesia ingin memberikan suasana untuk membuat sesuatu yang emosional, bisa menggunakan subtitle yang benar," tegasnya.
Selain itu, ia juga menekankan keharusan Indonesia untuk terbuka terkait statistik atau data industri film, mulai dari jumlah penayangan hingga penonton untuk analisa pasar.
"Di Korea, semua orang mereka mudah mengetahui berapa banyak penayangan pada tahun lalu atau kemarin, apapun yang Anda inginkan, mengetahui data sangat mudah. Tapi di Indonesia, itu terblokir. Jadi, bagaimana kita bisa menganalisa data dan membuat keputusan," ucapnya.
Sebagai informasi, Korea Selatan memang menjadi salah satu negara eksportir seni hiburan terbesar dunia, dengan nilai ekspor US$ 15,18 miliar pada 2024, mengutip laporan The Guardian.
Meski begitu, khusus untuk sektor perfilman domestiknya tengah mengalami tekanan. Berdasarkan laporan The Maeil Business Newspaper Korea Selatan mencapai puncak jumlah penonton bioskop sebanyak 226,67 juta pada 2019, sebelum pandemi COVID-19.
Tetapi pada 2024, angka tersebut telah turun sebesar 45,7% menjadi 123,12 juta. Pada 12 September, jumlah penonton bioskop pada 2025 diproyeksikan mencapai 69,98 juta, dengan "angka penonton tahunan" hampir pasti akan merosot, atau bahkan hanya sedikit melampauinya periode 2024.
(arj/mij)[Gambas:Video CNBC]