
Lockdown Kelar, Tas & Sepatu di Mal-mal Malaysia Berjamur
Lynda Hasibuan, CNBC Indonesia
12 May 2020 12:30

Jakarta, CNBC Indonesia - Setelah 50 hari atau hampir dua bulan tak beroperasi karena lockdown, para pegawai mal di Malaysia kini bisa menjajakan barang dagangannya. Masalahnya, beberapa produk tas dan sepatu kulit yang dijual kini pada jamuran akibat didiamkan begitu saja.
Ini membuat para pegawai kewalahan, apalagi tas dan sepatu tersebut adalah merek-merek global ternama. Salah satu pemilik gerai di pusat perbelanjaan di Pulau Tikus, Chong, mengatakan jamur-jamur ini muncul karena kelembapan.
"Karena suhu mal tergantung pada AC, kadang-kadang mungkin lembap ketika suhu dingin tiba-tiba naik. Ini menyebabkan peningkatan uap air di udara sekitar, sehingga jamur cenderung tumbuh," kata pria 47 tahun, yang tokonya telah tutup sejak dimulainya Movement Control Order (MCO), dilansir dari Asia One.
Chong mengatakan jamur ditemukan tumbuh di beberapa dompet, ransel kulit, dan tas.
"Itu membuat produk terlihat kurang menarik tetapi tidak mempengaruhi fungsi mereka. Yang kami lakukan hanya menggunakan sedikit minyak dan memolesnya dengan kain bersih," katanya saat ditemui di tokonya kemarin.
Penjual dompet dan tas lain di pusat perbelanjaan di sini yang ingin dikenal sebagai Lai, juga mengatakan sebagian besar produknya berdebu.
"Beberapa produk pada rak display memiliki debu karena kami tidak dapat membersihkannya ketika harus tutup. Sebagian besar produk kami yang lain baik-baik saja karena kami membungkusnya dalam kertas. Sebagian besar produk kami bukan kulit murni dan terbuat dari kulit PU atau kulit PVC, mereka kurang rentan terhadap jamur," katanya.
Seorang asisten pusat perbelanjaan yakni Saw, juga mengatakan produk kulit dengan jamur yang tumbuh di atasnya dapat dengan mudah dibersihkan dengan baby oil atau semir furnitur.
"Selama penutupan dua bulan, mungkin ada fluktuasi suhu pendingin udara di mal. Kadang udara mungkin lebih lembap. Dan karena hujan, udara mungkin lembab. Kulit tahan lama dan jika Anda merawatnya dengan baik, jamur seharusnya tidak mudah tumbuh di atasnya," kata Saw.
Di Petaling Jaya, presiden Asosiasi Rantai Ritel Malaysia (MRCA) Datuk Seri Garry Chua mengatakan kerugian akibat kerusakan barang selama periode MCO jarang terjadi.
"Saya pikir ada kasus-kasus terpencil di mana ada kerusakan barang, tetapi anggota MRCA tidak memiliki masalah dengan itu," kata Chua. Dia juga mengatakan bahwa pengecer dan pusat perbelanjaan perlu bekerja sama untuk menarik lebih banyak pelanggan.
"Pusat perbelanjaan harus memiliki promosi agresif untuk membantu pengecer.
"Mal juga perlu menunjukkan bahwa mereka memiliki prosedur operasi standar untuk mencegah infeksi Covid-19, seperti pemeriksaan suhu dan pemberian sanitiser tangan, untuk mengembalikan kepercayaan pelanggan," katanya.
Sebelumnya, memang sempat viral postingan yang menunjukkan foto barang-barang kulit yang terpapar jamur dan dibagikan ke media sosial.
(gus) Next Article Catat, 15 Mal Ini Gelar Midnight Sale & Pesta Diskon 70%!
Ini membuat para pegawai kewalahan, apalagi tas dan sepatu tersebut adalah merek-merek global ternama. Salah satu pemilik gerai di pusat perbelanjaan di Pulau Tikus, Chong, mengatakan jamur-jamur ini muncul karena kelembapan.
"Karena suhu mal tergantung pada AC, kadang-kadang mungkin lembap ketika suhu dingin tiba-tiba naik. Ini menyebabkan peningkatan uap air di udara sekitar, sehingga jamur cenderung tumbuh," kata pria 47 tahun, yang tokonya telah tutup sejak dimulainya Movement Control Order (MCO), dilansir dari Asia One.
"Itu membuat produk terlihat kurang menarik tetapi tidak mempengaruhi fungsi mereka. Yang kami lakukan hanya menggunakan sedikit minyak dan memolesnya dengan kain bersih," katanya saat ditemui di tokonya kemarin.
Penjual dompet dan tas lain di pusat perbelanjaan di sini yang ingin dikenal sebagai Lai, juga mengatakan sebagian besar produknya berdebu.
"Beberapa produk pada rak display memiliki debu karena kami tidak dapat membersihkannya ketika harus tutup. Sebagian besar produk kami yang lain baik-baik saja karena kami membungkusnya dalam kertas. Sebagian besar produk kami bukan kulit murni dan terbuat dari kulit PU atau kulit PVC, mereka kurang rentan terhadap jamur," katanya.
Seorang asisten pusat perbelanjaan yakni Saw, juga mengatakan produk kulit dengan jamur yang tumbuh di atasnya dapat dengan mudah dibersihkan dengan baby oil atau semir furnitur.
"Selama penutupan dua bulan, mungkin ada fluktuasi suhu pendingin udara di mal. Kadang udara mungkin lebih lembap. Dan karena hujan, udara mungkin lembab. Kulit tahan lama dan jika Anda merawatnya dengan baik, jamur seharusnya tidak mudah tumbuh di atasnya," kata Saw.
Di Petaling Jaya, presiden Asosiasi Rantai Ritel Malaysia (MRCA) Datuk Seri Garry Chua mengatakan kerugian akibat kerusakan barang selama periode MCO jarang terjadi.
"Saya pikir ada kasus-kasus terpencil di mana ada kerusakan barang, tetapi anggota MRCA tidak memiliki masalah dengan itu," kata Chua. Dia juga mengatakan bahwa pengecer dan pusat perbelanjaan perlu bekerja sama untuk menarik lebih banyak pelanggan.
"Pusat perbelanjaan harus memiliki promosi agresif untuk membantu pengecer.
"Mal juga perlu menunjukkan bahwa mereka memiliki prosedur operasi standar untuk mencegah infeksi Covid-19, seperti pemeriksaan suhu dan pemberian sanitiser tangan, untuk mengembalikan kepercayaan pelanggan," katanya.
Sebelumnya, memang sempat viral postingan yang menunjukkan foto barang-barang kulit yang terpapar jamur dan dibagikan ke media sosial.
(gus) Next Article Catat, 15 Mal Ini Gelar Midnight Sale & Pesta Diskon 70%!
Most Popular