Rupanya Omicron BA.2 Jarang Serang Paru-paru, tapi Organ Ini

Lynda Hasibuan, CNBC Indonesia
Minggu, 27/03/2022 17:20 WIB
Foto: AP/Vincent Yu

Jakarta, CNBC Indonesia - Penyebaran virus covid-19, subvarian Omicron BA.2, mulai mendominasi kasus-kasus baru di sebagian negara di dunia, salah satunya di India. Penyebaran yang lebih cepat dibanding pendahulunya, BA.1, dikhawatirkan bisa memicu munculnya gelombang COVID-19 keempat di India.

Para ahli mengatakan subvarian yang disebut sebagai 'Omicron Siluman' ini memiliki serangkaian gejala yang berbeda dari pendahulunya, sehingga sulit untuk diidentifikasi secara klinis.

Dibanding varian lain, BA.2 lebih jarang menyerang paru-paru dan lebih banyak menyerang saluran napas atas. Meski demikian, beberapa penelitian menyebut subvarian ini dapat mempengaruhi area perut atau sistem pencernaan dan memicu gejala seperti sakit perut, mual, serta diare.


Menurut para ahli di Kolkata, India, ada kemungkinan virus tersebut sekarang telah mengubah pola serangannya. Hal inilah yang menyebabkan BA.2 lebih mempengaruhi perut daripada daerah nasofaring.

"Sebuah penelitian telah menyarankannya, yang memang akan menyulitkan untuk mengidentifikasi strain dengan RT-PCR. Penelitian tersebut telah menunjukkan kasus viral load yang tinggi pada pembuangan tinja meskipun tes konvensional negatif," kata profesor dari Institute of Post-Graduate Medical Education and Research (IPGME&R), Diptendra Sarkar.

"Meskipun ini dapat menyebabkan kasus yang tidak terdeteksi, variannya cenderung ringan. Jadi, seharusnya tidak lebih berbahaya daripada batuk dan pilek biasa," jelasnya yang dikutip dari Times of India, Minggu (27/3/2022).

Penelitian di Inggris juga menyebutkan varian BA.2 ini lebih berdampak pada usus yang memicu masalah sistem pencernaan. Ini bisa menyebabkan hasil tes negatif palsu (false negative), karena virus tidak dapat dilacak di hidung atau mulut.

Gejala yang muncul akibat varian ini bisa berupa mual, diare, muntah, sakit perut, mulas, dan kembung. Meski begitu, Direktur pulmonologi Rumah Sakit CMRI Raja Dhar mengatakan virus tersebut masih mungkin terdeteksi dengan RT-PCR.

"Penularan COVID-19 terjadi melalui paru-paru, jadi pasti terlacak di sana. Tapi kita tahu bahwa penularan bisa terjadi dari perut juga. Jadi, kemungkinan gejala yang menonjol sekarang lebih ke usus daripada saluran pernapasan," beber Dhar.

Namun, gejala pada sistem pencernaan atau gastrointestinal seperti ini memang sudah banyak terjadi pada saat gelombang 1 dan 2. Meski begitu, tanda atau gejala pada sistem pencernaan harus tetap diwaspadai.

"Selama ini gejalanya (BA.2) ringan, tidak perlu khawatir. Tetapi, pada kenyataannya gejala pilek bisa lebih melumpuhkan daripada sakit perut atau diare," pungkasnya.


(hps/hps)
Saksikan video di bawah ini:

Video: BLACKPINK Comeback! Lagu Baru Bakal Guncang Panggung Dunia