
European Super League: Harta atau Nyawa? Harta Tentu Saja!

"Pembentukan Liga Super bertepatan dengan momentum pandemi global yang menyebabkan instabilitas keuangan klub. Pandemi menunjukkan bahwa dibutuhkan visi yang strategis dan peningkatan kualitas serta intensitas kompetisi antar-klub sehingga mendorong sebuah format di mana klub papan atas bertemu secara reguler.
"Dibutuhkan pula sebuah pendekatan komersial yang berkelanjutan untuk meningkatkan keuntungan setiap pemangku kepentingan. Klub pendiri meyakini bahwa solusi ini tidak merusak fundamental klub dan tetap mendukung sumber daya keuangan bagi keseluruhan piramida kompetisi sepakbola," sebut keterangan resmi di situs klub Liverpool.
Well, pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19) memang berdampak sangat luas. Seluruh sendi kehidupan manusia terdampak, termasuk sepakbola.
Tahun lalu, kompetisi sepakbola Eropa sempat 'hibernasi' selama berbulan-bulan karena ganasnya pandemi. Kompetisi memang sudah dimulai kembali, tetapi ada perbedaan yang sangat mencolok. Di liga-liga top Eropa, penonton belum boleh datang ke stadion sehingga pemasukan klub dari matchday boleh dibilang nol, tidak ada sama sekali.
Selain itu, pemasukan dari sisi komersial pun merosot karena para sponsor pun terpukul oleh pandemi. Akibatnya, keuangan klub pun merah membara.
Barcelona, misalnya. Pada akhir musim 2018/2019, laporan keuangan Barcelona mengungkapkan keuntungan sebesar EUR 5 juta. Per Juni 2020, Barcelona berbalik rugi EUR 97,34 miliar.
Di sisi pendapatan, Barcelona meraup EUR 855,43 juta. Proyeksi pendapatan adalah EUR 1,06 miliar, tetapi terpangkas gara-gara pandemi virus corona, ada koreksi 19,23%.
![]() |
Contoh lain, Manchester United. Pada tahun fiskal 2020, matchday revenue tercatat GBP 89,8 juta. Ambles 18,95% dibandingkan tahun fiskal 2019.
"Dampak pandemi dan upaya mencegah penularan virus kembali memukul bisnis kami. Stadion Old Trafford dan Megastore kami tutup untuk umum mulai 20 Maret, sementara museum, tur stadion, dan Red Cafe tutup mulai 17 Maret," sebut laporan keuangan United.
Namun yang paling mencolok adalah pendapatan dari hak siar (broadcasting revenue). Pada tahun fiskal 2020, pos ini menyumbang GBP 140,2 juta. Ambrol 41,87% dibandingkan tahun sebelumnya.
![]() |
Klub sepakbola bukan cuma entitas olahraga, tetapi entitas bisnis. Apalagi klub seperti United, yang sudah melantai di bursa saham. Setan Merah tentu diperlakukan seperti korporasi, yang dituntut untuk terus mencatat laba.
Hadiah dari kompetisi domestik dan antar-klub Eropa memang besar. Namun untuk mengatasi dampak pandemi, ternyata belum cukup.
Mengutip New York Times, Liga Super Eropa sudah mengamankan kesepakatan sponsor sebesar US$ 4,2 miliar. Artinya, para pendiri Liga Super Eropa dijanjikan uang di muka sebesar US$ 400 juta. Jumlah ini sekitar empat kali lipat uang hadiah yang diterima Bayern Munchen (Jerman) kala menjuarai Liga Champions musim lalu.
So, tidak heran klub-klub besar tergiur dan getol memperjuangkan Liga Super Eropa. Ini adalah easy money, low hanging fruit, yang jumlahnya tidak main-main.
(aji/aji)