
Liverpool - Nike Kolaborasi, MU Kalah Tajir?
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
23 August 2019 12:43

Jakarta, CNBC Indonesia - Di Eropa, sepakbola sudah bukan sekadar olahraga 11 lawan 11 berebut si kulit bundar. Sepakbola adalah industri kelas paus yang mendatangkan uang segunung.
Klub-klub sepakbola Benua Biru bukan lagi cuma perkumpulan orang-orang yang ingin bermain bola. Klub sudah bertransformasi menjadi perusahaan raksasa dengan kapitalisasi luar biasa. Mesin uang.
Industri sepakbola memungkinkan klub 'menjual' segala aspek. Salah satunya adalah seragam, yang disuplai oleh apparel berskala global.
Dari pemasok apparel, klub mendapatkan dana yang luar biasa besar. Sebab, memasok klub adalah sarana promosi yang sangat efektif bagi para perusahaan kain.
Baca: Nilai Ekonomi Jersey Bola Capai Triliunan Rupiah
Mengutip Independent, berikut adalah kontrak apparel terbesar di jagat sepakbola:
Kabar terbaru datang dari Inggris. Santer dikabarkan Liverpool bakal menjalin kerja sama dengan Nike untuk penyediaan jersey menggantikan New Balance. Kebetulan kontrak dengan New Balance habis tahun depan.
Mengutip Forbes, Nike akan mulai menyuplai seragam buat Si Merah mulai musim 2020-2021. Belum ada kabar soal nilai kesepakatan ini, tetapi santer disebut bakal melampaui Manchester United sehingga membuat Liverpool menjadi klub dengan kontrak apparel termahal di Negeri Ratu Elizabeth.
Jika gosip itu terwujud, maka pundi-pundi keuangan The Anfield Gank bakal kian gemuk. Pada tahun fiskal yang berakhir 31 Mei 2018, Liverpool membukukan laba GBP 106,03 juta (sekira Rp 1,84 triliun). Meroket 172% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Salah satu penyokong pertumbuhan laba tersebut adalah dari penjualan pemain, terutama Philippe Coutinho. Si Penyihir Mungil dilepas ke Barcelona (Spanyol) dengan biaya yang bisa mencapai GBP 142 juta (Rp 2,47 triliun). Transfer Coutinho menjadi yang termahal kedua di dunia, hanya kalah dari kala Neymar pindah dari Barcelona ke Paris St Germain (Prancis).
Penyumbang lainnya adalah keikutsertaan Liverpool di Liga Champions Eropa musim 2017/2018, yang sampai ke babak final. Uang hadiah dari Liga Champions begitu signifikan mendorong laba karena musim 2016/2017 Liverpool tidak berpartisipasi di kompetisi antarklub Eropa.
Seluruh komponen utama pendapatan mengalami peningkatan. Di sisi hak siar/media, terjadi pertumbuhan 42,86% menjadi GBP 220 juta (Rp 3,83 triliun). Kemudian pendapatan komersial melonjak 12,41% ke GBP 154 juta (Rp 2,68 triliun) dan pendapatan dari pertandingan naik 9,46% menjadi GBP 81 juta (Rp 1,41 triliun)
"Laporan keuangan memang fluktuatif, tetapi dalam laporan terakhir ini kita melihat klub menjejakkan kaki ke posisi yang lebih kuat. Apalagi keuntungan kemudian dipakai untuk berinvestasi di pemain dan infrastruktur.
"Kami terus berinvestasi dengan menambah pemain sesuai dengan area yang dibutuhkan. Komplek latihan baru di Kirkby juga sedang dibangun yang akan menyediakan fasilitas kelas satu bagi para pemain dan staf serta membangun komunitas setempat," papar Andy Hughes, COO Liverpool, mengutip liverpoolfc.com.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/gub) Next Article Terakhir Liverpool Juara Liga Inggris, Harga BBM Cuma Rp385!
Klub-klub sepakbola Benua Biru bukan lagi cuma perkumpulan orang-orang yang ingin bermain bola. Klub sudah bertransformasi menjadi perusahaan raksasa dengan kapitalisasi luar biasa. Mesin uang.
Industri sepakbola memungkinkan klub 'menjual' segala aspek. Salah satunya adalah seragam, yang disuplai oleh apparel berskala global.
Baca: Nilai Ekonomi Jersey Bola Capai Triliunan Rupiah
Mengutip Independent, berikut adalah kontrak apparel terbesar di jagat sepakbola:
Kabar terbaru datang dari Inggris. Santer dikabarkan Liverpool bakal menjalin kerja sama dengan Nike untuk penyediaan jersey menggantikan New Balance. Kebetulan kontrak dengan New Balance habis tahun depan.
Mengutip Forbes, Nike akan mulai menyuplai seragam buat Si Merah mulai musim 2020-2021. Belum ada kabar soal nilai kesepakatan ini, tetapi santer disebut bakal melampaui Manchester United sehingga membuat Liverpool menjadi klub dengan kontrak apparel termahal di Negeri Ratu Elizabeth.
Jika gosip itu terwujud, maka pundi-pundi keuangan The Anfield Gank bakal kian gemuk. Pada tahun fiskal yang berakhir 31 Mei 2018, Liverpool membukukan laba GBP 106,03 juta (sekira Rp 1,84 triliun). Meroket 172% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Salah satu penyokong pertumbuhan laba tersebut adalah dari penjualan pemain, terutama Philippe Coutinho. Si Penyihir Mungil dilepas ke Barcelona (Spanyol) dengan biaya yang bisa mencapai GBP 142 juta (Rp 2,47 triliun). Transfer Coutinho menjadi yang termahal kedua di dunia, hanya kalah dari kala Neymar pindah dari Barcelona ke Paris St Germain (Prancis).
Penyumbang lainnya adalah keikutsertaan Liverpool di Liga Champions Eropa musim 2017/2018, yang sampai ke babak final. Uang hadiah dari Liga Champions begitu signifikan mendorong laba karena musim 2016/2017 Liverpool tidak berpartisipasi di kompetisi antarklub Eropa.
Seluruh komponen utama pendapatan mengalami peningkatan. Di sisi hak siar/media, terjadi pertumbuhan 42,86% menjadi GBP 220 juta (Rp 3,83 triliun). Kemudian pendapatan komersial melonjak 12,41% ke GBP 154 juta (Rp 2,68 triliun) dan pendapatan dari pertandingan naik 9,46% menjadi GBP 81 juta (Rp 1,41 triliun)
"Laporan keuangan memang fluktuatif, tetapi dalam laporan terakhir ini kita melihat klub menjejakkan kaki ke posisi yang lebih kuat. Apalagi keuntungan kemudian dipakai untuk berinvestasi di pemain dan infrastruktur.
"Kami terus berinvestasi dengan menambah pemain sesuai dengan area yang dibutuhkan. Komplek latihan baru di Kirkby juga sedang dibangun yang akan menyediakan fasilitas kelas satu bagi para pemain dan staf serta membangun komunitas setempat," papar Andy Hughes, COO Liverpool, mengutip liverpoolfc.com.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/gub) Next Article Terakhir Liverpool Juara Liga Inggris, Harga BBM Cuma Rp385!
Most Popular