Xi Jinping Promosikan 'Obat Kuat' China Anti Corona, Apa Itu?

Thea Fathanah Arbar, CNBC Indonesia
12 October 2020 12:12
In this image made from UNTV video, Chinese President Xi Jinping speaks in a pre-recorded message which was played during the 75th session of the United Nations General Assembly, Tuesday, Sept. 22, 2020, at U.N. headquarters in New York. The U.N.'s first virtual meeting of world leaders started Tuesday with pre-recorded speeches from some of the planet's biggest powers, kept at home by the coronavirus pandemic that will likely be a dominant theme at their video gathering this year. (UNTV via AP)
Foto: AP/

Jakarta, CNBC Indonesia - Saat berbagai negara berlomba mengembangkan vaksin untuk menyembuhkan pasien Covid-19, Negeri Tirai Bambu terlihat lebih sering mempromosikan pengobatan tradisional China (traditional Chinese medicine/TCM) sebagai cara untuk mengobati penyakit tersebut.

Presiden China Xi Jinping sering kali kedapatan mempromosikan pengobatan tradisional China dalam banyak kesempatan. Xi menyebutnya "harta karun ilmu pengetahuan Tiongkok kuno dan kunci arsip peradaban China", sebagaimana dilaporkan media People's Daily.

Dengan pemahaman yang mendalam tentang pengobatan tradisional China, Xi juga berulang kali menggunakan konsep penyembuhan ini untuk mengelaborasi gagasan tata kelola negara dan mengutip teori TCM sebagai metafora untuk kerjasama internasional.

Laporan BBC Internasional pada Juni lalu juga menyebutkan Buku Putih yang dirilis Pemerintah China mengklaim bahwa 92% kasus Covid-19 di negara tersebut dirawat dengan cara tertentu, termasuk TCM.

Komisi Kesehatan Nasional China memiliki bagian TCM khusus dalam pedoman virus corona, sementara media pemerintah menyoroti dugaan perannya dalam wabah sebelumnya seperti SARS yang terjadi pada 2003 silam.

Enam pengobatan tradisional telah diiklankan sebagai pengobatan Covid-19, dua yang menonjol adalah Lianhua Qingwen yang mengandung 13 tumbuhan seperti suspensi forsythia dan mawar Rhodiola, serta Jinhua Qinggan yang dikembangkan selama wabah H1N1 2009 dan terbuat dari 12 komponen termasuk honeysuckle, mint, dan akar manis.

Pendukung TCM berpendapat bahwa tidak ada kerugian dalam penggunaan TCM, tetapi para ahli mengatakan masih diperlukan tes ilmiah yang ketat sebelum formula tersebut dianggap aman dikonsumsi.

Institut Kesehatan Nasional Amerika Serikat mengatakan bahwa meskipun dapat membantu meredakan gejala, efektivitas TCM terhadap virus corona tidak begitu meyakinkan.

"Untuk TCM tidak ada bukti yang baik dan oleh karena itu penggunaannya tidak hanya tidak dapat dibenarkan, tetapi juga berbahaya," kata Edzard Ernst, pensiunan peneliti obat-obatan pelengkap yang berbasis di Inggris, seperti dikutip dalam jurnal Nature.

Yanzhong Huang, rekan senior untuk kesehatan global di Council on Foreign Relations, juga mencatat bahwa "masalah keamanan dan kemanjuran mengganggu sektor TCM dan kebanyakan orang China masih lebih memilih pengobatan modern daripada TCM".
 
Selain itu, Institut Nasional Pengawasan Makanan dan Obat China tahun lalu sempat menemukan racun dalam beberapa sampel TCM.

Namun demikian, TCM berkembang di China dan mengalami peningkatan permintaan secara internasional. Pada 2019 lalu, Dewan Negara China memperkirakan bahwa industri TCM akan bernilai US$ 420 miliar pada akhir tahun 2020.

TCM, yang kini telah tersebar di 183 negara dan wilayah, adalah salah satu bentuk praktik medis tertua di dunia dan mencakup berbagai perawatan mulai dari ramuan herbal hingga akupunktur hingga Tai Chi yang sangat populer di lintas generasi China.

Per Senin (12/10/2020), China tercatat memiliki 85.578 kasus positif corona, dengan 4.634 kematian, dan 80.714 pasien berhasil sembuh, menurut data Worldometers.


(roy/roy)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Heboh Obat Corona Sudah Ditemukan di RI, Benarkah?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular