IndoXXI Pamit, Siapa Pemimpin Pasar Streaming Film di RI?

Irvin Avriano Arief, CNBC Indonesia
25 December 2019 13:03
Pemerintah geregetan dan berniat memburu situs streaming film ilegal seperti IndoXXI.
Foto: Situs streaming film IndoXXI tutup (Screenshot via IndoXXI)
Jakarta, CNBC Indonesia - "Sangat berat tapi harus dilakukan, terima kasih kepada seluruh penonton setia kami. Penutupan dilakukan demi mendukung dan memajukan industri kreatif tanah air, semoga ke depannya akan menjadi lebih baik. Salam, INDOXXI," sebut pernyataan di situs IndoXXI.

Ya. Pemerintah geregetan dan berniat memburu situs streaming film ilegal seperti IndoXXI. Indonesia memang pasar streaming film ilegal yang 'menjanjikan'.

Survei terbaru YouGov mengungkap kebiasaan warganet dalam mengkonsumsi film. Ternyata 63% warganet di Indonesia menonton situs web streaming atau situs torrent. Sebagian besar menonton situs IndoXXI.

Seakan tahu akan diburu oleh pemerintah, IndoXXI pun mengibarkan bendera putih. Setelah selama ini main kucing-kucingan dengan gonta-ganti alamat situs, kali ini sepertinya IndoXXI sudah lelah. Per 1 Januari 2020, tidak akan ada lagi penayangan film di situs tersebut.

Kemenkominfo juga mengajak penikmat sinema untuk mulai beralih memanfaatkan situs resmi yang mayoritas berbayar, dengan tetap mendorong kepada situs berbayar tersebut untuk mulai membayar pajak yang selama ini masih nihil.


Pun, tak banyak yang paham bahwa tidak sedikit situs streaming video dan film resmi tersebut menawarkan jasa berbayar yang tidak mahal kepada penggunanya, atau bahkan banyak 'gratisannya'.

Berikut beberapa di antaranya yang terkenal dengan layanan over the top (OTT), atau layanan streaming video yang dapat dinikmati penonton melalui internet yang tidak lagi membutuhkan sambungan kabel, penyiaran, dan televisi satelit.


Viu

Viu adalah situs website yang sudah dilengkapi aplikasi untuk ponsel pintar yang siap memanjakan pecinta film Asia, khususnya film drama asal Korea Selatan (Korsel) atau biasa disebut 'Drakor'. Selain film Korsel, Viu juga menawarkan drama negara Asia lain seperti Jepang, Thailand, India, dan Hong Kong.

Saat ini, Viu dikenal sebagai penyediaan streaming video asal Hong Kong yang dimiliki perusahaan informasi dan teknologi komunikasi PCCW Ltd dari negara yang sama. Selain Indonesia, layanan Viu sudah tersebar sekurangnya di 17 negara Asia. Per akhir tahun lalu, penonton aktif bulanan Viu mencapai lebih dari 30 juta orang.

Karena fokus di drakor dan film Asia, Viu tidak memiliki portofolio pada serial TV Hollywood, sepak bola, anime, dokumenter, dan film terbaru.

Dengan layanan standar yang gratis tetapi disisipi iklan, Viu juga menawarkan layanan berbayar yang paling terjangkau di antara penyedia streaming lain yaitu Rp 30.000/bulan untuk lima gawai sekaligus dalam waktu bersamaan.

iflix
iflix adalah layanan televisi dan video interaktif (video on demand, VOD) yang memungkinkan penggunanya untuk mengontrol dan memilih sendiri tontonan yang ingin dinikmati.

Berkantor di Malaysia, iflix mulai diluncurkan di Indonesia mulai Juni 2016 dengan diawali masuknya Grup Elang Mahkota Teknologi (Emtek) sebagai salah satu penyokong pendanaan. Selain Indonesia, iflix sudah memiliki jaringan di 13 negara Asia.


Aplikasi tersebut dapat didapatkan secara gratis jika kita berlangganan internet indiHome atau beberapa operator lain seperti Indosat Ooredoo dan XL Axiata karena sudah memasukkan iflix sebagai bagian dari paket langganan.

iflix menawarkan film domestik, anak-anak, serial, dokumenter, pertandingan olahraga, hingga film Hollywood karena situs perusahaan berfungsi sebagai digital hosting serta platform distribusi bagi acara TV dan film yang menjalin kerja sama dengan lebih dari 150 studio dan penyedia konten di seluruh dunia.

Satu hal yang kurang dari iflix yaitu ketersediaan film terbaru yang sedang diputar di biokop. Bagi yang ingin berlangganan, per bulannya, pelanggan diharuskan membayar Rp 39.000/bulan untuk dua gawai yang memungkinkan kualitas gambar yang HD. 

Pada tengah tahun, emiten media Grup MNC, PT Media Nusantara Citra Tbk (MNCN) mengungkapkan langkah menyuntik dana investasi kepada perusahaan penyedia layanan hiburan digital di Asia Tenggara, iflix, karena memandang potensi bisnis layanan tersebut di masa depan.

Catchplay
Layanan VOD Catchplay memungkinkan penikmat film untuk menyewa atau menonton sinema asal Mandarin maupun Hollywood. Karena berbasis di Taiwan sejak 2006, maka referensi film Mandarin yang ditawarkan Catchplay dikenal lebih melimpah dibanding penyedia streaming video lain.

Di negara asalnya, Catchplay memiliki bisnis layanan VOD, channel televisi linear, dan distribusi film. Selain itu, perusahaan juga semakin gencar berinvestasi pada produksi film, seperti film Hollywood berjudul The Revenant, Splinter Cell, dan Assasin Creed.

Perusahaan dulunya bernama Via OnDemand dan didirikan di California (AS) pada 2005. Barulah pada 2006, pendirinya yaitu Timothy Chen memindahkan operasional ke Taiwan sebagai bagian dari Via Group yang dikenal sebagai produsen piranti keras komputer.

Sejak memulai bisnis distribusi film, saat ini Catchplay memiliki titel sebagai distributor hak atas judul DVD terbesar di dunia dengan lebih dari 2.200 judul film.

Meskipun memiliki banyak keunggulan, Catchplay tidak menayangkan serial TV Hollywood, drakor, film India, sepakbola, anime, dan dokumenter.

Di Indonesia, tersedia layanan yang gratis dan untuk tarif niriklan dikenakan tarif Rp 45.000/bulan.



Genflix
Karya anak bangsa tersebut dinaungi PT Festival Citra Lestari dan karena statusnya perusahaan domestik itu Genflix memiliki lebih banyak pilihan pembayaran bagi nasabahnya. Konten lokalnya yang bejibun juga menjadi daya tarik tersendiri selain dari film Hollywood dan negara lain. Karena itu, portofolio film Genflix tidak sebanyak situs lainnya.

Sayangnya, Genflix terkenal tidak menyediakan drakor, tidak ada pertandingan sepakbola, dokumenter, serta film terbaru. Saat ini, Genflix ditawarkan dengan biaya berlangganan Rp 49.000/bulan untuk sekaligus sebanyak tiga gawai.

Hooq
Aplikasi Hooq memungkinkan penikmatnya menikmati film baik dari Hollywood maupun lokal dan regional kapanpun dan dimanapun dengan keleluasaan untuk menonton streaming maupun mengunduh setiap film yang ingin ditonton.

Perusahaan adalah usaha patungan antara Sony Pictures, Warner Bros, dan Singtel yang berdomisili di Singapura.

Mungkin menjadi tidak mengherankan jika Hooq juga menjadi salah satu andalan gimmick bagi penjualan paket pulsa dengan metode bundling untuk operator telekomunikasi PT Telekomunikasi Selular (Telkomsel), yang sebagian sahamnya dimiliki oleh Singtel. Porsi mayoritas saham Telkomsel saat ini masih dimiliki BUMN PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM).

Layanan yang tidak ada dalam daftar Hooq adalah sepakbola, anime, dan dokumenter. Selain menawarkan paket per pekan, biaya berlangganan Hooq adalah Rp 69.000/bulan dengan tambahan adanya promo gratis selama 30 hari.

Meskipun tidak ada layanan gratis, tetapi ada masa promosi yang diberikan Hooq, yaitu 7 hari dan 30 hari untuk periode 'coba-coba'. Layanan ride-hailing Grab juga diketahui memberikan langganan Hooq gratis selama 3 bulan kepada pelanggan premiumnya sejak awal tahun ini.


Amazon Prime Video
Situs streaming VOD ini dimiliki oleh perusahaan multinasional Amazon yang berkantor pusat di Seattle (AS). Dulunya, perusahaan diluncurkan pada 2006 sebagai Amazon Unbox, sekarang perusahaan sudah berkembang dan memberikan layanan di lebih dari 200 negara.

Platform ini menawarkan perpustakaan yang menarik dari acara TV dan film. Koleksinya memang lebih terbatas dari beberapa pesaingnya, tetapi Prime Video mengimbangi kekurangan tersebut dengan menjaga kualitas produk asli.

Bagi pelanggan baru Amazon Prime Video, layanannya dibanderol promo 6 bulan pertama US$ 2,99/bulan atau Rp 40.000/bulan untuk tiga gawai sekaligus dalam satu waktu bersamaan. Memasuki bulan ke-7, pelanggan akan dikenakan biaya US$ 5,99/bulan atau Rp 80.000/bulan.

Beberapa hail yang lalu, Prime Video ditawarkan dalam paket bundling yang diluncurkan operator telekomunikasi Tri dengan harga Rp 75.000/bulan yang sudah termasuk kuota internet serta layanan komunikasi lain.

Meskipun lebih 'mihil' dan premium dibandingkan yang lain serta belum memasukkan film Indonesia ke dalam universalnya, Prime Video memiliki banyak penawaran kepada pelanggannya yang didasari layanan dasar Amazon. Beberapa di antaranya adalah Prime Video dapat digabungkan dengan layanan VOD lain, diskon pengiriman barang, dan serial/film yang diproduksi sendiri.



Netflix
Inilah pelopor bisnis VOD di dunia. Didirikan sejak 1997, Netflix sudah merambah produksi film sendiri yang diputar di platformnya. Di seluruh dunia, pelanggan berbayar Netflix sudah mencapai 148 juta orang per April tahun ini.

Perusahaan didirikan oleh Marc Randolph dan Reed Hastings di California dengan usaha perdana sebagai distributor penjualan dan penyewaan DVD melalui pengiriman pos. Sempat menawarkan diri untuk dibeli pesaingnya yaitu Blockbuster, yang justru kolaps duluan pada 2010.

Setelah itu, perusahaan merasakan indahnya penurunan harga jual pemutar DVD pada 2002 dan bisnis mereka semakin sukses setelah itu. Kemudian perusahaan menggelar penawaran umum perdana (IPO) pada 2002 di Nasdaq dan sudah masuk indeks S&P 500.

Dua hal yang tidak ada di dalam daftar layanan Netflix adalah sepakbola dan film terbaru, meskipun diimbangi dengan banyaknya serial dan film yang diproduksi internal atau didistribusikan secara eksklusif dan menjadi hits seperti 6 Underground, Mindhunters, Glow, dan Black Mirror. Salah satu keterbatasan Netflix adalah tidak terjamah oleh layanan internet Grup Telkom.

Dengan keunggulan tersebut, tidak heran harga langganan Netflix yang dipatok di Indonesia merupakan yang termahal. Paketnya yang ditawarkan yaitu Rp 109.000/bulan untuk satu gawai (paket basic), Rp 139.000/bulan per dua gadget (paket standard), hingga Rp 169.000/bulan untuk digunakan empat piranti dalam satu waktu yang bersamaan (paket premium).



Secara umum, biaya berlangganan layanan Netflix dan kawan-kawannya juga harus diantisipasi ketika mereka akan dikenakan pajak yang selama ini belum dibayarkan kepada pemerintah dan baru akan digiatkan.

Logika sederhananya adalah biaya tersebut dapat naik sewaktu-waktu karena perusahaan akan berbagi biaya dengan pelanggan untuk memenuhi beban pajak tersebut.





TIM RISET CNBC INDONESIA

[Gambas:Video CNBC]



(irv/tas) Next Article IndoXXI Tutup, Yuk! Simak Situs Sejenisnya di Jagat Maya

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular